Sebelumnya
“Kalau untuk sampah sampai sejauh ini memang tidak ada progres apapun. Ini tergantung political will dari pemimpin eksekutif,” kata Justin saat berbincang dengan Rakyat Merdeka, Sabtu (1/6/2024).
Justin menyebut, Jakarta tidak memiliki masalah terkait keuangan untuk segala macam rencana penanggulangan sampah. “Dinas Lingkungan Hidup per tahun itu terima Rp 2 triliun-Rp 3,5 triliun,” ucapnya.
Padahal banyak daerah lain, seperti Banyumas, yang APBD -nya kecil, tapi bisa mengelola sampah dengan baik. “Banyak Pemerintah Daerah yang APBD-nya kecil tapi lebih kreatif dan berniat untuk memecahkan masalah dibanding DKI Jakarta,” tuturnya.
Selain itu, Jakarta tidak kekurangan Sumber Daya Manusia (SDM). Ada sekitar 60 ribu Aparatur Sipil Negara (ASN) di Pemprov DKI Jakarta. “Ditambah honorer itu 120 ribu lagi. Ini sebenarnya dari SDM nggak masalah, dari anggaran nggak masalah, tinggal kemauannya saja,” pungkasnya.
Baca juga : Kapolri, Kepala BIN, Panglima TNI Hadir Bersama Jokowi...
Ubah Paradigma
Aktivis Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Jakarta Muhammad Aminullah menyebut, perlu perubahan paradigma dalam mengatasi sampah perkotaan. Menurutnya, yang dibutuhkan bukan lagi memikirkan bagaimana menghilangkan dan mengelola sampah.
“Tapi yang berkelanjutan itu yang lebih baik, bagaimana sampahnya ini tidak ada, bagaimana aktivitas masyarakat minim sampah sehingga pengelolaan sampahnya bisa berkurang,” kata Anca sapaan Aminullah, kepada Rakyat Merdeka, Sabtu (1/6/2024).
Karena itu, menurut Anca, pembangunan fasilitas pengolahan sampah atau TPA dengan metode apapun kurang tepat. Karena TPA membutuhkan banyak ruang, sedangkan produksi sampah setiap tahun terus bertambah.
Baca juga : Presiden Ke-7 Pakai Tim Transisi, Presiden Ke-8 Pakai Gugus Tugas
“Pembangunan TPA seharusnya diminimalisir. Pendekatannya harus diubah, yang tadinya menumpuk sampah di satu tempat harus didesentralisasi, jadi tidak fokus di satu tempat,” ujarnya.
Dipaparkan Anca, sampah Jakarta terus bertambah, saat ini 7-8 ribu ton per hari. Ke depan, tahun 2050 diprediksi mencapai 12 ribu ton per hari. “Kalau sistemnya masih menggunakan TPA konvensional nggak akan selesai. Nanti pada 2050 dan selanjutnya kita akan memikirkan lagi mencari tempat pengolahan sampah,” ucap dia.
Karena itu, Anca mendorong Pemerintah untuk lebih fokus dalam upaya pengurangan sampah. “Bagaimana aktivitas manusia menghasilkan sampah yang minim sehingga beban TPA bisa berkurang,” ujarnya.
Apalagi, pemilahan sampah belum maksimal sehingga volume sampah tinggi dan tercampur. Kondisi tersebut membuat TPST Bantar Gebang cepat penuh.
Baca juga : Percepat Transisi Energi Hijau Sesuai Semangat Pancasila
Untuk pengelolaan sampah, lanjut Anca, tidak bisa main comot dan tiru saja. Harus dicari yang relevan. “Pemerintah didorong mengacu (tiru) Singapura, pertanyaannya apakah karakteristik sampah kita sama dengan mereka?” terangnya.
Singapura misalnya, dominan sampah non organik. Sedangkan Jakarta mayoritas organik. “Sampah tercampur jadi pengelolaannya seharusnya disesuaikan dengan karakteristik sampah kita,” ujarnya.
Artikel ini tayang di Rakyat Merdeka Cetak edisi Senin, 3 Juni 2024 dengan judul Terbaik Di Asia Tenggara, Jurus Pengolahan Sampah Banyumas Layak Ditiru DKI
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.