Dark/Light Mode
BREAKINGNEWS
- Erick Thohir: Jangan Berpuas Diri, Lawan Filipina Akan Berat!
- Marc-Andre Ter Stegen Sudah Nggak Betah Di Barcelona
- Juventus Tawar Jadon Sancho Rp326 Miliar
- Aquabike Indonesian Championship Piala Menpora 2025 Digelar Di Pantai Jepara
- Jelang BRI Super League, Level Kebugaran Pemain Persib Baru 50 Persen

RM.id Rakyat Merdeka - Paradigma sekarang, di era yang serba digital ini, semua orang yang bekerja di dunia informasi, yang berkutat dengan sumber informasi, baik berupa buku, majalah, surat kabar, naskah kuno, buku langka--baik fisik maupun digital--pasti disebut pustakawan. Suatu profesi terhormatkah? Membanggakankah? Tergantung sudut pandang kita tentunya. Tetapi para pustakawan, pengelola perpustakaan, pengelola informasi dan pengetahuan, baik di lembaga perpustakaan yang berlabel pemerintah maupun yang swasta, adalah orang-orang pekerja yang disebut profesional informasi, yang disebut pustakawan.
Maka, banggalah jadi pustakawan. Karena pekerjaan para pustakawan, profesi pustakawan itu cukup menawan, cukup seksi sekarang ini. Mulai dari asisten perpustakaan sampai ke jenjang yang tertinggi yaitu pustakawan ahli utama, adalah orang-orang profesional di bidang perpustakaan dan informasi.
Pandangan umum tentang seorang pustakawan yakni sebagai manusia aneh dengan kacamata minus tanpa keramahtamahan. Orangnya tua-tua, nggak ada anak mudanya, dan ruangannya lembab. Asumsi lainnya yang beranggapan bahwa seorang pustakawan berkutat dengan kumpulan buku-buku usang dengan ruangan remang-remang gelap dan tidak sedap dipandang, pokoknya gak asik, perpustakaan di negeri yang kaya raya ini jauh ketinggalan, ah basi itu pernyataannya!
Akan tetapi, ada juga yang berpendapat sebaliknya, bahwa pustakawan laksana kamus berjalan yaitu tempat bertanya segala informasi. Sebagaimana pendapat yang mengatakan bahwa perpustakaan yang merupakan tempat kegiatan seorang pustakawan disebut sebagai pusat ilmu dan pengetahuan, pusat informasi dunia, atau sarana kita mencari informasi sebagai jendela dunia, bahkan ada joke yang menyatakan pustakawan lebih hebat dari profesor, karena profesor mencari informasi, buku-buku pasti menanyakan kepada pustakawan.
Seiring dengan perkembangan teknologi informasi, maka peran pustakawan pada sebuah perpustakaan sebagai media penyampai informasi dapat dengan menggunakan berbagai program kemasan informasi dengan aneka penyajian. Dalam dunia belajar mengajar atau pendidikan dan pengajaran, peran perpustakaan masih menjadi kebutuhan pokok bagi para pendidik dan peneliti. Hal ini dikarenakan tidak semua informasi yang dibutuhkan dapat diperoleh dengan mudah.
Berkaitan dengan sarana pembelajaran sebagai mitra dalam memperoleh informasi dari berbagai bidang ilmu pengetahuan, maka pustakawan sebagai mediator informasi sangat berperan. Oleh karena itu, kalangan pendidik atau siapapun yang ingin berperan sebagai penyampai ilmu pengetahuan (informasi) wajib mengetahui peran seorang pustakawan.
Perpustakaan sebaiknya dikelola sesuai tujuan penyelenggaraan sebuah pusat informasi. Komunikasi informasi kepada pemakai saat ini melalui aneka media yang ada. Pada peran inilah (media informasi) pustakawan dibutuhkan agar informasi sampai kepada pemakai. Aneka kemasan informasi diolah oleh pustakawan sehingga siap untuk dimanfaatkan. Tidak dapat dipungkiri sehingga peran seorang pustakawan menjadi tolok ukur apakah informasi yang disampaikan bermanfaat atau tidak, sesuaikah dengan kebutuhan para pengguna atau pengunjung perpustakaan. Perpustakaan tanpa adanya pengguna, hanya menjadi gudang koleksi yang akhirnya menjadi sarang debu, seperti rumah tak bertuan. Karenanya, penting kiranya mengenal peran seorang pustakawan dalam mengelola sebuah perpustakaan, apa yang harus dilakukan terhadap koleksi perpustakaan agar informasi yang terdapat dalam sebuah koleksi bermanfaat bagi pengguna/pengunjung perpustakaan.
