Dark/Light Mode
BREAKINGNEWS
Siswa Makan Bersama di Sekolah sebagai Pembiasaan Baik Bermasyarakat
Rabu, 15 Januari 2025 10:10 WIB
![Ilustrasi suasana makan bersama di SDI Katulistiwa di Pengasinan, Gunung Sindur, Bogor, Jawa Barat. [Foto: IG sdi_katulistiwa] Ilustrasi suasana makan bersama di SDI Katulistiwa di Pengasinan, Gunung Sindur, Bogor, Jawa Barat. [Foto: IG sdi_katulistiwa]](https://rm.id/images/img_bg/img-750x390.jpg)
Seorang guru di salah satu kampung di Kabupaten Bogor kini selalu memulai pengajaran dengan semangat dan keceriaan. Alasannya sederhana: anak-anak kini tidak hanya terlihat bersemangat, tetapi juga benar-benar mengekspresikan semangat itu dalam berbagai aktivitas. Mulai dari datang tepat waktu ke sekolah hingga menyelesaikan tugas-tugas pelajaran, semuanya dilakukan dengan antusias.
Apa yang terjadi seperti mencerminkan teori lawas mengenai self-determination (Deci dan Ryan 1985), bahwa motivasi intrinsik anak-anak meningkat ketika mereka merasa diberdayakan dan terpenuhi kebutuhan dasarnya, seperti makan yang layak dan ada kepastian mendapatkannya.
Sebelumnya, sebagai sekolah dasar negeri yang mayoritas siswanya berasal dari keluarga kurang mampu, pemandangan anak-anak pingsan saat upacara atau baris-berbaris bukanlah hal asing. Penyebabnya sepele tetapi serius: mereka berangkat sekolah tanpa sarapan. Di antara alasan mereka pergi sekolah tidak sarapan dulu, karena makanan yang ada seringkali disisihkan untuk makan siang mereka. Alhasil, anak-anak pergi ke sekolah dengan perut kosong.
Sebuah studi yang diterbitkan dalam jurnal Pediatrics menemukan bahwa anak-anak yang mengalami kelaparan kronis memiliki kemungkinan lebih besar untuk mengalami keterlambatan perkembangan dan kesulitan belajar. Secara sosiologis, akses terhadap kebutuhan dasar seperti makanan adalah salah satu bentuk modal sosial yang mendukung perkembangan anak di masyarakat.
Baca juga : Please, Jangan Persulit Pencairan Bansos PIP
Namun tampaknya kini cerita itu akan tinggal kenangan. Anak-anak lebih ceria dan energik karena telah terbiasa sarapan di rumah. Lebih dari itu, mereka juga mendapatkan makan siang gratis di sekolah. Program makan bergizi gratis (MBG) ini, yang merupakan bagian janji Presiden Prabowo, jika telah massif dilakukan, akan membawa perubahan signifikan di sekolah-sekolah.
Dalam konteks ini, program MBG selaras dengan pandangan bahwa pemenuhan kebutuhan fisiologis seperti makanan adalah dasar bagi anak-anak untuk mencapai aktualisasi diri, termasuk dalam bidang pendidikan.
Program MBG ini penting karena tidak hanya sekadar memenuhi kebutuhan nutrisi anak-anak, tetapi juga selaras dengan 7 program pembiasaan baik dari Kementerian Pendidikan. Program ini bertujuan meningkatkan kebiasaan positif, seperti disiplin waktu, kebersamaan, dan tanggung jawab sosial. Kita bisa menemukan sendiri bahwa intervensi berupa makan bersama yang terorganisir mampu meningkatkan partisipasi siswa di kelas karena kegembiraan mereka dalam menghadapi proses KBM setiap hari.
Selain itu, jika dilihat dari perspektif lain, makan bukan sekadar mengisi perut, tetapi juga memiliki aspek sosial dan budaya yang kuat. Di kalangan menengah atas, makanan dan upacara sudah menjadi bagian dari simbol gaya hidup.
Baca juga : Marwan Djafar Sebut Hasjim Djalal Sebagai Penjaga Kedaulatan Laut
Bahkan BPS melaporkan bahwa pengeluaran untuk makanan dari masyarakat kelas menengah selama beberapa tahun belakangan bisa dibilang tidak berubah, yakni sebesar 41,05 persen pada 2019, dan 41,67 persen pada 2024 (kumparan.com). Fenomena ini menunjukkan bahwa makanan di kalangan menengah atas tidak hanya berfungsi untuk memenuhi kebutuhan gizi, tetapi juga sebagai sarana ekspresi dan identitas sosial.
Secara riil ini bisa dilhat kebanyakan tempat makan yang ada didesain, dihadirkan dan diarahkan untuk menjaring kelas menengah atas yang secara konvensional sudah terpenuhi kebutuhan dasarnya. Mereka hadir di tempat makan dan memilih makanan bukan karena urusan primordial seperti kelaparan, tetapi lebih karena aspek konsumtivisme semata.
Sedangkan bagi anak-anak di sekolah, program MBG ini menyetarakan pengalaman mereka. Dengan makanan yang sama, alat makan yang seragam, dan suasana makan bersama, anak-anak dari berbagai latar belakang sosial belajar untuk saling memahami dan menghargai. Anak-anak dari keluarga miskin merasa lebih percaya diri karena tidak merasa berbeda, sementara anak-anak dari keluarga mampu belajar untuk berempati dan menghargai makanan serta teman-temannya.
Realitas positif ini seakan menegaskan bahwa interaksi sosial adalah kunci dalam pembentukan moral dan empati anak-anak. Kebiasaan makan bersama di sekolah, sesederhana apa pun, memiliki fungsi sosial yang besar. Anak-anak diajarkan nilai-nilai kebersamaan, menghormati satu sama lain, dan membangun rasa saling peduli.
Baca juga : Besok DPRD Bakal Pramono-Rano Jadi Gubernur Dan Wakil Gubernur Jakarta
Bahkan, jika proses makan ini dilengkapi dengan pembelajaran etika dan tata cara makan (table manner), dampaknya akan semakin luas. Peneliti seperti Emile Durkheim menyoroti bahwa kegiatan kolektif, seperti makan bersama ini, mendorong terciptanya atmosfir solidaritas sosial yang memperkuat hubungan antarindividu dalam komunitas.
Bagi para guru, melihat senyum ceria dan semangat anak-anak ini bisa menjadi energi pendorong untuk terus melakukan kebaikan yang lebih besar. Sekolah sebagai lembaga pendidikan memainkan peran penting dalam membentuk karakter siswa, termasuk melalui aspek sederhana seperti makan bersama.
Program seperti ini tentu sangat mendukung penguatan karakter bangsa. Sebagaimana diungkapkan oleh banyak ahli pendidikan di negeri ini, bahwa pendidikan bukan hanya soal kecerdasan, tetapi juga soal membangun watak dan budi pekerti.
Dengan program seperti ini, bukan hanya perut yang kenyang, tetapi karakter dan nilai-nilai sosial anak-anak pun turut terbentuk, membangun generasi yang kuat, empatik, dan peduli pada sesama. [*]

Dr. Tantan Hermansah
Pengajar Sosiologi Perkotaan, Ketua Program Studi Magister Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI), Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta
Pengajar Sosiologi Perkotaan, Ketua Program Studi Magister Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI), Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tags :
Berita Lainnya