Dark/Light Mode

Biaya Dana Mahal Tekan Laba, BTN Optimistis DPK Tumbuh Positif

Selasa, 19 November 2024 16:27 WIB
Biaya Dana Mahal Tekan Laba, BTN Optimistis DPK Tumbuh Positif

RM.id  Rakyat Merdeka - Sejumlah perbankan nasional masih mengalami tingginya biaya dana, yang turut berdampak pada penurunan laba yang terjadi di sejumlah bank.

Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), mahalnya biaya dana atau cost of fund di satu sisi dan rendahnya pertumbuhan pendapatan bunga di sisi yang lain telah menjadi tekanan terhadap laba sejumlah bank tersebut.

Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae melihat, perbankan masih harus berebut dana murah untuk dapat memperbaiki struktur biaya dana mereka.

Problemnya, pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) secara nasional pun sulit mengejar pertumbuhan kredit yang masih double-digit.

Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), pertumbuhan DPK industri perbankan nasional per September 2024 tercatat sebesar 7,04 persen yoy menjadi Rp 8.720 triliun.

Baca juga : Kaesang Dan Pengusaha Jateng Optimistis Ahmad Luthfi-Taj Yasin Menang Pilgub

Sementara itu, penyaluran kredit perbankan meningkat 10,85 persen yoy menjadi Rp7.579 triliun pada periode yang sama. Kondisi tersebut terjadi karena dunia usaha sebetulnya tengah bergerak.

“Pertumbuhan DPK yang lebih rendah dibandingkan kredit, mencerminkan kebutuhan ekspansi usaha yang lebih tinggi dibandingkan kebutuhan menyimpan dana yang coba mencerminkan normalisasi dunia usaha,” jelas Ediana.

Secara umum, bank-bank papan atas dan menengah masih optimistis bahwa mereka mampu mencatat pertumbuhan DPK di atas rata-rata industri.

Seperti PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk atau BTN misalnya. DPK BTN mampu mencapai 16,4 persen secara tahunan menjadi Rp 373,8 triliun hingga Agustus 2024.

Direktur Utama BTN Nixon LP Napitupulu mengatakan, pertumbuhan DPK BTN masih berpotensi tumbuh di atas industri hingga akhir tahun.

Baca juga : KLH/BPLH Tindak Tegas Daerah Yang Masih Terapkan Open Dumping

“BTN juga menjadi bank yang terus berupaya memperbaiki struktur pendanaannya agar bisa semakin meningkatkan dana murah dan memperbaiki marginnya,” tuturnya.

Terlebih lagi, kata Nixon, BTN mengemban tugas sebagai bank pelaksana penyaluran KPR subsidi, yang suku bunganya dipatok maksimal di level 5 persen untuk program Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP).

Dengan mayoritas portofolio disalurkan untuk KPR subsdi, kata Nixon, BTN tidak bisa serta-merta menaikkan suku bunga kredit untuk mengkompensasi kenaikan biaya dana.

“Artinya NIM BTN tidak akan sampai di atas 4 persen atau bahkan 5 persen karena suku bunga FLPP itu dipatok di maksimal 5 persen,” sebutnya.

Lebih lanjut Nixon mengatakan, dengan suku bunga yang sudah dibatasi, NIM BTN akan berada di sekitar 3,2 persen hingga 3,5 persen.

Baca juga : Harga Sewa Perkantoran Grade A di Kawasan Bisnis Jakarta Tumbuh Positif

Meski begitu katanya, BTN tidak tinggal diam untuk meningkatkan perolehan dana murahnya.

Salah satu langkah yang diambil yaitu melakukan transformasi digital melalui pengembangan aplikasi BTN Mobile yang dalam kurun waktu satu tahun mampu menarik dua juta pengguna, dengan jumlah transaksi yang mencapai tiga juta per harinya.

Menurut Nixon, perkembangan di dunia digital memang luar biasa dan BTN sebelumnya tidak pernah mengalami hal seperti ini.

Nixon mengatakan, hal yang membenakan BTN dengan bank-bank BUMN lainnya adalah, BTN Mobile fokus pada konten KPR.

“Yang lebih menarik lagi, hari ini sudah banyak pembelian rumah yang dilakukan secara online. Tahun lalu, transaksi pembelian rumah secara online nilainya sudah mencapai triliunan rupiah,” pungkas Nixon.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.