Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Dirjen Hortikultura: Harga Cabe Dibentuk Oleh Pola Tanam dan Iklim

Jumat, 9 Agustus 2019 13:30 WIB
Dirjen Hortikultura Anton Prihasto saat mengunjungi perkebunan cabe di Sleman, Kamis (8/8). (Foto: Humas Kementan)
Dirjen Hortikultura Anton Prihasto saat mengunjungi perkebunan cabe di Sleman, Kamis (8/8). (Foto: Humas Kementan)

RM.id  Rakyat Merdeka - Tak habis waktu bila membicarakan harga cabe. Faktanya, pasokan tersedia di lapangan apabila dibutuhkan sewaktu-waktu. Namun terkait harga yang kerap berfluktuasi kerap membuat sebagian lapisan masyarakat resah. Sejumlah jurus telah dikeluarkan pemerintah guna menemukan titik adil bagi petani dan masyarakat konsumen. 

Dalam lawatan ke beberapa sentra cabai sepanjang Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur, Direktur Jenderal Hortikultura Prihasto Setyanto masih menemukan sejumlah hamparan cabe siap panen dalam waktu dekat. Kali ini Kabupaten Magelang dan Kulon Progo menjadi destinasi pembuktian bagi dirinya.

“Dapat kita lihat di sini ya hamparan cabai tumbuh subur sepanjang kaki gunung. Bahkan kita lihat di sini tumbuh lebat dan tingginya hampir melebihi saya. Air di sini juga tidak terlalu bermasalah meski tengah mengalami musim kering, karena kita ketahui tanaman hortikultura memang tidak terlalu banyak membutuhkan air, berbeda dengan tanaman padi,” ujar Anton saat berkunjung ke Desa Sunarejo, Kecamatan Candimulyo, Kabupaten Magelang, Kamis (8/8).

Baca juga : Ternyata, Harga Cabe Rawit di Sentra Produksi Tak Semahal Dugaan

Melihat kondisi hamparan tersebut dirinya yakin bahwa kebutuhan cabe hingga akhir bulan Agustus nanti masih dapat terpenuhi walaupun belum maksimal. Petani di Temanggung menanam cabe varietas Madun yang mampu panen hingga 30 kali.

“Kami menanam cabe varietas Madun. Cabe ini bisa panen hingga 30 kali. Ini kami baru 4 kali panen. Puncak panen pada usia panen ke 15 kali. Untuk harga saat ini sedang baik, kira-kira Rp 63 ribu per kg. Bahkan lahan 2.000 meter persegi ini 3 kali panen bisa dapat 60 kg sekali panen. Hasilnya lumayan bagus, puncaknya nanti pada panen ke-15,” ujar Sudarno, salah seorang petani.

Tak hanya sekedar menanam, petani mulai sadar memperhatikan betul pentingnya penanganan organisme pengganggu tanaman (OPT) ramah lingkungan. Tampak di sela-sela tanaman beberapa gantungan kotak plastik berwarna kuning. Fungsinya sebagai perangkap OPT yang diberi feromon sex. 

Baca juga : Dirjen Hortikultura: Benih Bermutu Tonggak Penentu Hasil Produksi Cabe

“Ini luar biasa bagus ya upaya para petani. Perangkap alami ini mampu mengurangi penggunaan pestisida hingga 50 persen. Upaya ramah lingkungan ini mampu meningkatkan produksi hortikultura berdaya saing yang aman konsumsi dengan pengendalian OPT ramah lingkungan,” lanjut Anton.

Kisruh melonjaknya harga yang terjadi di Pulau Jawa beberapa minggu ini, para petani turut menyatakan komitmennya untuk membantu operasi pasar apabila suatu saat dibutuhkan. "Kami bersama para petani bersama-sama bersedia, siap kapan pun apabila dibutuhkan untuk mengguyur Jakarta dengan hasil panen kami. Untuk tanam kami juga berkomiten terus tanam meski suatu saat tidak mendapat bantuan dari pemerintah," ujar Sudarno bersama para petani lain.

Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Kulon Progo, Aris Nugraha menyebutkan bahwa kenaikan harga cabe sesungguhnya tidak merugikan masyarakat. Justru harga turun, inilah yang perlu menjadi perhatian bersama.

Baca juga : Ekspor Benih Hortikultura Naik Signifikan

“Ketika cabe naik, masyarakat tidak dirugikan apa pun. Mereka masih bisa memilih untuk tidak membeli atau menggantinya dengan produk lain. Cabe juga bukan kebutuhan utama yang apabila tidak dibeli tidak akan mempengaruhi kesehatan. Justru ketika harga turun, itulah yang patut diperhatikan bersama karena petani telah berinvestasi menanam dan tidak mendapat apa-apa saat masa panen tiba. Inilah yang patut direnungkan bersama,” ujar Aris. 

Aris tidak mengkhawatirkan suplai cabe yang diproduksi di daerahnya. Sebanyak 600 hektare lahan cabe merah keriting yang tersedia di Kulonprogo setiap harinya membanjiri pasar Jakarta.

“Setidaknya tiap hari sedikitnya masuk 5 ton ke pasar lelang. Diakui memang ini angka yang terbilang rendah dibanding bulan-bulan yang lalu karena hasil produksi agak menurun,” timpal Kepala Bidang Hortikultura Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Kulonprogo, Eko Purwanto. [KAL]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.