Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Sarah Auliyasyifa, Mahasiswa Universitas Indonesia

INHULIR: Integrasi Hulu-Hilir Pengolahan Limbah Plastik PET di Indonesia sebagai Upaya Penerapan Ekonomi Sirkular dan Pemenuhan SDGs Berbasis IoT

Rabu, 4 Januari 2023 06:25 WIB
Timbunan sampah plastik Indonesia - Badan Penelitian dan Pengembangan Provinsi Kalimantan Barat
Timbunan sampah plastik Indonesia - Badan Penelitian dan Pengembangan Provinsi Kalimantan Barat

Seiring berjalannya waktu, material-material baru banyak ditemukan, salah satunya penemuan material Polyethylene terephthalate (PET) yang saat ini masif digunakan sebagai bahan baku pembuatan botol-botol minuman kemasan. 

Akibatnya, sampah yang dihasilkan dari kemasan sekali pakai itupun menjadi menumpuk. Berdasarkan data dari website Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI, limbah plastik menyumbang sebesar 17,43% dari total jenis sampah Indonesia yang mana mengalami peningkatan yang sangat signifikan. Bahkan, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat produksi sampah plastik Indonesia mencapai 66 juta ton per tahunnya.  

Maraknya penggunaan PET membuat lingkungan menjadi tercemar dengan limbah-limbahnya yang dipercayai “tidak dapat” didaur ulang. Akan tetapi, menurut Awaja Firas dan Pavel Dumitru dalam European Polymer Journal yang dipublikasi pada tahun 2005, mereka menjelaskan proses daur ulang PET. 

Hal ini berarti limbah PET sebenarnya dapat didaur ulang. Didukung oleh riset dari Sustainable Waste Indonesia (SWI) yang dilakukan pada tahun 2021, mengatakan bahwa tingkat daur ulang plastik PET merupakan yang paling tinggi dibanding jenis plastik lainnya dengan tingkat daur ulang botol PET sebesar 74% dan galon PET sebesar 93%.

Melansir dari website enfrecycling.com, terdapat 20 plastic recycling plants yang tersebar di Indonesia yang dimiliki beberapa perusahaan daur ulang, antara lain Langgeng Jaya Group, PT. Mega Harphi Supindo, PT. Production Recycling Indonesia, dsb. 

Namun proses daur ulang limbah plastik PET tersebut berakhir pada pembuatan pellet kembali yang selanjutnya dijadikan bahan baku pembuatan produk yang sama. 

Biasanya, recycled PET yang digunakan hanya berkisar 30-50% pada produk baru yang dibuat sehingga tentunya efisiensi menjadi pertimbangan dalam usaha daur ulang PET. Maka dari itu, diperlukan upaya hilirisasi yang dapat meningkatkan nilai tambah dengan memanfaatkan 100% recycled PET.

Baca juga : Wapres Temui Panglima TNI dan KSAL Bahas Pengamanan Papua

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, untuk dapat mengatasi permasalahan lingkungan berupa limbah plastik yang kian bertambah setiap harinya, tentunya diperlukan kontribusi dari setiap elemen bangsa. 

Melihat hal itu, saya menawarkan solusi, sebuah sistem yang dapat dilakukan oleh masing-masing elemen bangsa Indonesia, mulai dari pemerintah, masyarakat, hingga pelaku-pelaku usaha terkait sehingga usaha daur ulang limbah plastik dapat dilakukan secara masif dan berkelanjutan. Inovasi solusi tersebut saya beri nama “INHULIR: Integrasi Hulu-Hilir Pengelolaan Limbah Plastik PET di Indonesia”

Solusi sistem usaha daur ulang limbah plastik tersebut berskala nasional yang diawali dengan pembuatan peraturan pemerintah agar semua masyarakat diwajibkan memilah sampahnya, terutama sampah plastik berbahan PET. Nantinya, warga akan diedukasi terkait jenis sampah plastik tersebut melalui media-media sosial, iklan, maupun pencerdasan secara langsung. 

Edukasi yang diberikan juga dapat dilakukan untuk menarik masyarakat memilah sampahnya dengan memberi informasi mengenai keuntungannya dan produk yang dapat dibuat dari usaha memilah dan mendaur ulang limbah plastik PET tersebut. Selanjutnya, pengumpulan dari sampah plastik tersebut diilakukan dengan metode Internet of Things (IoT), dimana masyarakat dapat mengunduh aplikasi yang terhubung dengan mesin pengumpul sampah yang tersedia di setiap kecamatan. 

Akan tetapi, sebelum dimasukkan ke dalam mesin sampah, masyarakat diminta untuk mencacah sampahnya. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi konsumsi energi pada saat limbah plastik masuk ke tahap pengolahan. Upaya tersebut juga merupakan salah satu cara pengefisiensian dan peningkatan produktivitas proses produksi. 

