Dark/Light Mode

Alami Krisis Pembelajaran

Indonesia Perlu Tingkatkan Kualitas Belajar dengan Cakap Digital

Senin, 30 September 2024 20:25 WIB
Webinar Literasi Digital untuk Segmen Pendidikan yang digelar Kemkominfo bersama Dinas Pendidikan Jambi, Senin (30/9/2024). (Foto: Kemkominfo)
Webinar Literasi Digital untuk Segmen Pendidikan yang digelar Kemkominfo bersama Dinas Pendidikan Jambi, Senin (30/9/2024). (Foto: Kemkominfo)

RM.id  Rakyat Merdeka - Visi pendidikan Indonesia adalah mewujudkan Indonesia maju, berdaulat, mandiri, dan berkepribadian sesuai Profil Pelajar Pancasila. Meski begitu, Indonesia mengalami krisis pembelajaran, dengan kualitas hasil belajar masih menjadi tantangan.

”Kecakapan digital diharapkan mampu meningkatkan kualitas hasil belajar para peserta didik,” tutur Kepala Seksi Kurikulum dan Penilaian Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Bungo Viki Azhar, dalam Webinar Literasi Digital untuk Segmen Pendidikan yang digelar Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) bersama Dinas Pendidikan Provinsi Jambi, di Kabupaten Bungo, Senin (30/9/2024).

Dalam diskusi online bertajuk “Bikin Tugas Lebih Mudah Bila Cakap Digital”, Viki mengatakan, capaian kompetensi literasi dan numerasi per jenjang pendidikan di Indonesia masih memprihatinkan. Satu dari dua peserta didik belum mencapai kompetensi minimum literasi. 

“Sedangkan, dua dari tiga peserta didik belum mencapai kompetensi minimum numerasi. Literasi digital terkait kecakapan digital diharapkan mampu meningkatkan hasil belajar,” jelas Viki, dalam diskusi virtual yang dipandu moderator Yoga itu.

Baca juga : Kolaborasi Lippo Cikarang Dan Pemkab Bekasi Tingkatkan Kualitas Infrastruktur

Kecakapan digital, lanjut Viki, diyakini mampu meningkatkan kemampuan peserta didik dalam memahami, menggunakan, mengevaluasi, merefleksikan berbagai jenis teks untuk menyelesaikan masalah dan mengembangkan kapasitas individu agar dapat berkontribusi secara produktif di masyarakat.

“Penyebab rendahnya kompetensi literasi: rendahnya minat baca, kurangnya perhatian orang tua, kurang buku bacaan, dan dukungan lingkungan sekolah. Mereka cenderung belajar untuk membaca, namun tidak membaca untuk belajar,” terang Viki.

Dia menambahkan, kurangnya buku bacaan di sekolah mestinya bisa ditutup dengan buku digital. Hal itu butuh kemampuan kecakapan digital.

“Mengingat biaya pendidikan yang tinggi dan buku mahal, sementara biaya kemampuan dana bantuan operasional sekolah untuk pengadaan buku hanya 20 persen, sehingga satu buku untuk lima siswa,” imbuhnya, di hadapan siswa yang mengikuti acara diskusi dengan menggelar nonton bareng (nobar) dari sekolah masing-masing.

Baca juga : Taman Kota Peruri Hadirkan Ruang Terbuka Hijau di Tengah Kota Jakarta

Sejumlah sekolah yang menggelar nobar diskusi online di Kabupaten Bungo kali ini, antara lain: SMPN 2, SMPN 3, SMPN 4, SMPN 8 Muara Bungo, SMPN 1 Jujuhan, SMPN 1 dan SMPN 3 Pelepat Ilir, SMAN 1, SMAN 2, SMAN 3, SMAN 7, SMAN 8, dan SMAN 12 Muara Bungo.  

Dari sudut pandang berbeda, dosen Ilmu Komunikasi Universitas Negeri Surabaya (Unesa) Eko Pamuji menegaskan, membuat tugas menjadi lebih mudah bila mengetahui keterampilan yang diperlukan untuk memanfaatkan kecerdasan artifisial.

“Siswa harus dipahamkan bahwa kecerdasan artifisial adalah alat untuk belajar. Kecerdasan buatan berfungsi untuk menganalisis informasi dan kreatif memecahkan permasalahan. Segala tugas dapat dipecahkan dengan memanfaatkan kecerdasan buatan,” jelas Eko.

Sementara, menurut dosen Universitas Dr Soetomo Surabaya, Meithiana Indrasari, selain kecakapan digital, membuat tugas dengan menggunakan teknologi digital membutuhkan kompetensi keamanan menggunakan perangkat digital.

Baca juga : Kemah Indonesia Suarakan Komitmen Terhadap Keberlanjutan Lingkungan

”Kompetensi keamanan digital meliputi, mengamankan perangkat, identitas diri, waspada penipuan digital, paham rekam jejak digital, dan keamanan digital bagi anak,” jelas Meithiana Indrasari.

Nobar webinar seperti digelar di Kabupaten Bungo, ini merupakan bagian dari program Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD). GNLD digelar sebagai salah satu upaya untuk mempercepat transformasi digital di sektor pendidikan hingga kelompok masyarakat menuju Indonesia yang #MakinCakapDigital. 

Sejak dimulai pada 2017, sampai dengan akhir 2023, program ini tercatat telah diikuti 24,6 juta orang. Kegiatan ini diharapkan mampu menaikkan tingkat literasi digital 50 juta masyarakat Indonesia hingga akhir 2024.

Kecakapan digital menjadi penting, karena menurut hasil survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), pengguna internet di Indonesia pada 2024 telah mencapai 221,5 juta jiwa dari total populasi 278,7 juta jiwa penduduk Indonesia.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.