Dark/Light Mode

Pertamina Beri Pelatihan Membatik Dan Buat Kue

Ini Cara Agar Mantan Napi Survive Di Kehidupan Baru

Minggu, 8 September 2024 07:05 WIB
Pelatihan membatik menjadi salah satu program unggulan yang diajarkan kepada Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) di Lapas Perempuan Kelas IIB Jambi, Jumat (6/9/2024). Kegiatan ini bagian dari program Corporate Social Responsibility (CSR) PT Pertamina EP Jambi Field untuk membekali WBP agar memiliki keahlian baru, sehingga bisa mengembangkan usaha usai masa penahanan. Foto: DOC : HUMAS PHE
Pelatihan membatik menjadi salah satu program unggulan yang diajarkan kepada Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) di Lapas Perempuan Kelas IIB Jambi, Jumat (6/9/2024). Kegiatan ini bagian dari program Corporate Social Responsibility (CSR) PT Pertamina EP Jambi Field untuk membekali WBP agar memiliki keahlian baru, sehingga bisa mengembangkan usaha usai masa penahanan. Foto: DOC : HUMAS PHE

RM.id  Rakyat Merdeka - PT Pertamina EP Jambi Field Regional Sumatera berupaya terus memberikan dukungan pendampingan dan permodalan kepada Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP). Termasuk yang telah bebas dari Lembaga Pemasyarakatan Perempuan (LPP) Kelas IIB Jambi.

Community Development Officer (CDO) Pertamina EP Jambi Field M. Zainul Arifin mengatakan, salah satu fak­tor yang membuat residivis terus melakukan hal yang sama (tindak pidana) berulang kali, dikarenakan tidak memiliki skill. Jadi, ketika kembali ke lingkungan masyarakat, tidak tahu harus berbuat apa.

“Makanya kami mau upskill mereka. Kalau masa tahanan selesai, ilmunya dapat menjadi bekal mereka meneruskan ke­hidupan baru pasca tahanan,” terang Zainul dalam acara media visit ke Lapas Perempuan IIB Jambi untuk meninjau Program CSR Pertamina EP di Jambi, Jumat (7/9/2024) malam.

Dengan begitu, lanjut Zainul, diharapkan citra negatif pada mantan narapidana bisa hilang dan turut berdampak pada penu­runan angka residivis.

“Ini juga membentuk citra positif dari hasil kerja sama yang kami lakukan bersama lapas perempuan,” katanya.

Baca juga : Swiss Vs Spanyol, Misi Meraih Kemenangan

Menurutnya, perubahan itu bisa terlihat pada salah satu WBP bernama Meli kurniati, yang telah bebas dari Lapas Perem­puan IIB Jambi sejak 2022. Dia kini mengembangkan usaha kue kering.

“Ibu Meli ini ternyata tidak cuma survive pasca keluar lapas. Dia juga jadi penggerak, dengan mengajak ibu-ibu sekitar untuk membantunya membuat kue pesanan,” puji Zainul.

Karena itu dia berharap, mantan warga binaan ini bisa mengembangkan kemampuan­nya, termasuk membuat usaha batik sesuai ilmu yang didapat­kan selama pelatihan.

“Ini yang lagi kami jajaki, skemanya bagaimana agar bisa masuk dan sesuai Program CSR (Corporate Social Responsibility). Karena tidak bisa untuk perorangan, harus buat grup dulu,” katanya.

Menurutnya, pemberdayaan ini bisa menjadi program berkelanjutan yang tak hanya fokus di hulu, tetapi juga di hilir.

Baca juga : Pemprov Kudu Buka Posko Pengaduan Di RT Dan RW

“Kalau sekadar pembinaan di Lapas saja, swasta pun melaku­kan itu. Tapi setelah warga binaannya bebas, kan tidak ada kelanjutan. Di sini lah bedanya sama program kami,” ucapnya.

Lebih lanjut disampaikannya, selama lima tahun terakhir atau sejak tahun 2019, pihaknya telah mengembangkan potensi lokal berupa budaya batik, sebagai salah satu kemampuan yang diajarkan kepada warga binaan di Lapas Perempuan Kelas IIB Jambi.

“Di tahun pertama, kami memanggil instruktur untuk mengajar pelatihan dasar mem­batik yang diikuti sekitar 8 orang. Tahun ini, ada 22 orang yang dilatih,” katanya.

Dalam memberdayakan warga binaan ini, perseroan tak hanya memberikan pendampingan, tetapi juga menyediakan fasilitas berupa kompor, panci, lilin, alat canting, kain putih dan bahan baku pewarnaan alami untuk membatik.

Hingga kini, kebutuhan produksi tersebut masih terus di-support, baik sarana dan prasarana. Termasuk membangun pendopo sebagai tempat kegiatan membatik di Sangeti Muara Jambi di Lapas Perem­puan Kelas IIB Jambi.

Baca juga : Garuda Hajar 2 Gajah Perang

“Kami lihat secara produksi sudah bagus. Terutama dalam peningkatan kapasitas, nanti kami tambah lagi pelatihannya. Tidak hanya fokus ke batik, bisa ke usaha lainnya,” imbuhnya.

Menurut pengamatan Rakyat Merdeka saat berkunjung ke Lapas Perempuan Kelas II B Jambi, warga binaan yang mengikuti pelatihan ini ada pada rentang usia produktif atau sekitar 20 tahun hingga 47 tahun.

Di dalam satu pendopo atau gedung, terdapat beberapa ruang yang disekat. Jadi, kegiatan yang dilakukan tidak hanya memba­tik, tetapi juga ada kegiatan pela­tihan lainnya. Seperti merangkai bunga plastik, tata boga atau memasak, membuat kue kering dan terdapat salon kecantikan, serta nail art.

Pada gedung yang berbeda, dimanfaatkan sebagai tempat pelatihan garmen.

Mereka dibolehkan keluar dari sel selama bekerja di tempat-tempat pelatihan ini setiap hari, mulai dari pukul 08.00-15.00 WIB. Sedangkan, pada Sabtu, bisa bekerja setengah hari.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.