Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Utang Tembus Rp 5.845 Triliun

Indonesia Masih Gali Lubang Tutup Lubang

Selasa, 16 Februari 2021 05:20 WIB
Utang Tembus Rp 5.845 Triliun Indonesia Masih Gali Lubang Tutup Lubang

 Sebelumnya 
Selain itu, ada juga sektor konstruksi (16,7 persen), jasa pendidikan (16,7 persen) dan sektor administrasi Pemerintah, pertahanan dan jaminan sosial wajib (11,9 persen) serta sektor jasa keuangan dan asuransi (11,1 persen).

Erwin juga menjelaskan, ULN swasta tumbuh melambat dibandingkan triwulan III-2020. Pertumbuhan ULN swasta pada akhir triwulan IV-2020 tercatat 3,8 persen (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan pertum­buhan pada triwulan sebelumnya 6,2 persen (yoy).

“Perkembangan ini didorong oleh melambatnya pertumbuhan ULN Perusahaan Bukan Lem­baga Keuangan (PBLK) serta kontraksi pertumbuhan ULN Lembaga Keuangan (LK) yang lebih dalam,” ujarnya.

Baca juga : Tembus Rp 5.804,4 T, BI: Utang Luar Negeri Masih Sehat

Pada akhir triwulan IV-2020, lanjut Erwin, ULN PBLK tum­buh 6,4 persen (yoy), melambat dari pertumbuhan triwulan sebe­lumnya 8,4 persen (yoy).

Selain itu, kontraksi ULN LK tercatat 4,7 persen (yoy), lebih besar dari kontraksi pada triwu­lan sebelumnya yang tercatat 0,9 persen (yoy).

Berdasarkan sektornya, ULN terbesar dengan pangsa menca­pai 77,1 persen dari total ULN swasta bersumber dari sektor jasa keuangan dan asuransi, sektor pengadaan listrik, gas, uap/air panas dan udara dingin, sektor industri pengolahan dan sektor pertambangan dan peng­galian.

Baca juga : Fahri: Demokrasi Di Indonesia Masih Butuh Banyak Perubahan Paradigma

“Struktur ULN Indonesia tetap sehat, didukung penerapan prinsip kehati-hatian dalam pengelolaannya,” tegas Erwin.

Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Yusuf Rendy mengatakan, Pemerintah harus tetap waspada terhadap peningkatan utang luar negeri.

“Saat ini kita berada di posisi yang sama seperti beberapa ta­hun sebelumnya, atau sebelum pandemi Covid-19, di mana peningkatan terus terjadi,” kata Yusuf kepada Rakyat Merdeka, kemarin.

Baca juga : Jelang SEA Games 2021, Timnas Indonesia Mulai Jalani TC

Memang hampir semua negara, khususnya negara berkembang diproyeksikan men­galami peningkatan utang di masa pandemi. Menurut Yusuf, Indonesia dalam konteks ini berada dalam posisi gali lubang tutup lubang.

“Artinya, Indonesia masih meminjam uang untuk menutupi cicilan bunga dan pokok utang. Peningkatan utang ini tentu akan ada dampak dan risikonya terhadap perekonomian. Jadi tetap harus diwaspadai peningkatan­nya,” saran Yusuf. [NOV]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.