Dark/Light Mode
BREAKINGNEWS
Trump Back To Gedung Putih, Presiden Korsel Latihan Golf Lagi
Selasa, 12 November 2024 21:45 WIB

RM.id Rakyat Merdeka - Beragam cara dilakukan para pemimpin dunia, menyambut kembalinya Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat (AS). Presiden Korea Selatan (Korsel) Yoon Suk Yeol melakukannya dengan berlatih golf, untuk pertama kalinya dalam delapan tahun terakhir.
Yoon disebut melakukan itu atas saran orang dekatnya.
Sejauh ini, golf memang menjadi diplomasi ampuh untuk berkomunikasi dengan Trump. Mengingat cabang olahraga tersebut merupakan mesin profit kerajaan bisnis Trump.
Mengacu investigasi CNN International tahun 2018, lapangan golf dan perusahaan terkait dengan cabang olahraga tersebut, memiliki kontribusi ratusan juta dolar AS terhadap pundi-pundi uang Trump.
Selama tahun pertama era kepresidenan awalnya, 2017, Trump menjadi presiden yang paling sering mengunjungi lapangan golf.
Baca juga : Besok, Prabowo Dan Biden Ketemuan Di Gedung Putih, Ini Yang Bakal Diobrolin
Trump kerap menghabiskan akhir pekan di sejumlah properti miliknya di Florida, New Jersey, dan Virginia. Kadang, dia juga mengajak anggota parlemen atau lapangan bisnis.
Tongkat Golf Berlapis Emas
Trump tercatat menerima tongkat golf berlapis emas dari mendiang Perdana Menteri (PM) Jepang Shinzo Abe, saat pertama kali terpilih menjadi Presiden AS, November 2016.
Kala itu, mendiang PM Abe mengunjungi Trump di Menara Manhattan. Kedua pemimpin juga bermain golf bersama di Florida dan Jepang.
Selama masa kepresidenan terakhirnya, Trump bertemu beberapa kali dengan Presiden Korea Selatan saat itu: Moon Jae-in. Serta melakukan pembicaraan dengan Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un dalam serangkaian pertemuan puncak yang belum pernah terjadi sebelumnya. Keduanya mengklaim saling "jatuh cinta”.
Golf Dalam Bingkai AS-Korsel
Golf juga ditampilkan dalam hubungan bilateral AS-Korsel. Selama kunjungan tahun 2017 ke Korea Selatan, di hadapan anggota parlemen lokal, Trump mengatakan pegolf Korea merupakan salah satu yang terbaik di muka bumi.
Baca juga : Tak Cuma Buat Kuliah, Beasiswa LPDP Untuk Pelatihan Skill
"Delapan dari 10 pemain teratas berasal dari Korea dan empat pegolf teratas: satu, dua, tiga, empat berasal dari Korea," begitu kata Trump.
Namun, kali ini, kembalinya Trump ke Gedung Putih ditandai oleh sesuatu yang berbeda di Semenanjung Korea. Ada kekhawatiran yang meningkat di antara AS dan sekutunya, tentang Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un dan ancaman yang ditimbulkan oleh rezimnya. Terutama, setelah pembicaraan yang diadakan Trump sebelum masa kepresidenan pertamanya berakhir, runtuh tanpa kesepakatan dalam penghinaan besar terhadap pemimpin Korea Utara.
Di Korea Selatan, pemerintah konservatif Yoon yang menjabat sejak tahun 2022, muncul sebagai mitra AS yang kuat dalam meningkatkan pencegahan terhadap Korea Utara. Mereka tidak mungkin mendorong Trump untuk bertemu dengan Kim, tanpa jalur yang jelas menuju denuklirisasi Pyongyang.
Sementara itu, hubungan Korea Utara dengan Rusia menunjukkan perkembangan. Pyongyang diyakini telah mengirim ribuan pasukan dan berton-ton amunisi ke Rusia, saat Moskow berperang melawan Ukraina. Para pemimpin Barat melihat hal ini sebagai eskalasi besar.
Potensi sakit kepala lainnya bagi Yoon setelah Trump menjabat adalah masa depan 28.500 tentara AS di Korea Selatan.
Baca juga : Trump Menang Pilpres, Biden: Kami Terima Apa Pun Pilihan Negara
Para pendukung berpendapat, kehadiran militer AS yang signifikan di Semenanjung Korea sangat penting untuk memperkuat aliansi antara kedua negara.
Pasukan tersebut berfungsi sebagai sarana untuk mencegah potensi serangan dari Korea Utara, dan melawan agresi China.
Trump yang telah lama melihat kewajiban perjanjian Washington dalam hal yang lebih transaksional, berulang kali mengatakan, Korea Selatan tidak membayar para prajurit itu secara memadai.
Sebelum kemenangan Trump, pada bulan lalu, Korea Selatan dan AS mencapai perjanjian pembagian biaya lima tahunan baru secara tentatif untuk pasukan Amerika yang berbasis di Korea Selatan. Kesepakatan ini ditujukan untuk menjaga aliansi jangka panjang menjelang pemilihan AS.
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tags :
Berita Lainnya