Dark/Light Mode

Membaca Trend Globalisasi (19)

Karakter Khusus Nilai Universal Islam:

Senin, 24 Desember 2018 11:48 WIB
Nasaruddin Umar
Nasaruddin Umar
Tausiah Politik

RM.id  Rakyat Merdeka - Dalam artikel terdahulu diungkapkan bagaimana Jabir ibn Hayyan menemukan konsep ilmu kimianya diinspirasi melalui shalat tahajjud. Ternyata temuan lain juga banyak ditemukan oleh para ilmuan, filosof, dan sufi di tengah keheningan malam melalui kontemplasi yang amat tenang.

Sufi-ilmuan seperti Jabir Ibn hayyan menganalogikan martabat wujud material dan wujud non material. Logam biasa (yang bercampur dengan unsur lain) berbeda dengan logam mulia. Logam mulia (emas) kualitasnya istimewa, tidak berkarat, warnanya terarang dan hidup, harganya lebih mahal, dan dapat memberikan kepuasan kepada banyak orang jika sudah dibentuk menjadi perhiasan. Analoginya terhadap wujud non material, seperti jiwa misalnya, jiwa yang biasa masih terkontaminasi dengan berbagai kotoran, tetapi setelah dilakukan penempaan, pembersihan, dan penyucian maka jadilah jiwa yang suci-bersih, jiwa yang memberikan pencerahan terhadap pemiliknya dan orang-orang lain yang diajak berinteraksi. Amat jauh bedanya antara jiwa yang kotor dengan jiwa yang bersih, seperti jauhnya perbedaan antara logam biasa dengan logam murni (emas), dan antara batu dengan permata. Di sinilah peran Kimia secara holistic: Mengubah suatu substansi ke substansi lain yang lebih mulia. 

Baca juga : Karakter Khusus Nilai Universal Islam: Kincir Angin

Imam Al-gazali yang bernama lengkap Muhammad bin Muhammad bin Muhammad bin Ahmad Ath Thusi, Abu Hamid Al Ghazali lahir pada tahun 450H/1058Mdi Thus, Khurasan, Iran. Ia seorang ulama, ahli fikir, ahli filsafat Islam yang terkemuka yang banyak memberi sumbangan bagi perkembangan kemajuan manusia. Beliau pernah memegang jawatan sebagai Naib Kanselor di Madrasah Nizhamiyah, pusat pengajian tinggi di Baghdad. Imam Al-Ghazali meninggal dunia pada tahun 505H/ 1111M. Imam Al-Gazali menulis banyak buku, yang paling popular kitab Ihya’ ‘Ulum al-Din, 4 jilid dan salahsatu di antaranya ialah Kimiya al-Sa’adah.

Buku terakhir ini merupakan pengembangan konsep Alkimia Jabir ibn Hayyan menjadi lebih mendalam. Buku ini diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dalam beberapa versi. Satu versi menerjemahkannya dengan “Kimia Kebahagiaan” dan yang lainnya menerjemahkan “Kimia Hati” dan “Kimia Rohani”. Buku ini tipis tetapi memberikan inspirasi bagi setiap orang untuk melakukan transformasi spiritual. Inti buku ini ialah bagaimana mengubah jiwa yang rendah, gelap, dan buruk menjadi jiwa yang bersih, suci, dan agung. 

Baca juga : Karakter Khusus Nilai Universal Islam: Penemuan Ilmu Kimia

Al-Gazali menulis buku Kimiya al-Sa’adah kelihatannya diinspirasi oleh karya-karya Jabir ibn Hayyan yang dikenal sebagai bapak Alkimia dan Kimia. Menurut pandangan Imam Al-Gazali, kalau dalam ilmu kimia memerlukan peroses tertentu untuk mengubah suatu substansi yang rendah menjadi substansi lebih mulia (emas) dan mungkin membutuhkan laboratorium khusus untuk itu, maka demikian pula halnya jiwa, memerlukan penempaan berupa zuhud, mujahadah, dan riyadhah. 

Zuhud diartikan sebagai upaya untuk memiliki diri sendiri sehingga tidak gampang didikte oleh dunia, seperti harta, tahta, status, dan nafsu kebinatangan. Orang yang menjalani praktek zuhud (zahid) tidak mesti harus menjauhi dunia apalagi membencinya. Akan tetapi faktor dunia bukan lagi menjadi referensi utama di dalam menentukan langkah di dalam menjalani kehidupan. Ia begitu tulus, ikhlas, pasrah (tawakkal), sabar, dan istiqamah menempuh kehidupan. Mujahadah ialah melakukan kesungguhan hati, pikiran, dan badan di dalam upaya mendekatkan diri sedekat-dekatnya kepada Allah Swt.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.