Sebelumnya
Dia pun merasa bangga memiliki bapak yang mengajari anak-anaknya untuk mandiri. Meski sang bapak selalu menolong orang lain agar dapat bekerja di kantornya, tapi itu malah tidak dilakukan pada anak-anaknya. “Bapak ingin anak-anaknya bekerja dan berusaha sendiri, tanpa mengandalkan kedudukan orang tua," tambah Sahat.
Sebenarnya masih ada dua orang lagi anak A.E. Manihuruk, yaitu Guntur Manihuruk, anak kedua, dan Posman Manihuruk anak ketiga. Namun saat buku ini diterbitkan, mereka sudah wafat.
Naskah buku Autobiografi A.E. Manihuruk ini terdiri dari dua bagian. Bagian pertama, dimulai dari 1920–1948. Bagian dua, mulai 1948 – 1965.
Baca juga : MODENA Luncurkan Produk Kombinasi Oven Elektronik dan Fitur Air Fryer
Autobiografi yang ditulis bertahun-tahun sebelum sang tokoh meninggal dunia ini berisi tentang perjuangan hidupnya sejak masa anak-anak, masa Pendudukan Tentara Jepang, Perang Kemerdekaan, Renungan Perang Kemerdekaan. Catatan ini ada di bagian pertama.
Pada bagian kedua berisi ketika Manihuruk bertugas dan belajar, bertugas di Sumatera Utara, pergolakan daerah, bertugas di Kalimantan, dan penumpasan G30S/PKI.
Sang penulis, Keke Taruli Aritonang menyatakan, menulis buku ini tidaklah mudah. Karena naskahnya ada 2 jilid tebal, sekitar 450 lembar, memakan waktu beberapa bulan untuk menyelesaikannya.
Baca juga : MK Luncurkan 34 Buku di HUT ke-20, Perpusnas Beri Apresiasi
"Buku ini seperti buku harian, di mana dari kecil bagaimana peristiwa-peristiwa yang beliau alami sejak kecil tahun 1920 sampai tahun 1948. Kemudian naskah kedua, tahun 1948 sampai tahun 1965," tutur Keke, saat peluncuran buku.
Mayjen (Purn) Haposan Silalahi, sebagai kawan dekat menutukan, dia masih ingat tentang prinsip dalam menjalani hidup yang diajarkan A.E Manihuruk.
"Kalau menjabat jabatan, kamu harus lebih tahu daripada atasanmu. Begitu tasanmu tahu jabatanmu itu, kamu pelajari lebih dalam lagi, supaya atasanmu tergantung sama kamu," ungkapnya.
Baca juga : Hamba Sang Maha Cahaya, Buku Biografi Kisah Perjalanan Hidup Ary Ginanjar
Almarhum A.E Manihuruk, lanjut Haposan, juga mengajarinya cara menikmati hidup dalam kesederhanaan, termasuk cara berpakaian. “Beliau kalau berpakaian sederhana. Bahkan kaos yang sudah bolong-bolong masih dipakai. Pola hidup sederhana itu saya tiru," tambahnya.
Selanjutnya
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.