Dark/Light Mode
BREAKINGNEWS
Tekan Emisi, Pemerintah Jangan Hanya Fokus Ke Mobil Listrik, Ini Alasannya
Kamis, 5 September 2024 20:45 WIB
![Pakar Otomotif dari ITB, Yannes Martinus Pasaribu. (Foto: Ist) Pakar Otomotif dari ITB, Yannes Martinus Pasaribu. (Foto: Ist)](https://rm.id/images/img_bg/img-750x390.jpg)
RM.id Rakyat Merdeka - Pakar Otomotif dari ITB, Yannes Martinus Pasaribu mengatakan, berdasarkan data yang dimilikinya diketahui jika penjualan mobil listrik (Electric Vehicle/EV) di berbagai negara belum ada yang mencapai 100 persen.
Menurut dia, persentase penjualan mobil listrik sangat bervariasi di berbagai negara. “Misal di Norwegia dan Islandia memiliki tingkat adopsi yang tinggi, sedangkan di Indonesia, India, dan Malaysia sangat rendah,” ujarnya saat diskusi tentang bioetanol di Karawang, Kamis (5/9/2024).
Menurut dia, ada korelasi positif antara Produk Domestik Bruto (PDB) per kapita suatu negara dan tingkat adopsi mobil listriknya. Negara-negara kaya umumnya memiliki penjualan mobil listrik yang lebih tinggi.
Baca juga : Jangan Semuanya Fokus ke Politik
Mobil listrik umumnya lebih mahal daripada kendaraan bermesin pembakaran internal tradisional. Di negara-negara dengan PDB per kapita yang lebih rendah, keterjangkauan merupakan penghalang utama untuk adopsi mobil yang meluas.
Menurutnya, berfokus hanya pada mobil listrik dapat membebani ekonomi dan membatasi akses ke transportasi pribadi bagi banyak orang. Durasi program mobil listrik juga tidak secara langsung menentukan adopsi mobil listrik yang tinggi.
“Beberapa negara dengan program yang lebih lama memiliki tingkat adopsi yang lebih rendah dibandingkan negara dengan program yang lebih pendek,” katanya.
Baca juga : Mengawal Implementasi Larangan Iklan Rokok Di Media Internet
Selain itu, keterbatasan infrastruktur membuat penjualan mobil listrik stagnan. Menurutnya, infrastruktur pengisian daya yang kuat sangat penting untuk adopsi mobil listrik.
“Membangun dan memelihara infrastruktur semacam itu membutuhkan investasi yang signifikan, yang mungkin tidak dapat dilakukan oleh semua negara, terutama negara-negara dengan ekonomi berkembang atau wilayah geografis yang luas,” katanya.
Selain itu, kata dia, mobil listrik juga bergantung pada kebersihan jaringan listrik. Di negara-negara yang sangat bergantung pada bahan bakar fosil untuk pembangkit listrik, pengurangan emisi keseluruhan dari adopsi mobil listrik mungkin terbatas. Selain itu, lonjakan adopsi mobil listrik yang tiba-tiba dapat membebani jaringan listrik yang ada.
Baca juga : Jeda Internasional, Persib Bandung Fokus Gim Internal
Karena itu, dia mengusulkan, agar pemerintah tidak fokus pada mobil listrik saja. Teknologi lain seperti kendaraan hibrida, sel bahan bakar hidrogen, dan peningkatan efisiensi mesin pembakaran internal juga dapat berkontribusi pada keamanan energi dan pengurangan emisi.
“Negara-negara lain mungkin mengeksplorasi pendekatan yang beragam daripada memasukkan semua telur mereka ke dalam keranjang EV,” tukasnya.
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tags :
Berita Lainnya