Dark/Light Mode

Lampaui Capital Outflow Saat Krisis 2008

Menkeu Waswas Modal Asing Kabur Capai 145 T

Selasa, 12 Mei 2020 05:39 WIB
Sri Mulyani
Sri Mulyani

RM.id  Rakyat Merdeka - Masa pandemi wabah corona membuat investor panik dan menarik investasinya di pasar saham. 

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani menyebut periode Januari-Maret 2020, arus modal yang keluar dari pasar keuangan mencapai Rp 145,28 triliun.

Jumlah tersebut, sangat mengkhawatirkan, karena jumlah dana asing yang keluar dari Indonesia sudah lebih besar dibandingkan yang terjadi pada krisis keuangan pada tahun 2008 silam. 

“Arus modal saat ini sangat besar, bahkan jauh lebih besar dibandingkan periode krisis keuangan 2008. Bersama taper tantrum 2013, dua episode ini dicirikan capital outflow dari emerging market,” jelas Sri Mulyani dalam telekonferensi Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) di Jakarta, kemarin. 

Baca juga : Menperin Waswas Produksi Manufaktur Anjlok 50 Persen

Wanita yang akrab disapa Ani itu kemudian menjelaskan lebih detail. Jika pada krisis keuangan global 2008, aliran modal yang keluar mencapai Rp 69,9 triliun.

Sementara pada taper tantrum 2013 hanya Rp 36 triliun. Taper tantrum adalah efek pengumuman kebijakan moneter AS yang memukul kurs di banyak negara. 

Sementara, periode JanuariMaret lalu, capital outflow mencapai Rp145,28 triliun. Lebih besar dua kali lipat dibanding krisis global 2008. “Pandemi juga membuat investor panik dan menarik investasinya di pasar saham,” ujar Menteri Sri. 

Pada Maret lalu, lanjut dia, indeks volatilitas menunjukkan tingkat kecemasan investor yang sangat tinggi. 

Baca juga : Terancam Capital Inflow, Menkeu Tetap Pede Ekonomi Tumbuh 5%

Akibatnya, pasar saham di negara maju dan berkembang anjlok cukup tajam. Kondisi ini, kata Ani, menjadi perhatian serius KSSK dan selalu menjadi bahan dalam pembahasan pada pertemuan berkala. 

Dia juga memaparkan, akibat pandemi dampaknya juga berkembang ke sisi sosial ekonomi. Hal ini menyebabkan merosotnya output, atau Produk Domestik Bruto (PDB) semua negara di dunia. 

“Perambatan atau domino effect dari corona yang bermula dari kesehatan, kemudian menimbulkan lockdown effect ke sosial dan ekonomi, dan berpotensi menjadi ancaman terhadap stabilitas sistem keuangan, jadi perhatian sangat tinggi dari KSSK,” tutur dia. 

Ditambahkan mantan Direktur Bank Dunia itu, kebijakan pembatasan aktivitas sosial berdampak pada penurunan ekonomi global hingga Indonesia. “Ekonomi alami penurunan drastis, bahkan langsung tidak bisa aktivitas. Ini sangat berat,” tegas Ani. 

Baca juga : Modal Asing Kabur Keluar RI, Tembus Hingga Rp 13,73 Triliun

Ia mengatakan, upaya untuk menekan dampak corona, yang dijalankan pemerintah adalah dengan melakukan bauran kebijakan makro ekonomi dan berbagai langkah kebijakan di bidang kesehatan. 

Tujuannya, agar risiko terhadap stabilitas makro ekonomi dan sistem keuangan secara keseluruhan serta pemulihan ekonomi secara bertahap dapat berkurang. 

“Keberhasilan langkah penanganan masalah corona menjadi faktor penentu yang sangat mempengaruhi berbagai risiko rambatan dampaknya ke perekonomian dan sektor keuangan. Sehingga konsistensi dan kerja sama seluruh komponen bangsa menjadi faktor penting keberhasilan penanganan krisis kesehatan ini,” tegasnya. [NOV]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.