Sebelumnya
Hingga 2025, PLN menargetkan program co-firing dilakukan di 52 lokasi PLTU dengan total kapasitas 18.154 megawatt (MW) dengan kebutuhan biomassa 10,2 juta ton per tahun.
Baca juga : Pemilu Mahasiswa UIN Jakarta 2022 Sukses Lahirkan Pemimpin Baru
Untuk menjaga keberlangsungan pasokan biomassa, PLN telah merintis pembangunan rantai pasok melalui program pendampingan, pilot project pengembangan skala kecil sampai dengan komersialisasi biomassa yang melibatkan berbagai elemen masyarakat.
Baca juga : Dukung Ekosistem Kendaraan Listrik, PLN Gandeng Himbara Bangun SPKLU
Bagi PLN, lanjut dia, co-firing bukanlah upaya untuk mengurangi emisi saja. Melalui pemberdayaan masyarakat, teknologi co-firing ini juga mengajak masyarakat terlibat aktif dalam penanaman tanaman biomassa bahkan ada pula yang mengelola sampah rumah tangga wilayahnya untuk dijadikan pelet sebagai bahan bakar pengganti batubara.
Baca juga : Dukung Ekonomi Hijau, Teknologi Kehutanan 4.0 Bisa Diterapkan Di IKN Nusantara
“Jadi PLN bukan semata-mata menerapkan teknologi ini untuk mengurangi emisi saja. PLN sadar ada unsur ekonomi sirkular yang bisa membentuk ekosistem energi kerakyatan, di mana listrik ini dihasilkan dari kontribusi rakyat dan dinikmati kembali oleh rakyat,” imbuh Darmawan. ■
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.