Sebelumnya
Hal serupa dilontarkan Anggota Komisi E DPRD DKI Jakarta Abdul Aziz. Dalam upaya mengatasi masalah kualitas udara, Aziz mendorong Dinas Lingkungan Hidup berkolaborasi dengan Dinas Kesehatan (Dinkes) untuk mengawasi pencemaran udara yang berasal dari pabrik.
Hal tersebut perlu dilakukan karena pencemaran udara bisa berasal dari asap kendaraan, industri, pertanian, bahkan bencana alam. Selain itu, pembakaran sampah juga turut menyumbang polusi udara.
“Terutama tentang pengawasan polusi udara pabrik-pabrik yang seharusnya mengolah limbah mereka sebelum dikeluarkan ke udara terbuka,” kata Aziz.
Ia juga mengimbau Dinkes DKI menggencarkan sosialisasi kepada warga agar meminimalisasi aktivitas di luar ruangan, memakai masker, menutup jendela dan memakai saringan udara untuk menyaring udara kotor.
Baca juga : Manchester United Vs Newcastle United, Kejar Tiket Lolos Kompetisi Eropa
“Langkah preventif, dengan sosialisasi sehingga masyarakat peduli pada kesehatan lingkungan dan dirinya dengan menggunakan masker, mengurangi aktivitas di luar,” pintanya.
Selain itu, Dinkes juga perlu meningkatkan layanan fasilitas kesehatan di Rumah Sakit untuk penanganan warga terdampak polusi udara. Sebab, kualitas udara kategori tidak sehat memberikan dampak negatif pada kelompok sensitif.
“Langkah kuratifnya dengan menyediakan fasilitas di Rumah Sakit untuk penanganan korban akibat polusi udara tersebut,” ungkap dia.
Koordinator Sub Bidang Informatif Gas Rumah Kaca BMKG, Albert Nahas mengatakan, dampak fenomena iklim global juga memiliki pengaruh terhadap PM2.5 yang merupakan salah satu partikel polutan.
Baca juga : Semifinal Playoffs NBA, Thunder Tumbangkan Mavs
Fenomena iklim global itu di antaranya El Nino, La Nina dan Dipole Mode Positif/Negatif. Dia menyampaikan, La Nina mempengaruhi konsentrasi PM2.5 di Indonesia dan membagi wilayah Indonesia menjadi Timur dan Barat berdasarkan respon PM2.5 terhadap La Nina.
Salah satu dampaknya, konsentrasi PM2.5 cenderung tinggi pada malam hingga pagi hari dan rendah pada siang hari.
“Bagaimanapun kondisi iklim global yang terjadi dan kualitas udara akan bergantung pada sumber emisi di wilayah tersebut,” ucapnya.
Project Manager untuk Clean Air Catalyst dari World Resources Institute (WRI) Indonesia, Satya Budi Utama menjelaskan, keterlibatan pemangku kepentingan merupakan salah satu langkah tepat untuk di level pengambil kebijakan.
Baca juga : Tengku Dewi Putri, Bongkar Deretan Simpanan Suami
“Pemprov DKI belajar dari kejadian tahun lalu. Ini agar Pemerintah siap untuk mengantisipasi situasi dimana ada pengaruh panjang polusi udara karena panjangnya musim kemarau,” ucapnya.
Satya menyampaikan, inisiatif ini bisa mempersiapkan pemangku kepentingan untuk mengupayakan mitigasi dan antisipasi penurunan kualitas udara.
Artikel ini tayang di Rakyat Merdeka Cetak edisi Rabu, 15 Mei 2024 dengan judul Jakarta Merangkak Menuju Juara Polusi
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.