Baca juga : Memprioritaskan Swasembada dan Hilirisasi Tanaman Pangan
Melihat realitasnya di lapangan, ketika dimana penulis berkecimpung langsung di lapangan, pelayanan publik perpustakaan dan informasi, dimana pustakawan melayani masyarakat (pemustakanya) dengan sepenuh hati sehingga memuaskan bagi pemustakanya. Berdasarkan hasil survei dalam kajian kepuasan pemustaka layanan yang diberikan pustakawan di bidang layanan itu memasuki zona pelayanan prima, cukup memuaskan bagi pemustakanya. Itulah yang dibutuhkan lembaga perpustakaan sekarang ini, pustakawan profesional.
Profesionalisme Pustakawan
Salah satu tugas yang dijalankan Perpustakaan Nasional (Perpusnas) adalah membina dan mengembangkan profesionalisme pustakawannya. Perlu disampaikan bahwa perpustakaan sebagai institusi pengelola informasi memiliki tujuan utama seperti yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007 Tentang Perpustakaan, yakni memberikan layanan kepada pemustaka, meningkatkan kegemaran membaca, serta memperluas wawasan dan pengetahuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Perpustakaan harus menyesuaikan diri dengan paradigma informasi yang ada, sehingga perpustakaan mampu melaksanakan tujuan utamanya dengan maksimal. Untuk bisa mencapai tujuan tersebut, maka perlu sumber daya manusia yang bisa mengelola perpustakaan dengan baik, sumber daya manusia yang dimaksud itu adalah pustakawan.
Menurut ODLIS (Online Dictionary Library and Information Science) (2002:70), “Librarian is A professionally trained person responsible for the care of a library and its contents, including the selection, processing, and organization of materials and the delivery of information, instruction, and loan services to meet the needs of its users”. Pustakawan adalah seseorang yang terlatih secara profesional bertanggung jawab untuk mengurus perpustakaan dan isinya, termasuk pemilihan, pengolahan, dan organisasi bahan dan penyampaian informasi, instruksi, dan layanan pinjaman untuk memenuhi kebutuhan penggunanya. Pustakawan adalah salah satu sumberdaya manusia yang paling penting dalam perpustakaan. Menurut Lasa Hs (2009:295) pustakawan ialah seseorang yang melaksanakan kegiatan perpustakaan dengan jalan memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan tugas lembaga induknya berdasarkan ilmu perpustakaan, dokumentasi dan informasi yang dimilikinya melalui pendidikan.
Pustakawan sebagai sumberdaya manusia dalam perpustakaan harus bekerja secara profesional, sesuai dengan profesionalisme pustakawan yang tercermin pada kemampuannya yang mencakup pengetahuan, pengalaman, keterampilannya dalam mengelola dan mengembangkan pelaksanaan pekerjaan di bidang kepustakawanan secara mandiri. Dengan keprofesionalan yang dimiliki oleh pustakawan, pustakawan mampu memberikan layanan yang sesuai dengan kebutuhan, karakter dan keinginan pengguna, sehingga pengguna merasa puas ketika datang ke perpustakaan. Jika itu dapat terlaksana, diharapkan dapat membangun dan menanamkan image positif bagi perpustakaan dan khususnya pustakawan itu sendiri.
Pustakawan dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, disebutkan bahwa pustakawan adalah orang yang bergerak dalam bidang ilmu perpustakaan, ahli perpustakaan. Sedangkan menurut Ikatan Pustakawan Indonesia (IPI), pustakawan ialah seseorang yang melaksanakan kegiatan perpustakaan dengan jalan memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan tugas lembaga induknya berdasarkan ilmu perpustakaan, dokumentasi dan informasi yang dimilikinya melalui pendidikan.
Dalam catatan ini, peran Pusat Pembinaan Pustakawan (Pusbinawan) Perpusnas sangat penting dan strategis untuk menjadikan pustakawan sebuah profesi yang semakin menawan. Menawan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dimaknai sebagai orang yang menarik hati atau memikat. Setiap orang menawan dengan kelebihan yang dimilikinya, termasuk juga dengan segala kekuatan yang dalam diri kita. Secara tidak langsung orang kerap kali tertarik pada hal-hal yang tampak mata, namun menawan juga dapat diukur dari bagaimana kita bersikap dengan orang lain. Nah, Pusbinawan akan mengajak para pustakawan untuk meningkatkan skillnya, kemampuannya, keprofesionalannya, kehandalannya, kepeduliannya, yang harus dituangkan sebanyak-banyaknya karakter yang menawan, terlepas dari kekurangan yang ada dalam diri kita.
