BREAKING NEWS
 

Webinar DBI

Gen Z Literat Akan Antarkan Indonesia Jadi Negara Maju

Reporter & Editor :
UJANG SUNDA
Jumat, 25 November 2022 12:35 WIB
Webinar Gen Z dan Literasi Digital bersama Duta Baca Indonesia (DBI), Jumat, (25/11). (Foto: Dok. Perpusnas)

RM.id  Rakyat Merdeka - Generasi Z (Gen Z) merupakan generasi yang aktif dalam penggunaan internet. Mereka menerima media sosial sebagai sesuatu yang sudah biasa. Gen Z pada seabad Indonesia Merdeka akan memegang peran penting dalam pembangunan. Persoalannya, karena Gen Z lebih banyak didominasi kaum remaja, dapat mengakibatkan perilaku kecanduan penggunaan media sosial (social networking addicton).

“Karena bonus demografi, diperkirakan 60 persen populasi penduduk Indonesia pada 2045 nanti dikuasai oleh generasi milenial yang menguasai digital. Ini jika digarap dengan serius dapat mengantarkan Indonesia menjadi negara maju dan unggul,” ucap Kepala Pusat Analisis Perpustakaan dan Pengembangan Budaya Baca Perpustakaan Nasional (Perpusnas) Adin Bondan, mengawali Webinar Gen Z dan Literasi Digital bersama Duta Baca Indonesia (DBI) dan pelaku industri kreatif, Jumat, (25/11).  

Setidaknya ada empat dimensi yang mesti dimiliki dalam literasi digital. Yaitu digital skill, digital culture, digital ethic, dan digital save.

Sesuai arah pembangunan 2020-2024, Perpusnas akan mendorong aktivitas literasi sebagai gerakan sosial (social movement) yang mengakar di masyarakat melalui strategi kolaborasi. Itu artinya, budaya literasi bakal menjadi ruh pembangunan sumber daya manusia. Human capital jadi penentu.

Baca juga : Salim Segaf: Kemajemukan Kekuatan Bangsa Indonesia, Kuncinya Kolaborasi

Dulu, pemajuan pembangunan ekonomi ditandai oleh sumber daya alam dan jumlah tenaga kerja yang banyak. Seperti yang disampaikan dalam teori ekonomi klasik. “Kini, teori ini gugur dengan adanya teori ekonomi modern yang menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi suatu negara adalah yang berbasis pada ilmu pengetahuan,” tambah Adin.

Kondisi ini, yang mau tidak mau, mendorong perpustakaan untuk berbenah menyesuaikan dengan kebutuhan dan perkembangan peradaban. Perpustakaan saat ini bukan lagi sebagai ruang tertutup. Perpustakaan harus menjadi ruang terbuka, ajang berbagi pengalaman, knowledge sharing, dan berlatih keterampilan hidup. “Kami menyebutnya sebagai transformasi perpustakaan berbasis inklusi sosial,” lanjut Adin.

Adsense

Penulis Toto ST Radik turut mengomentari cakapnya Gen Z menekuni industri kreatif. Banyak di antara mereka yang piawai menjadi content creator, YouTuber, film maker, dan sebagainya. Namun, ia menyoroti kekurangan infrastruktur yang mendukung bagi mereka. “Perlu percepatan dan penguatan yang melibatkan semua pihak, seperti pegiat literasi, pegiat budaya untuk pengembangan ekonomi kreatif,” tuturnya.

Masih sedikit daerah yang bisa mewadahi Gen Z berkreatif lewat industrinya. Tapi, tidak demikian di Kabupaten Lubuk Linggau, Sumatera Selatan. Dimotori pegiat literasi dan industri kreatif Benny Arnas, Lubuk Linggau kini menjelma menjadi "sarang" pelaku kreativitas karena nyata didukung Pemerintah Daerah. Bahkan, Pemda Lubuk Linggau memproyeksikan kegiatan kreatif tersebut bagian dari agenda setingkat provinsi.

Baca juga : Bertemu MBS, Jokowi Harap Kerja Sama Indonesia-Arab Saudi Ditingkatkan

“Mereka (Gen Z) mampu beradaptasi dengan berbagai inovasi yang lahir di era Revolusi Industri 4.0. Mereka tidak diperbudak teknologi digital, tapi justru memanfaatkannya dengan baik,” imbuh Arnas.

Sama halnya dengan Lubuk Linggau, di Sulawesi Selatan (Sulsel) juga kini mulai melirik potensi Gen Z. Tokoh Literasi Sulsel Bachtiar Adnan Kusuma menerangkan, 46,5 persen anak muda dari total populasi penduduk Sulsel akan menjadi pasar yang menarik. 

“Generasi Z bercirikan memiliki pengetahuan dan wawasan yang luas dan beraktivitas melalui pendekatan digitalisasi. Namun, mereka juga perlu diajak untuk membiasakan berbudaya baca agar tidak mudah terjerat dalam informasi kosong,” ujar Adnan.

Duta Baca Indonesa (DBI) Gol A Gong tidak ketinggalan untuk mengomentari kaitan Gen Z dengan literasi digital. Kata dia, Gen Z sering dikenal sebagai generasi ambisius, egosentris, terburu-buru. Padahal mereka hanya perlu saluran untuk mewadahi kreatifitasnya.

Baca juga : Jual Produk Serupa Tapi Tak Sama

“Maka, kunci utama ada di perpustakaan dan pengelola perpustakaan untuk meng-upgrade dirinya agar bisa berkolaborasi dengan para kreator,” pungkas Gol A Gong.■

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Tags :

Berita Lainnya
 

TERPOPULER

Adsense