Dark/Light Mode

Indeks Kepercayaan Industri April Melambat, Kemenperin Genjot Pasar Domestik

Jumat, 28 April 2023 21:48 WIB
Juru Bicara Kementerian Perindustrian (Kemenperin), Febri Hendri Antoni Arif (kedua kanan) bersama Direktur Jenderal Industri Kecil Menengah dan Aneka (IKMA) Kemenperin, Reni Yanita (kedua kiri) saat menyampaikan rilis IKI April 2023 di Jakarta, Jumat (28/4). (Foto: Ist)
Juru Bicara Kementerian Perindustrian (Kemenperin), Febri Hendri Antoni Arif (kedua kanan) bersama Direktur Jenderal Industri Kecil Menengah dan Aneka (IKMA) Kemenperin, Reni Yanita (kedua kiri) saat menyampaikan rilis IKI April 2023 di Jakarta, Jumat (28/4). (Foto: Ist)

RM.id  Rakyat Merdeka - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mencatat Indeks Kepercayaan Industri (IKI) April 2023 mencapai 51,38 atau melambat 0,49 poin dibandingkan Maret 2023.

Juru Bicara Kemenperin, Febri Hendri Antoni Arif mengatakan, meskipun melambat, pada April 2023 terjadi peningkatan jumlah subsektor industri yang mengalami ekspansi yaitu sebanyak 15 subsektor industri, dibandingkan dengan Maret 2023 yang hanya 14 subsektor industri dengan share terhadap PDB Industri Pengolahan Nonmigas Tahun 2022 mencapai 80,2 persen.

Menurut dia, share tersebut ditopang oleh subsektor yang memiliki kontribusi cukup besar, seperti Industri Makanan; Industri Bahan Kimia dan Barang dari Bahan Kimia; dan Industri Kendaraan Bermotor, Trailer dan Semi Trailer.

Dilihat dari variabel pembentuknya, seluruh indeks variabel pembentuk IKI pada April 2023 mengalami ekspansi. Meskipun demikian, jika dilihat lebih detail penurunan nilai IKI dikarenakan penurunan nilai variabel Persediaan Produk sebesar 2,67 poin menjadi 52,33 yang menunjukkan adanya peningkatan stok persediaan dan variabel Pesanan Baru menurun 0,76 poin menjadi 50,57 yang menunjukkan adanya penurunan pesanan baru.

Di sisi lain, kata dia, peningkatan nilai variabel Produksi dari 50,69 pada Maret 2023 menjadi 52,08 pada April 2023. Pesanan Domestik masih menjadi faktor dominan yang mempengaruhi indeks variabel Pesanan Baru.

Baca juga : Kerek Daya Saing Industri Otomotif, Kemenperin Siapkan SDM Inovatif

Febri menjelaskan, penurunan IKI dikarenakan beberapa subsektor yang memiliki share PDB cukup  besar mengalami kontraksi setelah sebelumnya mengalami ekspansi. Kedua, variabel pesanan sebagai variabel pembentuk nilai IKI terbesar mengalami penurunan pada April ini. Hal ini dikarenakan tingginya permintaan rumah tangga selama Ramadan dan Hari Raya Idul Fitri menyebabkan harga produk manufaktur mengalami kenaikan, di sisi lain belanja keperluan produksi dan belanja pemerintah berkurang signifikan.

Selain karena faktor harga yang tinggi, jam kerja yang terbatas selama bulan Ramadan dan hari raya menjadi penyebab penurunan pesanan. Diyakini bulan depan pesanan domestik akan meningkat karena industri mulai berproduksi normal. Ini merupakan pola seasonal yang tidak perlu dikhawatirkan.

 “Mayoritas pelaku usaha menyatakan kondisi usaha secara umum di bulan April 2023 stabil sebanyak 45,2 persen dan 28,7 persen menjawab kondisi kegiatan usahanya meningkat dibanding dengan bulan Maret 2023,” kata Febri menambahkan.

Demikian pula pandangan terhadap kondisi usaha enam bulan kedepan, 64,7 persen pelaku usaha lebih optimis, angka ini meningkat dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 63,5 persen, dan menjadi angka tertinggi sejak IKI di-launching. Mayoritas responden yang menjawab optimis menyampaikan keyakinannya akan kondisi pasar akan membaik dan kepercayaannya karena kebijakan pemerintah pusat yang lebih baik. Sedangkan 9,9 persen pelaku usaha masih pesimis dengan kondisi usaha enam bulan kedepan, angka ini juga merupakan nilai terendah sejak IKI di-launching.