Pustakawan yang menawan itu, jujur bukan tipe orang yang suka berbohong. Masyarakat mudah menyukai pribadi pustakawan yang jujur. Pada dasarnya orang kurang menyukai kepalsuan. Ketika kita berbicara dengan jelas dan jujur, orang akan lebih mudah percaya sama apa yang kita katakan, pustakawan harus memiliki ini. Kemudian pustakawan yang menawan, juga tampak dari bagaimana mereka menjadi pendengar yang baik. Orang yang menawan itu fokus dengan apa yang dia katakan. Pustakawan yang menawan itu tidak sibuk berpikir negatif tentang apa yang dikatakan orang lain dan tidak mudah menginterupsi orang yang sedang berbicara.
Baca juga : Tantangan Ekonomi Saat Ini, PHK Mengkhawatirkan
Pustakawan yang menawan juga harus mempunyai kharisma, kharisma itu tampak dari positive attitude yang kita miliki. Pustakawan dalam melayani masyarakat dengan sopan, ramah, penuh dengan senyuman dalam memberikan pelayanannya. Pustakawan yang menawan juga tergolong people person, artinya suka bertukar pandangan, berbicara dengan penuh makna, berisi dan ada tujuannya yang dapat dipahami oleh orang lain, karena pustakawan harus mempunyai cara pandang yang luas dan tidak mudah menghakimi orang.
Pustakawan yang menawan juga mampu tersenyum dan tertawa di saat terpuruk dalam permasalahan hidup, harus tetap punya sense humor yang bisa diandalkan dapat menghibur setiap orang, bahkan juga diperlukan nonverbal cues ketika pustakawan berhadapan dengan pemustakanya, ada kontak mata, senyum terbuka dan kenal dengan siapa yang diajak bicara. Dan terakhir, pustakawan yang menawan itu selalu tampak tenang dan keren bahkan saat menghadapi waktu yang sulit sekalipun.
Seorang pustakawan, seperti yang tercantum dalam Pasal 31 UU Nomor 43 Tahun 2007 adalah yang memberikan layanan prima terhadap pemustaka. Banyak teori yang menyebutkan bahwa layanan prima dapat dinilai dari beberapa aspek, seperti komunikasi yang baik, ramah, tanggap dengan kebutuhan pengguna, dan juga penampilan pada saat melayani. Selain itu, juga memberikan keteladanan dan menjaga nama baik lembaga dan kedudukan sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya. Menurut Agus Sutoyo dan Joko Santoso dalam buku Strategi Pemikiran Perpustakaan: Visi Hernandono (2001) disebutkan bahwa pustakawan bisa menjaga nama baik profesinya dengan cara menjaga perilaku dan sikapnya dalam melayani pemustaka, memiliki ilmu pengetahuan, keterampilan, kecakapan dan keahlian yang mumpuni dalam bidangnya. Disebutkan juga bahwa Pustakawan profesional harus menguasai teknologi yang dibutuhkan oleh perpustakaan agar perpustakaan tidak tertinggal dari perkembangan teknologi. Selain itu, pustakawan yang profesional juga harus memiliki keterampilan, kecakapan dan keahlian khusus dalam mengelola perpustakaan.
Profesionalisme dalam setiap pekerjaan pustakawan saat ini mutlak dibutuhkan, dengan memiliki cara kerja pelayanan dengan berprinsip pada people based service (berbasis pengguna) dan service excellence (layanan prima) yang hasilnya diharapkan dapat memenuhi kepuasan penggunanya. Dampak positifnya adalah peran pustakawan semakin diapresiasi oleh banyak kalangan dan citra lembaganya (perpustakaan) akan menjadi lebih baik. Pustakawan sebagai profesi seharusnya memiliki keinginan tinggi meningkatkan produktivitas dan kinerjanya untuk memberikan manfaat bagi yang membutuhkan. Keinginan yang tidak terlepas dari kebutuhan dan harapan individu dimana dia bekerja. Oleh sebab itu perilaku kompetisi dan profesionalisme ini menjadi salah satu cara untuk mencapai keinginan tersebut.
Peran Pusbinawan
Melalui Pusbinawan, diharapkan dapat satu formula baru untuk bisa menyegarkan kembali peran penting pustakawan di lembaga perpustakaan, lembaga pendidikan, perusahaan, dan lembaga lainnya yang di dalamnya ada lembaga perpustakaan dan informasinya. Karena Perpustakaan Nasional sebagai lembaga induk yang menaungi seluruh perpustakaan di Indonesia termasuk pembinaan pustakawannya, maka pustakawan pun hendaknya cepat berubah menyesuaikan keadaan yang menantang.
