Dark/Light Mode

Perjuangan Guru Daerah Tertinggal untuk Tingkatkan Kemampuan Membaca Siswa SMP

Senin, 25 November 2024 17:37 WIB
Foto: Didi Rustandi/RM.
Foto: Didi Rustandi/RM.

RM.id  Rakyat Merdeka - Kemampuan membaca adalah hal dasar yang harus dimiliki murid dalam memahami materi yang diajarkan oleh guru.

Lalu bagaimana jika peserta didik tingkat SMP masih belum bisa dan lancar membaca?

Kondisi ini membuat Asis Wahyudi semangat membuat perubahan dan peningkatan kualitas siswa di SMPN 23 Halmahera Barat, Maluku Utara.

Bahkan, ia harus belajar hingga ke Amerika Serikat (AS) agar bisa mengajar para murid untuk lancar membaca.

Terletak di ujung timur Indonesia, SMPN 23 Halmahera Barat terletak di Desa Tabobol, daerah yang tergolong sangat tertinggal, dengan tantangan-tantangan khusus yang harus dihadapi.

Seperti, akses, infrastruktur, dan tantangan geografis yang membuatnya menjadi tempat yang sulit dijangkau.

Lokasi sekolah berada di tengah hutan Halmahera Barat dan berbatasan langsung dengan Laut Maluku di bagian barat.

Asis menceritakan, selain kendala geografis, ia juga dihadapkan pada kondisi besar bahwa beberapa murid masih ada yang belum lancar membaca.

Padahal seharusnya, murid jenjang SMP telah mencapai kemampuan membaca yang memadai sebagai salah satu pondasi penting dalam pendidikan.

Namun, pada kenyataannya, situasi di lapangan cukup bervariasi. Banyak murid di berbagai tahap kelas masih belum sepenuhnya menguasai kemampuan membaca.

Masih ada 1-5 murid setiap kelas yang masih kesulitan membaca. Di satu sisi, ada beberapa murid yang sudah mampu membaca dengan baik, mencapai tingkat literasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan teman-teman sekelas mereka.

Baca juga : Fokus, Tingkatkan Kualitas SDM Dan Cegah Stunting

Di sisi lain, di sekolah juga belum tersedia buku-buku bacaan yang sesuai dengan level membaca murid.

Sebagian besar, buku yang tersedia adalah buku diktat dan buku matapelajaran yang isinya masih sama untuk semua level membaca murid.

"Dengan demikian, saya sebagai guru masih sering kesulitan memberikan rekomendasi bacaan kepada murid jika topik pembelajaran berbeda," kata Asis.

Tantangan ini tidak hanya hadapi bagi Asis sendiri. Guru-guru yang lain juga menghadapi hal yang sama.

Selama ini, guru-guru masih kesulitan mengakomodir keberagaman kemampuan membaca murid.

Sebagian besar praktik mengajar yang dilakukan oleh rekan guru saya masih menggunakan instruksi yang sama untuk semua murid.

Instruksi yang guru lakukan di sekolah masih berupa instruksi secara klasikal, belum membedakannya sesuai kebutuhan belajar murid.

"Disparitas ini menggarisbawahi, pentingnya solusi praktis untuk membantu mereka yang masih keseulitan dalam membaca, sekaligus memberikan tantangan yang sesuai bagi murid yang sudah memiliki kemampuan membaca yang baik," kata Asis, guru kelahiran Jawa Tengah ini.

Menghadapi tantangan tersebut, Asis mulai mengikuti program pertukaran guru di Amerika melalui beasiswa Fulbright Distinguished Awards in Teaching Program for International Teachers (DAI), di Arizona State University.

Selama satu semester menimba ilmu di Negeri Paman Sam, ia belajar dan berbagi dengan guru-guru dari negara lain tentang praktik baik pembelajaran literasi di negaranya.

"Saya merencanakan proyek pembelajaran berdiferensiasi yang sesuai dengan kebutuhan belajar murid, termasuk untuk murid yang belum bisa membaca," jelas Asis.

