Dark/Light Mode
BREAKINGNEWS
Kasih Info Soal Corona, Pejabat Ngalor Ngidul Ini Yang Bikin Puyeng
Sabtu, 7 Maret 2020 07:28 WIB

RM.id Rakyat Merdeka - Pernyataan antar pejabat soal virus corona sering tidak sinkron. Jadinya, informasi yang diberikan ngalor ngidul. Masyarakat yang tengah waswas virus asal China itu, wajar kalau tambah puyeng.
Contoh tidak sinkronnya pernyataan antar pejabat soal corona adalah ketika juru bicara pemerintah soal penanganan virus corona, Achmad Yurianto mengimbau masyarakat tidak perlu panik terhadap ancaman virus dengan nama resmi Covid19 itu.
Dia bilang, virus dari Wuhan, China itu sama seperti influenza atau flu. Penyakit dengan gejala bersin-bersin, batuk hingga demam menggigil itu memang menular, namun masyarakat Indonesia, katanya sudah bertahun tahun menghadapinya. “Covid19 itu juga influenza. Mestinya kita juga menyikapi seperti itu,” ucap Yuri di Covid19 Media Center, Gedung Bina Graha, Jalan Veteran III, Jakarta Pusat, Kamis (6/3).
Karena itu, ia meminta agar masyarakat diedukasi agar tidak panik. Apa lagi, virus corona tidak disertai dengan tandatanda klinis yang terlalu berat. Bahkan cenderung hanya gejala flu sedang. “Karena ini adalah penyakit influenza, tidak berbahaya,” katanya. Cara mengantisipasi corona, jelas Yuri juga mirip. Biasanya, masyarakat sudah bjasa menyembuhkan flu dengan mengurangi aktifitas fisik, dan makan makanan bergizi. Begitupun dengan corona.
Baca juga : Sri Mulyani Bikin Takut Saja
Pernyataan itu bertolak belakang dengan WHO. Organisasi kesehatan dunia itu dengan tegas menyatakan bahwa Covid 19 bukan influenza. “Virus ini bukan SARS, ini bukan MERS, dan ini bukan influenza,” kata Dirjen WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus dalam forum briefing media di Jenewa, Swiss, Selasa (3/3) lalu.
Menurut Tedros, virus ini unik dan punya karakteristik sendiri. Setidaknya, sebut dia, ada empat perbedaan antara Covid19 dengan influenza. Pertama, penyebaran Covid19 tidak seefesien flu. Kedua, corona tidak ditularkan oleh orang yang tidak sakit. Ketiga, corona bisa bikin sakit lebih parah daripada flu. Keempat, corona bisa ditanggulangi. Saat ini, terang dia, dunia tengah melakukannya. Meskipun, hingga saat ini belum ada vaksinnya.
Perbedaan pendapat lainnya antar pajabat adalah soal sertifikat corona. Ma’ruf mengatakan pemerintah akan memberlakukan sertifikasi bebas virus corona. Sertifikat ini diper untukkan kepada setiap warga negara asing (WNA) maupun warga negara Indonesia (WNI) dari luar negeri yang ingin masuk ke Indonesia.
Tujuannya, untuk mencegah penyebaran virus corona dari luar negeri. Langkah ini diambil untuk merespons dua WNI asal Depok, Jawa Barat, yang positif tertular virus corona dari WN Jepang asal Malaysia saat berkunjung ke Indonesia. “Kita akan menerapkan sertifikasi bebas korona, dan kita juga akan meneliti jejak perjalanan kemana saja dia dan dari mana saja,” kata Wapres.
Baca juga : Tangkal Virus Corona, Ini Yang Dilakukan KPK
Dua hari setelah Wapres ngomong, Yuri yang juga menjabat sebagai Sekretaris Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) itu mengatakan, sertifikat itu tidak ada manfaatnya. “Menurut kami, tidak perlu,” ujarnya di Kantor Presiden, kemarin. Ia mengakui, belakangan ini ada sejumlah perusahaan dan in stitusi yang meminta sertifikat bebas corona, setelah pegawainya melakukan perjalanan dari luar negeri.
“Kami sudah koordinasikan hal seperti itu tidak ada gunanya, surat keterangan bebas virus corona tidak ada manfaatnya,” sambung dia. Alasan dia, penyebaran virus corona ini tidak separah MERS dan SARS. Angka kematiannya juga hanya 23 persen.
Sebelumnya, pernyataan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto juga bikin pusing masyarakat karena berbeda dengan WHO. Dia bahkan menyebut flu lebih mematikan dari pada corona. “Flu batuk pilek yang biasa terjadi pada kita itu angka kematiannya lebih tinggi daripada yang ini, corona,” katanya di Kantor Kementerian Kesehatan, Jakarta, Senin (2/3).
Pernyataan itu juga bertolak belakang dengan WHO. Menurut Tedros, angka kematian dari Covid19 lebih lebih tinggi dari influenza musiman atau flu. Secara global, kata dia, seki tar 3,4 persen kasus Covid19 yang dilaporkan berakhir dengan kematian.
Baca juga : Soal Corona, HIPPINDO Imbau Warga Tak Panic Buying
Terawan juga berseberangan pernyataannya dengan Wali Kota Depok M Idris, soal dirumahkannya 76 tenaga medis RS Mitra Keluarga yang disebut kontak langsung dengan 2 orang warga Depok yang positif corona. “Dikhawatirkan oleh pihak rumah sakit karena berinteraksi dengan pasien,” ujar Idris, Senin (2/3).
Di hari yang sama, pernyataan Idris langsung dibantah Terawan. Menurutnya, ke 76 tenaga medis tersebut tidak perlu dirumahkan. Cukup dengan menggunakan masker saja, jika merasa sakit atau terduga sakit. Kemudian cuci tangan dan hidup bersih dan sehat. “Di rumahkan piye, nanti stres badannya, imunitasnya turun, nanti sakit,” sanggah Terawan.
Sebelum simpang siur informasi soal corona sesemraut saat ini, anggota Komisi IX DPR Saleh Daulay mengatakan, sudah dari awal meminta pemerintah untuk membentuk Satuan Tugas (Satgas) yang bisa mengkoordinasikan seluruh kemen terian dan lembaga terkait penanganan coronavirus. “Biar tak bikin pusing masyarakat, statement yang keluar dari pemerintah harus satu pintu,” kata Saleh kepada Rakyat Merdeka tadi malam.
Ia juga meminta agar pemerintah untuk mencermati pernyataan WHO. Sehingga publik tidak kehilangan kepercataan terhadap pernyataan dari pemerintah. “Menurut saya sih, itu kan masuk ke ranah keahlian. Karena itu, kita harus memercayai ahli-ahli itu untuk berbicara. Kalau pemerintah dan jubir belum memahami secara utuh, panggil ahli. Ahli itulah yang akan berpendapat,” tutupnya. [SAR]
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tags :
Berita Lainnya