Kita harus menyadari bahwa Pustakawan adalah mitra intelektual yang memberikan jasanya kepada pemakai. Jadi seorang pustakawan harus ahli dalam berkomunikasi baik lisan maupun tulisan dengan pemakai. Seorang pustakawan harus selalu berpikir positif. Pustakawan tidak hanya ahli dalam mengkatalog, mengindeks, mengklasifikasi koleksi, akan tetapi harus mempunyai nilai tambah, karena informasi terus berkembang.
Pustakawan sudah waktunya untuk berpikir kewirausahaan. Bagaimana mengemas informasi agar laku dijual tapi layak pakai. Ledakan informasi yang pesat membuat pustakawan tidak lagi bekerja hanya antar sesama pustakawan, akan tetapi dituntut untuk bekerjasama dengan bidang profesi lain dengan tim kerja yang solid dalam mengelola informasi.
Baca juga : Datangi MA, FHUI Minta PK Mardani Maming Dikabulkan
Pustakawan harus berubah, mau tidak mau, like or dislike, kita dihadapkan pada zaman yang begitu cepat berubah dalam tatanan sosial kemasyarakatannya. Profesi ini terlalu mulia untuk diabaikan. Kita harus memuliakan profesi pusatakawan ini. Cobalah simak perilaku dan eksistensi hidup kita bisa diubah oleh perspektif tentang waktu. Hal itu tersimpul dalam buku "The Time Paradox: The New Psychology of Time That Will Change your Life", karya Philip Zimbardo dan John Boyd (2023).
Mereka yang berorientasi ke masa lalu menyadari akar kesejarahan dan sumber kehidupannya. Namun, bisa bermasalah bila tertawan di masa lalu yang merintangi adaptasi, apalagi bila masa lalu dilihat semata sebagai sumber kepedihan. Namun, bila berlebihan bisa melupakan pelajaran sejarah dan tak memiliki perencanaan serta daya antisipatif untuk menghadapi masa depan. Yang terbaik adalah perspektif keseimbangan. Kita harus bisa memulihkan masa lalu (reclaim yesterday), menikmati hari ini (enjoy today), dan menguasai masa depan (master tomorrow).
Dalam konteks ini, dalam upaya menciptakan pustakawan-pustakawan yang unggul, profesional, tentunya diperlukan pustakawan yang belajar dari masa lalu dari sejarah yang pernah terjadi, dan mampu mengelola berbagai sumber informasi yang kekinian. Salah satu sumber informasi yang sangat penting dalam penyediaan informasi adalah hadirnya sebuah perpustakaan yang dikelola oleh pustakawan yang kompeten dalam memberikan pelayanan prima bagi pemustakanya (masyarakat).
Kehadiran Pusbinawan dalam memberikan penguatan jabatan fungsional pustakawan yang profesional ini sangat penting dan strategis. Karena bagaimana caranya seluruh lembaga yang menaungi perpustakaan itu yang belum memiliki dan sangat membutuhkan tenaga ahli pustakawan yang dapat mengelola perpustakaan secara kreatif dan inovatif berbasis teknologi digital itu dapat terpenuhi SDM-nya, dan rekomendasi dari lembaga induk sebesar Perpustakaan Nasional sangat ditunggu, dan Pusbinawan hadir dalam mensupport-nya.
Bahkan, sekarang ini banyak lembaga di daerah maupun di kementerian/lembaga di pusat yang mengusulkan jabatan fungsional asisten perpustakaan dan pustakawan sampai ke jenjang pustakawan ahli utama. Jenjang ini merupakan jenjang jabatan tertinggi yang mensyaratkan kualifikasi pendidikan dan profesionalisme tingkat tinggi dalam melaksanakan tugas dan fungsi utamanya mampu menyelesaikan berbagai persoalan dan tugas-tugas yang bersifat analisis kompleks terhadap masalah perpustakaan dan kepustakawanan, baik aspek pengelolaan dan pelayanan perpustakaan, serta pengembangan sistem kepustakawanannya guna mendukung peningkatan dan pengembangan pelayanan publiknya.
Pusbinawan ke depan dengan memiliki SDM-SDM pustakawan yang profesional dapat menggiring profesionalisme pustakawan semakin menawan di negeri ini. Pekerjaan yang mulia dengan profesi yang semakin menawan. Banggalah menjadi Pustakawan! Salam Literasi.***
Agus Sutoyo, Kepala Pusat Pembinaan Pustakawan (Pusbinawan) Perpustakaan Nasional RI.
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tags :
Berita Lainnya