Dewan Pers

Dark/Light Mode

Ini 5 Tips Cegah Penularan Covid-19 Di Pesantren

Minggu, 25 Oktober 2020 15:54 WIB
Kepala Bidang Pengembangan Profesi Perhimpunan Ahli Epidemiologi Indonesia (PAEI) Masdalina Pane (Foto: covid19.go.id)
Kepala Bidang Pengembangan Profesi Perhimpunan Ahli Epidemiologi Indonesia (PAEI) Masdalina Pane (Foto: covid19.go.id)

RM.id  Rakyat Merdeka - Pondok Pesantren menjadi salah satu tempat yang rawan terjadi penularan Covid-19. Untuk itu, diperlukan langkah-langkah pencegahan agar Pondok Pesantren tidak menjadi klaster baru Covid-19.

Seperti dikutip website covid19.go.id, untuk mencegah penyebaran Covid-19 di Pesantren, Kepala Bidang Pengembangan Profesi Perhimpunan Ahli Epidemiologi Indonesia (PAEI) Masdalina Pane menyarankan menerapkan lima langkah.

Berita Terkait : Cegah Klaster Covid-19 Di Kantor, Kalau Rapat Jangan Dekat-dekat

Pertama, testing. Testing bebas Covid-19 tetap diterapkan kepada santri yang akan masuk ke wilayah pesantren.

Kedua, perhatikan kebersihan lingkungan pesantren. Mulai dari kebersihan kamar tidur, peralatan makan, dan juga peralatan beribadah perlu dipastikan higienis dan tidak dipakai bergantian.

Berita Terkait : `Anak Pejabat Salah, Ya Dihukum`

Ketiga, terapkan protokol kesehatan. Yaitu memakai masker, menjaga jarak dan hindari kerumunan, dan cuci tangan pakai sabun di air mengalir selama berada di lingkungan pesantren.

Keempat, santri yang mengalami gejala ringan segera melapor ke pengelola pesantren untuk segera mendapat tindakan cepat. Sehingga jika ditemukan gejala Covid-19 maka penanganan di pesantren jauh lebih mudah karena sedikit lalu lalang daripada di lingkungan perumahan.

Berita Terkait : Cegah Covid-19, Jangan Lupa Bawa Wadah Masker Jika Keluar Rumah

Kelima, batasi jumlah pengunjung agar mampu menekan intensitas pertemuan dengan orang luar yang berpotensi menularkan virus corona. Jadwal kunjungan dari wali santri pun dibatasi serta diberikan jarak saat bertemu dengan santri serta dilarang bersentuhan fisik.

"Agak sulit untuk menerapkan aturan ini awalnya, karena kultur Indonesia yang terbiasa berkumpul, guyub, dan berpelukan. Sementara, selama tujuh bulan ini kita harus jaga jarak, tak boleh bersalaman, hanya menangkupkan tangan," terangnya. [USU]