Dark/Light Mode

Indeks Kerukunan Umat Beragama Banten Rendah, Sekum MUI Tangsel Kasih Obatnya

Selasa, 5 September 2023 16:20 WIB
Seminar Penguatan Toleransi Beragama. (Foto: Ist)
Seminar Penguatan Toleransi Beragama. (Foto: Ist)

RM.id  Rakyat Merdeka - Sekretaris Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Tangerang Selatan (Tangsel), Abdul Rozak prihatin atas penurunan Indeks Kerukunan Umat Beragama (KUB) Banten tingkat nasional sejak 2021 sebesar 66.11 atau peringkat ke 32 dari 34 provinsi. Sampai saat ini belum ada perubahan berarti.

Hal tersebut disampaikan pada Seminar Penguatan Toleransi Beragama yang digelar oleh MUI Tangsel di Sekretariat, Pamulang Tangsel pada Selasa (5/9). Acara dihadiri oleh 55 pemuka lintas agama di Tangsel yang dibuka oleh Ketua MUI Tangsel KH Saidih.

Rozak mengatakan, indikator penyebab penurunan indeks kerukunan beragama adalah berupa penolakan pendirian rumah ibadah yang berbeda agama, penolakan kepala daerah atau penjabat daerah yang tidak satu keyakinan dan terus masih ada penolakan terkait perayaan hari besar keagamaan.

Baca juga : KFC Indonesia Rayakan HUT Kemerdekaan Bersama SDN Banjarwangi di Tasikmalaya

"Kita harus berupaya terus mengerem indeks tersebut dengan memperbanyak media untuk menjadikan antar umat beragama bisa hidup berdampingan tanpa ada perasaan yang merugikan satu antar lainnya," jelas dia.

Dari peserta seminar ini yang beragam, dia berharap, bisa meneteskannya di lingkungan paling kecil di tinggal RT, semisal saling kirim sesuatu ketika ada acara keagamaan masing-masing. "Kebiasaan saling kirim menjadi media awal bagi antar umat beragama untuk bisa saling menghargai satu sama lain, yang boleh jadi ada penolakan di permulaan tapi nantinya akan terasa manfaat," harap dia.

Kerukunan umat beragama menjadi rendah menurutnya, lebih banyak disebabkan oleh minimnya media silaturahmi karena kurangnya pemahaman tentang pentingnya penerimaan beda beragama di lingkungan. "Kerja toleransi itu bisa dilakukan dengan sosialisasi dan kerja secara masif oleh seluruh stakeholder baik pemerintah maupun aparat yang memiliki wewenang. Karena dia tidak bisa berdiri sendiri," ungkapnya.

Baca juga : Tenang, Stok Pangan Kita Masih Aman Kok

Dirinya ketika menjabat sebagai Kepala Kemenag Tangsel pernah membuat terobosan media toleransi lewat kegiatan olah raga; senam dan bersepeda yang melibatkan antar umat beragama. "Ada yang dapat door prize sepeda dari peserta, terus ada yang bertanya apa hubungannya sepeda dengan toleransi ?," menirukan pihak yang belum yakin akan terobosan itu.

Rozak jelaskan, yang terlihat memang hadiah berupa kulkas, sepeda, kipas angin, setrikaan, mesin cuci dan lainnya, tapi dari interaksi antar umat beragama sesungguhnya jadi terajut secara bertahap. Dirinya juga menyoroti praktik pendirian rumah ibadah yang masih mengundang benih intoleransi karena ketakutan akan ada pindah agama, bahkan sudah ada yang masuk ke ranah hukum.

"Memang sudah selesai secara hukum, tapi mengular pada perasaan tidak mengenakan karena akhirnya tidak menang," keluhnya.

Baca juga : OJK: Industri Keuangan Syariah RI Tahan Banting, Ini Buktinya

Peristiwa hukum tersebut bagi dia masih mungkin dilakukan lewat jalur mediasi lain dengan mengedepankan seling menghormati antar sesama umat beragama. "Mari kita yakinkan di antar umat beragam untuk saling tutupi potensi konflik dengan memperlebar ruangan mediasi" pungkas dia.

Di tempat sama, pemateri lain Suhada mengatakan moderasi bukan untuk kepentingan agama sendiri tapi untuk kerukunan antar umat beragama. "Saya setuju Gus Baha bahwa beragama itu menyenangkan. Bukan dibikin ribet," pinta dia.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.