Kerek Daya Saing Industri Susu, Kemenperin Usulkan Insentif Bea Masuk

RM.id  Rakyat Merdeka - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) memacu daya saing industri pengolahan susu di Tanah Air melalui beberapa upaya strategis. Salah satunya dengan mengusulkan pemberian insentif Bea Masuk Ditanggung Pemerintah (BMDTP). 

Pada 2020, pemerintah telah mengalokasikan anggaran sebesar Rp 583,2 miliar untuk fasilitas BMDTP kepada 33 sektor industri terdampak pandemi Covid-19.

“PT Frisian Flag Indonesia merupakan salah satu perusahaan industri pengolahan susu yang telah menerima manfaat insentif fiskal tersebut dan kemudian meningkatkan investasinya,” ujar Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita, Selasa (9/3).

Baca juga : Inaplas Minta Hak Paten Plastik Bubble Wrap Dicabut

Di samping itu, PT Frisian Flag Indonesia diharapkan terus berkomitmen untuk mengadopsi dan mengimplementasikan industri 4.0 di setiap lini produksinya, baik di pabrik lama maupun baru agar dapat bersaing di kancah regional dan global.

Dirjen Industri Agro Kemenperin, Abdul Rochim mengapresiasi,  PT Frisian Flag Indonesia yang telah menambah investasi dan membuka pabrik pengolahan susu baru di Indonesia sejak pertama kali berdiri pada tahun 1969.

“Ke depannya, PT Frisian Flag Indonesia selain meningkatkan investasi di dalam negeri, diharapkan juga terus memperkuat dan memperluas kemitraan dengan peternak sapi perah untuk meningkatkan pasokan bahan baku susu segar dari dalam negeri,” ungkapnya.

Baca juga : Perkuat Food Estate, Kementan Berikan Pendampingan Maksimal

Menurut Rochim, langkah ekspansi PT Frisian Flag Indonesia menunjukkan optimisme investor terhadap peluang usaha yang tetap terbuka lebar dan iklim usaha yang makin kondusif di Indonesia walaupun sedang terdampak pandemi Covid-19. “Kami berharap akan ada lebih banyak pihak yang mengikuti jejak PT Frisian Flag Indonesia untuk terus meningkatkan investasinya di Tanah Air,” tandasnya.

Rochim optimistis, apabila kinerja industri pengolahan susu di dalam negeri dapat tumbuh gemilang dan membawa dampak positif terhadap kinerja sektor manufaktur khususnya industri makanan dan minuman, bahkan juga perekonomian nasional. “Sebab, Indonesia berpotensi memiliki sumber daya alam yang berlimpah dan permintaan domestik yang terus meningkat,” ujarnya.

Menurut Rochim, meski terdampak pandemi Covid-19, PDB industri makanan dan minuman masih mampu tumbuh sebesar 1,58 persen pada 2020. Jumlah ini di atas pertumbuhan PDB industri pengolahan nonmigas yang terkontraksi 2,52 persen dan PDB nasional yang juga terkontraksi 2,07 persen.

Baca juga : Gelar IGDS 2021, Kemenperin Kerek Desain Produk Industri

Namun demikian, pada periode yang sama, industri makanan dan minuman berkontribusi sebesar 39,01 persasn terhadap PDB industri pengolahan non-migas. Sehingga industri ini menjadi subsektor dengan kontribusi PDB terbesar.

Sepanjang 2020, ekspor industri makanan dan minuman menembus 31,1 miliar dolar AS, sehingga berkontribusi 23,7 persen terhadap ekspor industri pengolahan non-migas. Di sisi lain, industri makanan dan minuman mampu menarik investasi sebesar 29,4 miliar dolar AS di 2020, dan secara keseluruhan menyerap tenaga kerja sebanyak 1,1 juta orang. [DIT]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.