Dark/Light Mode

Kendaraan Listrik, Solusi Untuk Tekan Impor BBM

Jumat, 18 November 2022 15:49 WIB
Foto: Ist.
Foto: Ist.

 Sebelumnya 
Pada kesempatan yang sama, Didi Haryadi, Director of Operations PT Venturindo Engineering mengatakan, di tahun ini pemerintah berharap subsidi untuk BBM bisa dipangkas. Karena nilai subsidi tersebut nilainya sangat besar.

Selain itu juga untuk menguranginya emisi dan terkait ketahanan energi nasional.

"Energi harus berkesinambungan dan bisa lebih murah. Jadi untuk mobil listrik pun regulasinya tidak bisa tiba-tiba, namun harus berkesinambungan dengan regulasi lainnya," ujarnya.

Energi listrik pun, dikatakan dia, harus sinergi dengan energi baru terbarukan (EBT). Sehingga roadmap terkuat konversi dan transisi energi bisa tercapai dan bersinergi.

Tonny H Gultom, Direktur PT Halmahera Persada Lygend yang merupakan unit bisnis dari Harita Nickel menuturkan, pihaknya terus melakukan pembangunan hilirisasi di tambang nikel. Sebelumnya, bahan baku tersebut lebih banyak digunakan untuk pembuatan stainless steel.

Baca juga : Perusahaan Hilirisasi Nikel Bantu Serap Tenaga Kerja Baru

"Waktu itu kami fokus untuk pembuatan stainless steel, namun sejalan perkembangan kami fokus untuk bahan baku baterai mobil listrik," tuturnya.

Menurut dia, produksi bahan baku untuk baterai mobil listrik dimulai 2021 lalu. Dan, produksi ini pertama di Indonesia.

"Bicara kebutuhan mobil listrik ini masih sangat panjang. Dari bahan baku tambang hingga bahan baku untuk pembuatan baterai," terangnya.

Tentu saja, lanjut dia, ini harus didukung oleh investasi yang tidak sedikit. Kendati, perkembangan kendaraan listrik ke depan akan baik. Salah satunya dengan dukungan pemerintah saat ini.

"Dengan demikian kami bisa memberikan kontribusi pada program pembangunan kendaraan listrik. Meskipun ini tantangan bagi Indonesia, karena memiliki potensi nikel terbesar di dunia," ucapnya.

Baca juga : Kemenag: Vaksin Dianjurkan Untuk Jemaah Dengan Komorbid

"Tentu saja ini bisa menjadi opportunity bagi Indonesia, dan jadi pemain produk baterai. Bukan saja baterai untuk mobil listrik saja, tetapi baterai lainnya," imbuhnya.

Pada penutupan kegiatan FGD, Direktur Utama PT Indonesia Digital Pos Syarief Hidayatullah mengingatkan, pentingnya transformasi energi fosil ke energi baru terbarukan. Kendati, pemerintah harus mempersiapkan dari sisi hukum hingga hilirnya.

"Kami berharap dari kegiatan ini menghasilkan kolaborasi regulasi yang tengah disusun," bebernya. 

Apalagi, menurut dia, program transformasi energi baru terbarukan ini memiliki dampak positif bagi lingkungan dan ketahanan energi nasional.

"Jadi dengan energi baru terbarukan tidak lagi ada polusi dan ramah lingkungan. Dan juga efisiensi penggunaan bahan bakar fosil yang kian menipis," terangnya.

Baca juga : Indonesia Dorong Restrukturisasi Utang Negara Miskin

Sebelumnya Pemimpin Redaksi (Pempred) INDOPOS.CO.ID Juni Armanto mengatakan, bahan baku komponen kendaraan listrik di Indonesia melimpah. Salah satunya sumber daya alam (SDA) nikel yang menjadi bahan baku baterai.

"Selaku regulator, pemerintah harus menyiapkan regulasi. Dan untuk percepatan program mobil listrik, swasta sebagai anak bangsa pun harus berperan aktif," kata Juni.

Ia mengingatkan, kian menipisnya bahan baku bahan bakar minyak (BBM) jenis fosil. Untuk itu, program kendaraan listrik, harus terealisasi, bukan hanya sekedar wacana saja.

"Peran media harus mengawal program ini, sehingga bukan sekedar wacana tetapi harus terealisasi nyata. Karena manfaat program tersebut akan dirasakan masyarakat luas," terangnya. ■

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.