BREAKING NEWS
 

Webinar Vaksinasi Ideologi

Bamsoet: Sosialisasi Empat Pilar MPR Perkuat Imun Ideologi Bangsa

Reporter & Editor :
UJANG SUNDA
Senin, 6 September 2021 20:08 WIB
Ketua MPR Bambang Soesatyo (Foto: Dok. MPR)

RM.id  Rakyat Merdeka - Ketua MPR Bambang Soesatyo menegaskan, tumbuhnya radikalisme tidak hanya dipicu faktor internal. Dinamika zaman yang terjadi di lingkungan global juga turut memberi warna dan mendorong munculnya radikalisme di dalam negeri. Salah satu yang menjadi perhatian berbagai negara saat ini adalah keberhasilan Taliban merebut kekuasaan di Afghanistan.
 
Politisi yang akrab disapa Bamsoet ini menyatakan, Direktur Jenderal Asia Pasifik dan Afrika Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Abdul Kadir Jailani memang menyebut belum ada informasi soal keterkaitan Taliban di Afghanistan dengan jaringan teroris di Indonesia. Menurut Abdul, jaringan-jaringan teroris di Indonesia biasanya punya hubungan dengan Al-Qaeda ataupun ISIS. Taliban tidak identik dengan dua kelompok teroris internasional itu.
 
"Namun demikian, ada kekhawatiran dari berbagai pihak, bahwa kemenangan Taliban akan mempengaruhi kondusifitas politik di Tanah Air. Sehingga tidak ada salahnya mengedepankan sikap kewaspadaan. Namun juga penting untuk kita ingat bersama, bahwa alat pertahanan terbaik dalam menangkal radikalisme bukanlah semata mengandalkan tindakan represif, melainkan dengan penguatan benteng ideologi," ujar Bamsoet, dalam 'Webinar Vaksinasi Ideologi' yang diselenggarakan Lembaga Pemilih Indonesia dan Forum Intelektual Muda, di Jakarta, Senin (6/9).
 
Webinar tersebut dihadiri juga oleh Deputi Komunikasi Badan Intelijen Negara (BIN) Wawan Hari Purwanto, Ahli Politik dari Lembaga Pemilih Indonesia Boni Hargens, Ahli Keamanan dan Hubungan Internasional Kusnanto Anggoro, Pengamat Terorisme, Milda Istiqamah, dan Co Founder Forum Intelektual Muda Muhammad Sutisna.
 
Ketua DPR ke-20 ini menjelaskan, bangsa Indonesia tidak boleh mengabaikan fakta bahwa paham radikalisme tidak semata-mata terpapar dan terdistribusi melalui proses indoktrinasi yang dilakukan secara langsung atau melalui pendekatan dan metodologi konvensional lainnya. Perkembangan teknologi informasi memungkinkan paparan paham radikalisme dapat dijangkau dan diakses hanya dalam batas sentuhan jari di layar smartphone.
 
"Inilah yang memungkinkan, misalnya, remaja wanita di Inggris atau Australia, dapat dengan mudahnya bergabung dengan ISIS di Irak. Era disrupsi yang menghantarkan fenomena 'the internet of things' menjadikan ancaman paparan radikalisme terasa begitu dekat, saat jarak dan waktu tidak lagi menjadi hambatan dan kendala," jelas Bamsoet.
 
Wakil Ketua Umum Partai Golkar ini mengingatkan, di tengah kerja keras mengatasi pandemi Covid-19, semua pihak tidak boleh melupakan bahwa dampak pandemi yang telah menggerus kehidupan sosial ekonomi sedemikian dalam, menempatkan bangsa Indonesia pada posisi rawan. Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, per Maret 2021 jumlah penduduk miskin di Indonesia mencapai 27,54 juta atau meningkat 1,12 juta dari Maret 2020. Dengan pandemi Covid-19 yang masih membayangi, angka ini masih mungkin berpotensi naik. Mengingat angka pengangguran hingga tahun 2021 diprediksi mencapai 12,7 juta.
 
"Tekanan dan beban kehidupan yang dirasakan semakin sulit dan berat, terutama di saat pandemi saat ini, berpotensi mendorong tumbuh suburnya radikalisme sebagai solusi instan dan pelarian dari berbagai himpitan persoalan. Di samping itu, fakta sosiologis bahwa kita ditakdirkan menjadi sebuah bangsa dengan tingkat heterogenitas yang tinggi, menjadikan kita berada dalam posisi rentan dari ancaman potensi konflik," jelas Bamsoet.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Tags :

Berita Lainnya
 

TERPOPULER

Adsense