BREAKING NEWS
 

Ini Alasan Tahun Baru Imlek Dirayakan Di Indonesia

Reporter & Editor :
UJANG SUNDA
Jumat, 12 Februari 2021 20:54 WIB
Sejarawan Bonnie Triyana (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Sejarawan Bonnie Triyana menerangkan, perayaan Tahun Baru Imlek di Tahan Air terjadi karena etnis Tionghoa memang mempunyai perang dalam sejarah panjang bangsa Indonesia. Etnis Tionghoa terbukti ikut menghiasi wajah masa perjuangan kemerdekaan Indonesia.

Bonnie menuturkan, pada 1932, didirikan Partai Tionghoa Indonesia. Partai ini ikut terlibat dalam politik prakemerdekaan Indonesia. "Pada tahun 1932, ada Partai Tionghoa Indonesia yang didirikan Liem Koen Hian. Dia seorang etnis Tionghoa yang berwawasan nasionalis Indonesia. Dia juga berkawan dengan Bung Karno," tutur Bonnie, seperti dikutip Antara, Jumat (12/2).

Bahkan, ada seorang perwira TNI AL beretnis Tionghoa bernama John Lie, yang sudah ditetapkan menjadi pahlawan nasional. "Jadi, sebetulnya tidak ada perbedaan. Mereka semua punya peran, punya posisi penting, berdampingan dengan sejarah kita," jelasnya.

Menurut dia, jika kini isu rasial terhadap WNI etnis Tionghoa terjadi, berarti kita mundur ke masa kolonialisme Belanda. Penjajah saat itu mengelompokkan masyarakat di Hindia Belanda berdasarkan segregasi ras atau yang disebut dengan Regering Reglement pada 1854. Pertama orang kulit putih atau Eropa, kemudian orang Timur Asing dan orang Tionghoa, serta Inlander atau pribumi.

Baca juga : Tahun Baru Imlek, KPK Wanti-wanti Pejabat Tolak Gratifikasi

"Ini sangat diskriminatif. Politik rasial yang sangat diskriminatif," terang Bonnie.

Oleh karena itu, orang yang masih berpikir rasial seperti itu berarti kesadarannya masih "pra-ke-Indonesiaan" atau sebelum awal abad 2020. Padahal, pola pikir rasional sudah dibuang jauh para sejak para pemuda bersatu pada tahun 1928 atau peristiwa Sumpah Pemuda.

Adsense

"Jadi, waktu ada wakilnya. Orang Tionghoa, orang Ambon, Orang Sumatera, dan dari mana-mana sudah mewakili daerahnya kemudian berikrar untuk menjadi Indonesia. Jadi, meninggalkan kesadaran pra-Indonesia yang sebetulnya disekat-sekat secara sempit berdasarkan segregasi ras," ujar Bonnie.

Keinginan bersatu ini, selain pada saat Sumpah Pemuda, juga diperkuat pidato Bung Karno 1 Juni 1945. Yang mengatakan Indonesia adalah negara oleh semua dan untuk semua. "Pahamnya nasionalisme modern yang tidak tersekat latar belakang agama, etnis, maupun, ras," tutur Bonnie.

Baca juga : Angkasa Pura I Siapkan Strategi Pendongkrak Bisnis

Di era Presiden Soekarno, Perayaan Imlek diperbolehkan. Namun, di masa Presiden Soeharto, Imlek dilarang melalui Inpres Nomor 14 Tahun 1967.

Setelah kepemimpinan Soeharto berakhir dan Imlek kembali boleh dirayakan di masa kepemimpinan Presiden Abdurrahman Wahid alias Gus Dur pada 2000. Kebijakan ini lalu disempurnakan Presiden Megawati Soekarnoputri yang menetapkan Imlek sebagai hari libur nasional pada 2002. "Sehingga orang tidak hanya warga Tionghoa tapi non-Tionghoa ikut merayakannya sebagai satu rasa kebersamaan, sebagai satu rasa dan bangsa yang tidak membeda-bedakan ras dan etnis," kata Bonnie.

Menurut Bonnie, jika ada orang saat ini masih berpikiran rasis, terlebih kepada etnis Tionghoa, mereka adalah orang yang terjebak dalam pemikiran kolonialisme. "Itu kita kategorikan orang yang berada dalam kesadaran orang di bawah kesadaran pra-Indonesia atau di bawah kolonialisme. Jadi sudah tidak keren," tutur Bonnie.

Padahal, lanjut Bonnie, jika mengacu sejarah, pada 4.000 tahun lalu, ada yang masuk ke Nusantara dari Yunnan, wilayah Tionghoa saat ini. "Masuk ke Indonesia dan kemudian sudah bermukim di kepulauan Nusantara. Jadi, kalau dites DNA gitu, kita pasti punya sisi genetik dari Yunnan," ujarnya.

Baca juga : Ratusan Korban Banjir Di Kudus Masih Bertahan Di Pengungsian

Atas dasar tersebut, dia meminta seluruh masyarakat tetap belajar sejarah untuk mengenal kebudayaan Indonesia sendiri. "Sehingga kita sebagai sebuah bangsa tidak bisa dipecah belah oleh sentimen-sentimen yang sempit, bernada hasutan yang bersifat rasial," ucap Bonnie. [USU]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Tags :

Berita Lainnya
 

TERPOPULER

Adsense