Dark/Light Mode
BREAKINGNEWS
Sekda Herman: Kelompok Petani Di Jabar Terpapar Pinjol Dengan Bunga Mencekik
Kamis, 15 Agustus 2024 09:48 WIB

RM.id Rakyat Merdeka - Sekretaris Daerah Jawa Barat, Herman Suryatman mengungkap sejumlah tantangan serius yang menghantui sektor pertanian di Jabar.
Di hadapan perwakilan dari daerah lainnya di Pulau Jawa, Herman menyinggung adanya kesenjangan ekonomi dan tingkat kesejahteraan di sektor pertanian.
Menurutnya, kesenjangan tersebut masih dirasakan para petani dan buruh tani, dibandingkan dengan kelompok masyarakat lainnya di luar pertanian.
Padahal, sektor pertanian juga menyumbang Rp 600 triliun atau menjadi kontributor terbesar produk domestik regional bruto (PDRB) di Jawa Barat.
Herman mengakui indeks gini ratio Jabar mencapai 0,425 menjadi salah satu yang tertinggi di Indonesia.
Baca juga : Bank DKI Ajak Pelajar Rencanakan Dana Pendidikan Dengan Tabungan
Hal ini mencerminkan adanya kesenjangan ekonomi yang cukup signifikan, sebab sekedar diketahui, nilai Indeks Gini berkisar antara 0 hingga 1.
Jika nilai Indeks Gini mendekati 1, maka dikatakan tingkat ketimpangan pendapatan penduduk makin melebar.
"Kami menghadapi persoalan yang sangat krusial, indeks gini Jabar termasuk yang tertinggi di Indonesia. Artinya, kita harus mencari solusi agar yang mampu tidak semakin mampu sementara yang kurang mampu tidak semakin terpuruk," ujar Herman dalam Rapat Koordinasi Tim Pengendali Inflasi Pusat (TPID) Wilayah Jawa di Hotel Tentrem, Kota Semarang, Rabu (14/8/2024).
Herman juga menjabarkan tantangan lainnya. Salah satunya bagaimana mencegah kelompok petani terpapar pinjaman online (pinjol) dengan bunga mencekik yang memberatkan beban hidup petani maupun buruh tani.
Kata dia, statistik menunjukkan jumlah outstanding loan pinjol di Jabar baik legal maupun ilegal, mencapai hampir Rp 16,5 triliun dengan sekitar 535.000 petani terpapar.
Baca juga : Kurikulum Sekolah Mesti Klop Dengan Dunia Kerja
Rupanya, petani mengandalkan pinjol untuk memenuhi kehidupan sehari-hari terutama sebelum masa panen.
"Ini adalah situasi yang sangat memprihatinkan," tutur dia.
"Jika masalah ini tidak segera ditangani maka potensi ledakan sosial sangat mungkin terjadi, mengingat indeks gini kita (Jabar) yang sudah berada pada level lampu kuning menuju merah," sambungnya.
Herman pun berharap Pemerintah Pusat melalui Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan, melakukan intervensi agar menciptakan skema pinjaman mikro dan supermikro yang mudah diakses untuk kebutuhan hidup petani dan buruh tani.
Tantangan lain, kata Herman, pertanian Jabar harus dihadapkan pada alih fungsi lahan lahan pertanian dan anomali cuaca yang mengancam produktivitas padi.
Baca juga : Ada PLTS Di Tengah Sawah, Petani Kalijaran Terapkan Pertanian Modern Berbasis EBT
Pada 2024, Jabar sendiri menargetkan produksi 11 juta ton gabah kering giling (GKG) lebih tinggi dari tahun 2023 sebanyak 9,14 juta ton GKG.
Dalam Rakor tersebut, Herman bersama perwakilan TPIP-TPID seluruh Pulau Jawa, mendiskusikan strategi inovatif serta mencari solusi, untuk meningkatkan produktivitas pangan di Pulau Jawa secara berkelanjutan.
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tags :
Berita Lainnya