RM.id Rakyat Merdeka - Mendekati Pemilu, survei elektabilitas kandidat capres semakin ramai. Setiap pekan ada rilis survei. Mulai dari lembaga yang sudah lama dan ngetop, sampai dari lembaga-lembaga baru dengan nama-nama yang masih asing di telinga publik.
Hasil surveinya banyak yang tidak seragam. Yang satu bilang bahwa si “A” adalah calon dengan elektabilitas tertinggi. Yang satu lagi bilang si “B”. Kemudian, yang lainnya bilang si “C”.
Baca juga : Rupiah Jangan Terus-terusan Payah
Ada juga yang membuat simulasi-simulasi, dengan memasangkan para kandidat calon. Ada yang dipasangkan sesuai aspirasi publik, ada juga yang terlihat di-setting untuk memperlihatkan calon tertentu kuat.
Sebagian survei itu, mungkin ada yang dilakukan secara independen, dengan menggunakan dana bukan dari kandidat capres. Namun, melihat hasil-hasil yang disajikan, sebagian lagi terlihat survei itu merupakan pesanan dari kandidat tertentu. Tujuannya, untuk memperlihatkan ke publik bahwa citra dan elektabilitas calon tersebut baik.
Baca juga : Sudah Cape Mikirin Tempe
Survei merupakan salah satu instrumen framing yang dampaknya cukup kuat. Sejak era Pilpres dan Pilkada langsung, survei telah dipakai sebagai alat meyakinkan publik tentang peta dukungan masing-masing bakal calon. Tapi kini, sebagian survei telah dimodifikasi, di-engineering untuk tujuan-tujuan pemenangan politik.
Selanjutnya
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.