Sebelumnya
Dia menerangkan, keengganan menggunakan BBM ramah lingkungan ron tinggi, seringkali bukan karena faktor harga, namun karena kebiasaan dan ketidakpercayaan terhadap perbedaan BBM ramah lingkungan dengan Premium. Karena itu, perlu terus diedukasi manfaat dan perbedaan signifikan BBM Ron tinggi.
Baca juga : Demokrat: Masyarakat Bosan Dengan Drama dan Pencitraan
Ekonom Senior Piter Abdullah menambahkan, untuk mengurangi emisi karbon, kebijakan penghapusan BBM Ron rendah seperti Premium bisa ditempuh yang berujung subsidi APBN berkurang. Pilihan ini, secara finansial bagus karena mengurangi beban APBN. Namun, di sisi lain, rawan secara politik, karena akan memunculkan gelombang penolakan.
Baca juga : BPTJ Minta Kebijakan WFH Dilanjutkan
Pilihan kedua, mengurangi atau menghilangkan premium, subsidi kemudian diberikan untuk penggunaan Pertalite, produk BBM lain ramah lingkungan. Pilihan ini menyenangkan masyarakat, tetapi akan berdampak lonjakan subsidi yang sudah pasti membebani APBN. Pilihan dua ini tidak mudah, dan bisa dinilai sebagai status quo.
Baca juga : Polusi Akan Tetap Buruk Jika BBM Oktan Rendah Masih Digunakan
Karena itu, di tengah isu Covid, diperlukan kehati-hatian dalam mengambil kebijakan terkait BBM, sebab ada factor daya beli. Apalagi fokus pemerintah mengatasi wabah Covid-19 menyelamatkan masyarakat dan dunia usaha yang terdampak. Mengurangi subsidi tak produktif memang tetap harus dipertimbangkan, namun perlu perencanaan jangka panjang dan tidak mendadak, terutama di saat pandemi masih ada. [USU]
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.