Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Kasus Turun, Positivity Rate Tinggi, BGS: 3T Nggak Disiplin

Rabu, 12 Mei 2021 08:49 WIB
Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin. (Foto: Youtube Pusdalops BNPB)
Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin. (Foto: Youtube Pusdalops BNPB)

RM.id  Rakyat Merdeka - Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin menyatakan, pelaksanaan 3T (tracing, testing, dan treatment) masih belum dilakukan secara optimal. Buktinya, meskipun jumlah kasus Covid-19 di Tanah Air menurun, namun positivity rate-nya masih tinggi.

Menurut Budi, positivity rate yang bagus berada di bawah angka 5 persen. Yang sedang, antara 5 hingga 15 persen. Di atas itu, sudah pasti 3T-nya tak dilaksanakan dengan baik dan disiplin.

"Saya ditanya terus sama pak Presiden, 'pak Budi, kasus konfirmasi kita turun terus ya? Tapi kenapa positivity rate-nya tinggi?'. Bapak ibu, itu anomali, itu aneh," beber Budi dalam rapat virtual, Selasa (11/5) malam.

Mantan Direktur PT Inalum (Persero) itu menyebut, anomali itu terjadi karena ada banyak orang yang belum tercatat sebagai kasus konfirmasi. Dia menduga, kepala daerah takut disalahkan atau dihukum jika kasus konfirmasi Covid-nya naik.

Baca juga : Nambah 6.327, Kasus Positif Cetak Rekor Tertinggi Di Awal Mei 2021

Padahal, ditegaskan Budi, mengatasi pandemi ini bukan berarti kasus konfirmasinya tidak boleh naik. Tetapi, bagaimana menurunkan laju penularan.

"Kalau saya boleh saran, saya sudah diskusi juga sama pak Doni (Monardo), jangan kepala daerah itu dihukum, dibilang salah, atau tidak perform, kalau kasus konfirmasinya naik. Justru karena kasus naik, kita tahu siapa yang bisa tertular," tuturnya.

Jika ada yang terkonfirmasi positif Covid-19, kepala daerah harusnya langsung melacak kontak erat orang tersebut. World Health Organization (WHO) merekomendasikan penelusuran terhadap 30 kontak erat dalam waktu 72 jam.

"Kalau nggak bisa, 15 kontak erat. Kalau nggak bisa juga, 10. Tapi jangan 1, 2, apalagi nggak dicari. Semua kontak erat itu harus dites. Kalau positif, segera diisolasi. Ini bisa menurunkan laju penularan," imbau mantan Direktur Utama Bank Mandiri itu.

Baca juga : Kasus Positif Nyaris 6.000, Kasus Kematian Tertinggi Dalam Sepekan Terakhir

Selain itu, yang juga harus diperhatikan untuk menghambat penularan virus Corona adalah disiplin menerapkan protokol kesehatan. Minimal, kata Budi, memakai masker. Protokol kesehatan yang satu ini, kata Budi, bisa mencegah penularan hingga 95 persen.

"Ini tidak susah sebenernya. Jauh lebih mudah daripada nyuruh orang datang untuk disuntik atau dirawat di rumah sakit. Tapi mendisiplinkan masyarakat susah," sesal Budi.

Menurutnya, dua upaya ini, harus jalan bersama dengan program vaksinasi yang juga bertujuan untuk menurunkan laju penularan Covid-19.

Malah, kata Budi, dua strategi itu seharusnya mendapatkan perhatian yang lebih besar daripada vaksinasi.

Baca juga : Kasus Positif Nambah 4.656, Paling Banyak Disumbang Jawa Barat

"Karena buktinya ada beberapa negara tanpa vaksinasi bisa mengontrol pandeminya, bisa hidup relatif normal. Contohnya Australia. Kemudian Korea Selatan, cukup bagus," ungkapnya.

Saking gemesnya, mungkin, Budi sampai mengulang tiga kali imbauan bagi kepala daerah untuk mengedukasi warga agar memakai masker dan mengintensifkan 3T di akhir paparannya. [JAR]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.