Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Harga Beras Masih Mahal, Jokowi Kesal

Kamis, 16 Maret 2023 08:51 WIB
Presiden Jokowi bersama petani melakukan panen raya di Ngawi, Jawa Timur. (Foto: Instagram Jokowi)
Presiden Jokowi bersama petani melakukan panen raya di Ngawi, Jawa Timur. (Foto: Instagram Jokowi)

RM.id  Rakyat Merdeka - Beberapa daerah sentra padi sudah memasuki musim panen. Namun, harga beras belum turun juga. Mengetahui hal itu, Presiden Jokowi kesal. Dia berjanji bakal mencari biang keroknya.

Kekesalan Jokowi ini diutarakan saat ditanya wartawan masih mahalnya harga beras usai membuka acara Business Matching Produk Dalam Negeri, di Istora Senayan, Gelora Bung Karno, Jakarta, kemarin. 

"Ini kan masih panen raya. Logikanya, panen raya itu suplainya banyak, mestinya harga itu turun. Nah ini kok ndak. Ini yang baru kita cari,” ujar Jokowi.

Menurut dia, mahalnya harga beras ini tentu membuat petani senang, namun di sisi lain pembelinya yang teriak. Karena itu, kata dia, perlu di cari keseimbangannya.

Baca juga : Bilang Semua Capres Ideal, Jokowi Netral

“Yang sulit itu menyeimbangkan harga gabah di petani, begitu juga harga beras di tingkat pedagang, baik dan wajar. Pun di level konsumen, harganya baik dan wajar," kata Jokowi.

Menurutnya, sangat mudah menurunkan harga beras. Tinggal impor sebanyak-banyaknya, dan guyur ke pasar. Seketika, harga di pasaran pasti turun. Namun, instrumen itu tidak dilakukan, karena Pemerintah ingin terjadi keseimbangan.

Untuk menjaga cadangan dan mengendalikan harga beras, Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan mengatakan, Pemerintah membolehkan Bulog membeli beras sesuai harga pasar untuk Cadangan Beras Pemerintah (CBP).

"Jadi misalkan harga patokannya yang ditentukan Rp 9.000/kg, Bulog sekarang bisa beli Rp 11.000/kg," kata saat Rapat Kerja bersama Komisi VI DPR, kemarin.

Baca juga : Dipanggil Kejagung Besok, Plate Masih Saksi

Zulhas menyebut, kebijakan ini diperlukan agar Bulog dapat bersaing dengan swasta dalam menyerap beras. Sebab, jika tidak diatur demikian, Bulog tidak akan dapat memiliki cadangan beras.

Kendati demikian, meski Bulog membeli dengan harga yang tinggi, Bulog tetap ditugaskan untuk menjual sesuai dengan Harga Eceran Tertinggi (HET). Sehingga petani tidak ada yang merasa dirugikan, dan konsumen tetap mendapatkan beras yang terjangkau.

"Sudah diubah aturannya. Saya yang usul, karena kalau tidak diubah Bulog tidak bisa menyerap CBP. Jadi kalau di pasar ada jual Rp 10.000 Bulog bisa membeli dengan harga lebih tapi jualnya ke masyarakat tetap," kata Zulhas. 

Apa kata pengamat terkait harga beras masih mahal? Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira menganggap, intervensi Pemerintah terlambat. Biaya produksi naik, terutama pupuk. Begitu juga biaya BBM. Dengan kondisi itu, petani harus menjual dengan harga yang lebih tinggi, meski ada panen raya. 

Baca juga : Pengamat: Tepat, Mantan Pengawal Jokowi Diangkat Pangdam Jaya

Menurutnya, Pemerintah harus langsung mengintervensi dengan menurunkan harga BBM dan pupuk. Cara itu akan membantu biaya distribusi beras agar turun. Kemudian memastikan beras hasil panen raya bisa segera terdistribusi ke daerah yang alami kenaikan harga tertinggi.

"Pemda juga perlu pro aktif berkoordinasi dengan sesama Pemda berapa stok di masing-masing daerah. Jadi saling melengkapi. Kalau menyerahkan ke mekanisme pasar, harganya sudah dikendalikan," pungkas Bhima.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.