Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Sebut Wartawan Antek Penghancur NKRI, Bukan Negarawan, Prabowo Emosional

Sabtu, 8 Desember 2018 06:23 WIB
Capres 02 Prabowo Subianto di tengah acara Hari Disabilitas Internasional di Grand Sahid Jaya Jakarta, Kamis (4/12). (Foto: Istimewa)
Capres 02 Prabowo Subianto di tengah acara Hari Disabilitas Internasional di Grand Sahid Jaya Jakarta, Kamis (4/12). (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Sikap Prabowo Subianto yang mencak-mencak ke wartawan, dinilai tidak patut. Tidak menunjukkan sikap kenegarawanan. Juga terlihat sangat emosional. Penilaian itu terangkum dari pernyataan tiga organisasi wartawan, saat dimintai mengomentari sikap mantan Danjen Kopassus itu.

Kekesalan Prabowo terhadap wartawan dan media disampaikan saat peringatan Hari Disabilitas Internasional di Jakarta. Awalnya, Capres nomor urut 02 ini kesal karena tidak semua media meliput dan menulis Reuni 212, yang menurutnya dihadiri 11 juta orang lebih. Prabowo menyebut, para jurnalis yang tidak meliput acara tersebut, sudah tidak berhak menyandang predikat jurnalis.

Dia juga menyatakan para jurnalis yang meliputnya, sebagai antek yang ingin menghancurkan Indonesia. Ketua Umum Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Pusat Atal S Depari menilai apa yang diungkapkan Prabowo, merupakan kekecewaan dan emosi. Dia bisa memaklumi, karena tahun ini tahun politik. Sesuatu yang remeh akan menjadi besar. Hanya saja, lanjut Atal, wartawan juga punya independensi. Tidak bisa diatur-atur. Harus dipahami, media punya agenda setting dan kebijakan sendiri-sendiri, yang tak bisa diintervensi pihak lain. Apakah PWI akan merespons omongan Prabowo?

Baca juga : Sering Blusukan Ke Pasar Tradisional

Atal bilang, selama anggota PWI tidak merespons omongan Prabowo, pihaknya tidak akan bergerak. "Kalau ada anggota kami yang tersinggung dan melapor, baru kami akan menanggapi," kata Atal saat dikontak Rakyat Merdeka. Kendati begitu, menurut Atal, apa yang disampaikan Prabowo harus menjadi kritik bagi media sendiri.

Harus introspeksi. Media harus menjalankan fungsinya sebagai sarana publik. Mengakomodir aspirasi publik. Termasuk media TV Karena jaringan yang digunakan media itu juga adalah milik publik. Bukan milik sendiri. Kalau publik dikecewakan dan tak aspiratif, nanti akan mendapat konsekuensi dari publik. "Seperti ditinggalkan penonton," ucapnya. Ketua Umum Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Abdul Manan menilai kritik yang disampaikan Prabowo, terlalu berlebihan dan emosional.

Menurut dia, sebagai seorang capres, Prabowo mestinya bersikap negarawan. Membuat pernyataan yang menenangkan semua pihak. Tidak memprovokasi bahkan membuat pihak lain takut. Jika sikap Prabowo terus seperti ini, publik akhirnya akan mempertanyakan integritas Prabowo. "Pesan untuk Prabowo sebagai calon presiden, bersikaplah lebih hati-hati dan tunjukkan sikap negarawan. Semestinya, biasa saja menanggapi pemberitaan yang tidak sesuai harapan," kata Manan, kemarin.

Baca juga : Empat Tahun Ini, Saya Sabar...Sabar...Sabar...

Dalam negara demokrasi, kritik disampaikan Prabowo kepada media mainstream sebenarnya sah-sah saja. Tapi, di sisi lain, media berhak menjalankan kebijakannya dan mengritik Prabowo. Anggota Dewan Pers Hendry Ch Bangun juga menyayangkan sikap Prabowo. Dia bilang, mestinya Prabowo membaca dan mempelajari lagi UU Pers sebelum bicara. Menurutnya, keputusan media tak menjadikan Reuni 212 sebagai berita utama, menunjukkan independensi. Sebab media harus bebas dari tekanan.

Hendry menjelaskan, ketika sebuah media menurunkan sebuah headline, media tersebut mempertimbangkan dengan baik visi dan misinya. Kalau dikatakan tidak independen, salah besar. Sebab kalau media menulis karena tekanan, justru tidak independen. "Lagi pula, setiap media punya agenda masing-masing, kata Hendry. Menurut dia, kritikan Prabowo semestinya disampaikan dengan baik, bukan dengan menuding dan menghujat. Sebab, dari pengamatannya, sejumlah media nasional berada di jalur yang benar dalam meliput pemberitaan yang berkaitan dengan pilpres.

"Media itu kan sejatinya mengedepankan kepentingan publik, tidak partisan, dan itulah yang dilakukan sekarang. Kalau ada yang dianggap partisan, biar masyarakat yang menilai," ungkapnya. Hendry mengatakan, sekarang adalah era keterbukaan. Sudah bukan zamannya lagi menuding-nuding. Dia percaya, masyarakat masih mempercayai media massa di tengah kondisi maraknya berita bohong atau hoaks di media sosial. [BCG]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.