Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Ahli Epidemiologi, Dicky Budiman

Ironi, Kasus Positif Turun, Kematian Tinggi

Sabtu, 24 Juli 2021 07:09 WIB
Ahli Epidemiologi Griffith University, Dicky Budiman (Foto: Istimewa)
Ahli Epidemiologi Griffith University, Dicky Budiman (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Presiden Jokowi telah memberikan sinyal pelonggaran PPKM Level 4 pada 26 Juli 2021. Dengan syarat, jumlah kasus baru terus mengalami penurunan.

Namun, penurunan jumlah kasus belakangan ini terkesan semu, karena jumlah testing juga ikut melorot.

Kamis (22/7), performa testing sebenarnya sudah mulai membaik, dengan penambahan 112.470 orang dites (39.040 via PCR/TCM, 73.430 via antigen).

Tapi sayang, hari ini turun lagi. Jumlah orang diperiksa berkurang 26.317 (12.710 via PCR/TCM< 13.607 via antigen).

Baca juga : Testing Turun, Penurunan Kasus Covid Bisa Jadi Semu

Bagaimana situasi ini harus disikapi? Jangan sampai, pelonggaran malah bikin euphoria, dan situasi Covid menjadi semakin buruk.

Berikut pandangan Ahli Epidemiologi Griffith University, Australia Dicky Budiman kepada wartawan RM.id, Faqih Mubarok.

Bagaimana tanggapan Bapak, terkait rencana pelonggaran yang akan dilakukan pemerintah pada 26 Juli 2021, dengan syarat jumlah kasus baru terus mengalami penurunan?

Mau tak mau, pemerintah akan melakukan pelonggaran. Karena, pemerintah bertumpu pada aspek kesehatan dan ekonomi.

Baca juga : Pandu Riono:  Percuma Kasus Harian Turun, Tapi Testing Jeblok

Sulit bagi masyarakat, untuk menerima pengetatan. Sementara pemerintah, sulit untuk menanggung.

Kenapa? Karena sejak awal, pilihannya sudah salah. 16 bulan berlalu, 3T (testing, tracing, dan treatment) tidak digencarkan.

Karena ekonomi harus diselamatkan, pembatasan pasti dilonggarkan.

Dalam kondisi seperti itu, apa yang harus dilakukan, supaya situasinya tidak memburuk?

Baca juga : DKI Sumbang Kasus Harian Terbanyak, Jawa Timur Catat Kematian Tertinggi

Nggak lockdown, nggak apa-apa. Yang penting, 3T harus tinggi. Jangan dibebankan ke masyarakat. 3T harus dilakukan negara.

Ini bisa mencegah kematian, mencegah banyak orang masuk ICU. Perlu visitasi mendatangi rumah warga. Supaya terdeteksi, mana yang layak isolasi mandiri (isoman), mana yang tidak.

Kunci utamanya, tidak boleh terlambat terdeteksi, terlambat ditangani, terlambat dirujuk dan diobati. Seringkali terjadi, ketika seseorang harus ke fasilitas kesehatan, tapi faktanya masih isoman.

Jadi, sekali lagi, testingnya harus ekstrem.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.