Dark/Light Mode

Membaca Trend Globalisasi (27)

Karakter Khusus Nilai Universal Islam: Dampak Spiritual Globalisasi

Kamis, 3 Januari 2019 09:00 WIB
Nasaruddin Umar
Nasaruddin Umar
Tausiah Politik

RM.id  Rakyat Merdeka - Dampak globalisasi terhadap kehidupan beragama kita beberapa di antaranya tak terelakkan. Kita semua perlu berbenah dan mempersiapkan generasi kita dengan pemahaman yang lebih komprehensif di dalam menghadapi masa depan. Pemahaman yang bersifat doktrinal-normatif sudah harus diperkuat dengan metode dialogis-rasional, sehingga nilai-nilai positif agama bisa dicerna dan merasuk ke dalam jiwa. 

Ada sejumlah fenomena menarik untuk dikaji bersama, dan fenomena ini berpotensi menggerus inklusifisme keagamaan di masa depan. Fenomena tersebut ada yang bersifat makro, global, massif, dan umum, seperti faktor globalisasi nilai-nilai sebagai akibat dari Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) sudah sedang eksis. Fenomena lebih khusus globalisasi apa yang pernah disebut K.H. Hasyim Muzadi sebagai ideologi trans nasional. Kelihatannya umat kita belum mendapatkan “pembekalan” bagaimana menghadapi dampak kedua fenomena ini. Apa jadinya jika dampak globalisasi nilai global ini terus menyerbu sampai ke ruang privat bangsa kita? Lingkungan keluarga terutama generasi muda penerus bangsa paling tampak pengaruhnya kepada mereka. 

Baca juga : Karakter Khusus Nilai Universal Islam: Pola Migrasi Umat

Fenomena umum yang dapat kita saksikan ialah adanya jarak antara umat dengan ajaran agama yang dianutnya. Agama mengajarkan apa tetapi keinginan umatnya apa, masih amat berjarak. Hal ini menimbulkan kepribadian ganda (split personality) yang amat dalam dan susah dideteksi orang banyak. Penyelesaian masalah umat kita selama ini lebih banyak membicarakan akibat, bukan sebab yang menyebabkan masalah itu terjadi. Dengan kata lain, kita hanya lebih banyak bicara tentang sesuatu yang di hilir, bukan penyebabnya yang ada di hulu. Analoginya, kita lebih banyak sibuk mengusir awan, bukan menyelesaikan masalah pembakar hutan, sehingga pesta pemadaman asap berlangsung secara rutin di musim kemarau, sebuah musim yang dicari oleh pelancong barat untuk menjalani musim liburnya. 

Sederet masalah dalam rumah lain yang tidak mungkin dimuat di dalam kolom sempit ini. Di antaranya yang amat mendasar ialah fenomena maraknya aliran sempalan, seperti sempalan keyakinan, budaya, dan politik. Sudah mulai muncul saling kafir mengkafirkan seperti pemandangan yang terjadi di abad pertengahan yang mengantar runtuhnya kerajaan-kerajaan Islam. Radikalisme di dalam beragama sudah massif. Bukan rahasia lagi di media-midia sosial sudah dikuasai oleh kelompok garis keras. Sebuah hasil survei menujukkan forum-forum agama di Media Sosial 80% didominasi kelompok garis keras. Ironisnya organisasi Islam besar seperti NU, Muhammadiyah, dll tidak antisipatif. Apa jadinya umat kita di masa depan jika ‘guru agama’ mereka adalah garis keras? 

Baca juga : Memperkenalkan Perpustakaan Modern

Masalah sosial lainnya ialah semakin maraknya angka perceraian. Semenjak 10 tahun lalu penulis meneriakkan masalah ini. Angka perceraian sudah menembus angka lebih dari 10% pertahun. Artinya, jika perkawinan setiap tahun 2 juta pasang (sama dengan 4 juta orang) maka tahun tekahir sudah menembus ke angka 115 ribu pasang perceraian per tahun. Bahayanya lagi, perceraian tersebut didominasi (80%) oleh pasangan usia muda, usia rumah tangga lima tahun ke bawah. Itu artinya anak-anak mereka masih kecil-kecil, para jandanya masih muda, pikiran dan kepribadian belum matang, dan menariknya lagi, 3/4 perceraian itu adalah ce-rai gugat, artinya isteri yang menceraikan suami, yang resiko hukumnya akan memberatkan kaum perempuan. Tidak heran jika terjadi perceraian maka akan terjadi orang miskin baru, yaitu perempuan (muda) dan anak-anak.
 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.