Baca juga : Progres Pembangunan RDF Rorotan hingga Pekan Kedua November Capai 70 Persen

Dalam proses pembelajaran, Asis dibimbing oleh advisor dan mentor menyusun instrumen tes kemampuan membaca dan perangkat pembelajaran berdiferensiasi dalam mata pelajaran IPS.

"Bahkan, proyek tersebut juga saya paparkan di hadapan dosen dan profesor di Arizona State University," ujarnya.

Saat kembali ke Halmahera Barat, selain berbagi praktik baik dengan rekan sejawat, Asis juga melaksanakan pembelajaran berdiferensiasi di sekolah dengan mempertimbangkan kemampuan membaca murid.

Pada tahap pertama, dilakukan asesmen awal untuk mengetahui kemampuan membaca murid.

Kemudian, ia mengelompokkan murid berdasarkan level membaca mereka. Kelompok yang terbentuk ialah A (phonics), B (fluency), dan C (comprehension).

"Pada bagian inti, saya memberikan intervensi yang berbeda pada setiap kelompok," ungkapnya. 

Instruksi untuk kelompok A (phonics) adalah tapping words, yaitu peserta didik menggabungkan huruf-huruf menjadi kosakata sesuai topik dan making words, yaitu peserta didik membuat 3-5 kata berdasarkan kata-kata kunci sesuai topik.

Sementara itu, untuk kelompok B (fluency) adalah audio-assisted reading dan partner reading.

Hasil membaca murid ini, dibandingkan dengan standar kecepatan membaca untuk murid SMP yang kemudian ditulis progresnya dalam diagram fluency.

Sedangkan untuk kelompok C, instruksinya adalah question generation dan summarizing, yaitu murid menemukan ide pokok di setiap paragraf dan kemudian menjawab pertanyaan dan merangkum isi bacaan.

Di bagian penutup, Asis selalu mengajak murid untuk merangkum pembelajaran pada hari itu secara bersama-sama.

Baca juga : dr Tirta Bagikan Tips Work Life Balance Buat Pegawai KPK

Guru juga mengingatkan murid untuk membaca materi pada topik berikutnya. Sebagai langkah tindak lanjut, guru mengecek kemajuan membaca murid secara berkala.

Murid merekam menggunakan chromebook ketika mereka membaca sebuah teks. Dari sini, guru akan lebih mudah dalam mengetahui progres dan dapat memberikan rekomendasi yang tepat terhadap kemajuan membaca murid.

Program pembelajaran dengan fokus pada kemampuan membaca telah membawa dampak positif yang signifikan bagi murid.

Kelompok phonics berhasil meningkatkan tingkat kefasihan membaca murid, sementara kelompok fluency berhasil membawa murid naik ke level comprehension.

Para murid merasa lebih nyaman dalam mengikuti pembelajaran, karena mereka mendapatkan bantuan yang sesuai dengan kebutuhan mereka.

Bahkan, murid yang awalnya belum lancar dalam membaca, kini memiliki peluang lebih besar untuk berkembang.

Semua ini adalah bukti nyata, program pembelajaran yang disesuaikan dengan kemampuan murid (berdiferensiasi) mampu memberikan hasil positif yang mendalam dalam proses belajar mereka.

Kisah perjuangan Asis merupakan salah satu kisah nyata perjuangan guru di daerah perbatasan dan daerah tertinggal, dengan berbagai macam keterbatasan dan hambatannya.

Tapi hal itu, tidak menyurutkan semangat pengabdian seorang guru, kondisi dan hambatan di daerah tertinggal justru malah bisa menjadi inspirasi dan inovasi dalam belajar mengajar.

Guru Hebat, Indonesia Kuat. Hal ini juga menjadi inspirasi untuk guru-guru di Tanah Air dalam mendidik siswa-siswi demi menjadikan Indonesia semakin kuat.

Contoh kisah guru dari daerah tertinggal dan perbatasan ini juga membuktikan bahwa Pendidikan Bermutu untuk Semua.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.