Sebelumnya
Selain itu, emiten berkode saham BRIS tersebut juga memiliki economic of scale yang kompetitif dengan basis nasabah mencapai 17 juta.
“Tahun ini ada penambahan nasabah rata-rata 150 ribu per bulan, lebih besar dari rata-rata penambahan nasabah 100 ribu per bulan tahun lalu,” jelas Hery.
Hal ini dapat dilihat dari rasio biaya operasional berbanding pendapatan operasional yang terus menurun. Jika pada Juni 2021 posisinya berada di level 80,68 persen, maka pada Juni 2022 menyusut menjadi 74,50 persen.
Baca juga : Lewandowski Bersinar Lagi, Barca Puncaki Klasemen
“Dengan berbagai strategi dan upaya yang diterapkan sejauh ini, pada akhirnya BSI mampu memiliki tingkat keuntungan yang baik,” jelas Hery.
Selain mampu menghasilkan tingkat keuntungan yang sangat baik, Hery menjelaskan, BSI juga terus berupaya meningkatkan daya saing dalam hal yield pembiayaan. Tingkat bagi hasil pada Desember 2021 berada di angka 9,57 persen, bisa diturunkan menjadi 9,19 persen pada Juni 2022.
“Malah untuk pembiayaan konsumer, pricing yang ditawarkan BSI jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan bank-bank ternama di negeri ini,” katanya.
Baca juga : Menperin: Industri Penerbangan Kita Punya Masa Depan Cerah
“Ke depan, kami akan terus mengupayakan peningkatan CASA dan menurunkan biaya dana, serta meningkatkan efisiensi,” pungkas Hery.
Hal itu diamini oleh Anggota Komisi VI DPR dari Fraksi PDI Perjuangan Harris Turiono dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP), Selasa (20/9).
“Saya terkejut, CoF BSI 1,57 persen hingga semester I tahun 2022. Ini di bawah rata-rata industri perbankan. Angka itu jauh dibandingkan sebelum merger, yakni 2,7 persen di tahun 2020,” kata Harris. ■
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.