Nantinya, setiap akan membuang sampah plastik PET yang telah dipilah dan dicacah, masyarakat diminta melakukan scan barcode sehingga pada akun yang dimiliki akan otomatis ter-update terkait berat sampah total yang telah dikumpulkan untuk selanjutnya dapat dikonversi menjadi poin yang dapat ditukarkan di merchant mitra ataupun masyarakat dapat memilih untuk mendapatkan produk hasil daur ulang plastik yang mereka kumpulkan. 

Aplikasi yang diunduh tersebut juga terintegrasi dengan akun pelaku-pelaku usaha daur ulang plastik yang bermitra. Ketika mesin sampah sudah penuh, pada akun perusahaan akan otomatis ter-update dan siap untuk diambil dan masuk ke tahap pengolahan.

Baca juga : Kajian KPK: Potensi Korupsi Tinggi, 65 Persen Pengguna Layanan Pertanahan Gunakan Jasa Kuasa

Bekerja sama dengan beberapa perusahaan daur ulang plastik, limbah plastik PET kemudian masuk ke tahap pengolahan. Tahapannya diawali dengan pencucian limbah PET untuk menghilangkan kotoran ataupun cairan yang masih menempel. Pencucian dilakukan dengan detergent dan cairan asam pada suhu sekitar 50-70ºC. 

Setelah itu, dilakukan pencacahan kembali limbah PET menggunakan shredder atau grinder. Karena sudah tercacah sebagian, konsumsi energi yang digunakan dapat dikurangi dan proses produksi pun menjadi lebih cepat. Selanjutnya masuk ke proses ekstruksi, dimana limbah plastic PET yang telah dicacah kecil-kecil akan dipanaskan hingga meleleh di dalam barrel dengan gays gesekan dari screw dan panas dari thermocouple

Pada cetakannya, dibuat bentuk rongga-rongga sehingga ketika keluar, lelehan PET akan berbentuk menyerupai mie berwujud semi-padat. Lelehan PET kemudian dilakukan skrilling atau roll drawing menggunakan mesin skriller untuk mendapatkan ketebalan yang diinginkan, serta mengurangi residual stress

Setelah melewati tahap tersebut dan dikeringkan, lelehan PET akan berubah menjadi serat-serat (polyester-like) yang siap untuk dipintal menjadi kain pakaian. 

Berbeda dengan proses daur ulang yang telah dilakukan beberapa perusahaan hingga saat ini yang hanya berupa pembuatan pellet kembali, setelah melewati proses ekstrusi, dilakukan hilirisasi dengan membuat produk dari serat PET. Produk yang dihasilkan dapat berupa kaus, jersey, dan kain-kain lainnya. 

Hilirisasi ini dilakukan dengan melibatkan masyarakat-masyarakat di daerah 3T untuk diberdayakan sehingga dapat meningkatkan taraf hidup dan perekonomian di daerah tersebut. 

Produk kain yang dihasilkan nantinya akan dijual ataupun dijadikan reward bagi masyarakat yang telah berkontribusi menyumbang, memilah, dan mencacah sampah di awal proses. Penjualan dan pembelian dapat dilakukan di aplikasi yang sama sehingga memudahkan keseluruhan pihak dalam mengakses informasi dan memantau update terkait pengolahan limbah plastik PET ini.

Baca juga : Jelang Vonis, Hakim Tipikor Diharapkan Perhatikan Fakta Persidangan Kasus Ekspor CPO

Dari sistem yang dijalankan tersebut dimungkinan adanya kendala-kendala, seperti pengadaan mesin pengumpul sampah yang tidak merata, kesulitan meningkatkan awareness masyarakat, serta tingginya biaya transportasi. Akan tetapi, terlepas dari kendala-kendala tersebut, manfaat yang didapatkan jauh lebih banyak dan akan dapat terus dirasakan, seperti:

  1. Mengurangi limbah plastik yang selama ini menjadi perhatian dan fokusan hangat,
  2. Mengubah pandangan buruk masyarakat terhadap plastik yang tidak dapat didaur ulang,
  3. Menarik minat masyarakat terhadap sirkular ekonomi,
  4. Energy savings, dimana konsumsi energi pembuatan kain dari recycled PET ~45% lebih rendah daripada membuat serat polyester murni,
  5. Pelestarian lingkungan dan mengurangi emisi gas CO2 yang sangat besar saat proses pembuatan serat polyester murni, serta
  6. Melakukan hilirasasi untuk meningkatkan taraf hidup dan perekonomian masyarakat di daerah 3T.

 Melalui inovasi sistem yang saya bawa, saya berharap inovasi ini dapat menjadi salah satu upaya dalam memenuhi poin ke-12 dan 13 dari SDGs (Sustainable Development Goals), yakni poin terkait responsible consumption and production dan poin mengenai climate action

Selain itu, melalui hilirisasi recycled PET juga diharap dapat berkontribusi dalam pemenuhan poin ke-8 mengenai decent work and economic growth melalui peningkatan efisiensi dan produktivitas produksi sekaligus menunjang revolusi industri 5.0.

 

Powered by Froala Editor

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.