Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Minyak Esensial Bisa Digunakan untuk Awetkan Makanan

Minggu, 19 Januari 2020 22:35 WIB
Minyak Esensial (Foto: Istimewa)
Minyak Esensial (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Ketika membuat makanan, banyak masyarakat menginginkan bisa tahan lama. Maka tak heran, banyak orang yang menambahkan bahan pengawet makanan di dalam makanannya.

Pengawet makanan terdapat dua tipe, yaitu golongan sintetik dan bahan alam. Pengawet makanan alami yang sering dipakai sehari-hari antara lain dengan penambahan garam, gula, atau asam. Ada pun pengawet makanan yang sintetik seperti natrium benzoat, kalium sulfit, dan nitrit banyak. 

“Tetapi penggunaan pengawet makanan sintetik dalam jangka pangjang memiliki efek yang tidak baik bagi kesehatan. Maka dari itu di butuhkannya pengawet alami untuk menjaga nutrisi yang ada pada makanan,” ucap Septi Alawiyah, mahasiswa semester akhir Pendidikan Kimia UIN Bandung

Baca juga : Shin Tae-Yong Bawa 28 Pemain untuk Pemusatan Latihan di Thailand

Seiring perkembangan, lanjutnya, para peneliti bahan alam mengemukakan bahwa terdapat bahan-bahan alam yang dapat digunakan sebagai pengawet makanan. Salah satunya minyak atsiri atau essential oil.

Essential oil atau minyak atsiri merupakan kelompok besar minyak nabati yang berwujud cairan kental pada suhu ruang namun mudah menguap. Selama ini, essential oil digunakan untuk aromaterapi, pijat dan perawatan spa. Namun, essential oil juga dapat digunakan sebagai bahan pengawet alami,” ucapnya.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, lanjutnya, essential oil yang dapat dijadikan sebagai pengawet makanan dapat berasal dari berbagai tumbuhan. Di antaranya dari essential oil kulit jeruk, jahe, sereh, teh, dan sebagainya. Senyawa alkaloid, kuinon, dan terpenoid dalam temulawak juga mampu menghambat aktivitas bakteri Staphylococcus aureus, Streptcoccus, dan Bacillus pada daging ayam dan ikan. 

Baca juga : Bamsoet Apresiasi Jaksa Agung Tetapkan 5 Tersangka Kasus Jiwasaraya

“Kurkuminoid dalam ekstrak kunyit dapat mengendalikan pertumbuhan bakteri pathogen seperti Escherichia coli dan Salmonella pada penyimpanan tahu selama 72 jam di suhu ruang. Selain itu, senyawa katekin yang banyak terdapat pada daun teh juga dapat digunakan sebagai pengawet makanan. Karena aktivitas antibakterinya yang cukup tinggi. Senyawa katekin termasuk senyawa polifenol, yang mana senyawa ini dapat menghambat bakteri dengan cara merusak membran sitoplasma bakteri yang tersusun oleh 60 persen protein dan 40 persen lipid yang umumnya berupa fosfolipid,” terangnya.

Septi menambahkan, ekstrak kulit jeruk manis memiliki aktivitas antioksidan sebesar 70,2 persen dan mengandung beberapa senyawa seperti C-glycosylated flavones, Oglycosylated flavones, polymethoxylated flavones, O-glycosylated flavanones. Ekstraksi kulit jeruk manis banyak menghasilkan minyak atsiri yang kaya akan karotenoid, senyawa fenolik, tokoferol dan fitosterol. Menurut 

Minyak atsiri dapat menghambat pertumbuhan atau mematikan bakteri dengan mengganggu proses terbentuknya membran dan dinding sel yang tidak terbentuk. Terpenoid juga dilaporkan melimpah pada ekstrak kulit jeruk manis menggunakan etanol dengan mekanisme merusak membran lipofilik bakteri. Ekstrak minyak atsiri kulit jeruk memiliki daya hambat terhadap pertumbuhan diameter jamur S. commune,” pungkasnya. [USU]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.