Jika dilihat nilai IKI per subsektornya, Industri Karet, Barang dari Karet dan Plastik, serta Industri Furnitur mengalami peningkatan dan beralih dari kontraksi menjadi ekspansi pada bulan April ini. Industri Karet, Barang dari Karet dan Plastik menunjukkan adanya peningkatan pesanan baru, berbeda dengan bulan lalu dimana distributor mengurangi pesanan untuk menghabiskan stok yang tersedia. Demikian pula dengan Industri Furnitur yang menunjukkan adanya peningkatan pesanan dan produksi serta persediaan produk yang berkurang merupakan pengaruh persiapan Hari Raya dan peningkatan pesanan luar negeri.

Baca juga : Ganjar Muda Padjajaran Upayakan Industri Pertanian Yang Berkelanjutan Di Kabupaten Garut

Berbeda dengan kedua subsektor tersebut, Industri Barang Logam, Bukan Mesin dan Peralatannya tercatat mengalami kontraksi setelah sebelumnya mengalami ekspansi. Seluruh variabel pembentuknya menunjukkan kontraksi yang cukup dalam, hal ini dikarenakan berkurangnya pesanan dalam negeri. Kemenperin akan mengambil langkah-langkah untuk meningkatkan pesanan dalam negeri.

Sektor Industri Tekstil, Pakaian Jadi, Industri Kulit, Barang dari Kulit dan Alas Kaki, Industri Kayu, dan Industri Barang Galian Bukan Logam juga masih tercatat mengalami kontraksi. Isu serbuan impor masih mendominasi di tengah lemahnya daya saing produk dalam negeri. Khusus untuk Industri Tekstil, impor kain yang semakin tinggi mematikan industri hulu seperti industri benang dan serat. Perlu adanya tindakan pengawasan dan pengendalian lebih tegas terkait impor.

Saat ini Kementerian Perindustrian masih menjalankan program restrukturisasi mesin, dan diharapkan program HGBT dapat diterapkan lebih luas. Bulan lalu, Sektor Industri Tekstil, Pakaian Jadi, Industri Kulit, Barang dari Kulit dan Alas Kaki mengalami peningkatan ekspor. Telah dibentuk Satgas Ekspor untuk menjaga kestabilan peningkatan penjualan di luar negeri tersebut.

Industri Pengolahan lainnya (Industri Aneka) terdiri dari Industri Permata, Industri Barang Logam Mulia, Industri Perhiasan, Industri Alat Musik, Industri Alat Olah Raga,Industri Mainan Anak, Peralatan Kedokteran, Industri Kacamata, Industri Alat Tulis, serta Industri Lainnya yang beberapa diantaranya merupakan sektor industri yang potensi ekspornya tinggi. Namun demikian, sejak November Industri Aneka selalu tercatat mengalami kontraksi, disumbang dari kontraksi variabel pesanan baru dan produksi. Untuk variabel pesanan baru mengalami kontraksi akibat penurunan pesanan dari luar negeri, demikian pula variabel produksi yang menurun akibat penurunan pesanan.

Penurunan permintaan terjadi akibat resesi global, salah satu yang terdampak adalah industri bulu mata palsu yang mengalami penurunan permintaan, dan kendala bahan baku yang masih impor karena pemasok dalam negeri belum dapat memenuhi standar yang dibutuhkan. Penurunan permintaan Industri Alat Tulis dipengaruhi oleh belum masuknya tahun ajaran baru.

Baca juga : Pemerintah Incar Investor

Sedangkan untuk industri mainan anak, sangat bergantung pada bahan baku plastik sehingga sangat tergantung pada harga minyak dunia, selain itu konsumen dalam negeri saat ini lebih memilih konsumsi primer seperti pangan dibandingkan produk tersier. Beberapa hal yang telah dilakukan Kemenperin yaitu dengan mencari pasar baru dengan melakukan kerja sama dengan ITPC maupun Atdag yang ada serta meningkatkan literasi digital produsen dalam negeri, penguasaan pasar domestik dengan kebijakan TKDN Industri kecil (IK)

TKDN IK penting agar industri kecil dapat mengikuti penyedia barang dan jasa dan masuk dalam e-katalog. Selain itu, dilakukan pula fasilitasi sertifikasi SNI untuk Industri Kecil dan membantu meningkatkan pemasaran dengan mengikuti pameran.

Dirjen Industri Kecil Menengah dan Aneka, Reni Yanita, menyampaikan saat ini Kemenperin terus berupaya meningkatkan demand produk dalam negeri dengan terus mengkampanyekan Cinta Produk Dalam Negeri, dan meningkatkan implementasi TKDN khususnya TKDN-IK.

 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.