Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Elektabilitas Turun, Golkar Masih Canggung Deklarasi Capres 2024

Rabu, 2 November 2022 06:21 WIB
Foto: Istimewa
Foto: Istimewa

RM.id  Rakyat Merdeka - Turunnya elektabilitas Partai Golkar disebabkan mesin partai yang masih bekerja setengah hati. Faksi-faksi internal partai belum solid mengusung Ketua Umum Airlangga Hartarto sebagai capres dari partai berlambang pohon beringin itu.

Sebelumnya, Survei SMRC menyatakan, dibanding hasil Pemilu 2019, dukungan kepada PDIP melompat naik dari 19,3 persen menjadi 24 persen. Gerindra naik dari 12,6 persen menjadi 13,4 persen. Sementara Partai Golkar menurun dari 12,3 persen menjadi 8,5 persen.

Menurut peneliti Pusat Riset Politik - Badan Riset dan Inovasi Nasional (PRP-BRIN) Aisah Putri Budiatri, terdapat beberapa hal terkait tendensi penurunan popularitas Golkar. 

Puput mengungkapkan kecanggungan Golkar dalam menarik perhatian publik terkait isu politik. 

Utamanya, soal calon presiden yang bakal diusung Koalisi Indonesia Bersatu (KIB). Golkar berhenti pada isu pembentukan koalisi, namun sampai saat ini belum menonjolkan calon untuk pilpres. Padahal isu ini hampir pasti menjadi perhatian publik saat ini.

"Golkar yang mulanya mendorong Airlangga, nampaknya tidak sekuat dulu untuk mendorong ketum ini ke ruang publik. Di luar itu, koalisi, termasuk Golkar, masih berhati-hati menentukan calon," tandas Puput, Selasa (1/11).

Baca juga : Pengamat: Mesin Politik Golkar Masih Belum Bekerja Penuh

Hal itu membuat Golkar dan KIB kalah dengan partai lain yang bisa menarik popularitas karena solid mendorong nama capres, atau setidaknya memiliki nama bakal capres yang konsisten populer di mata publik.

"Misalnya, Ganjar yang lekat dengan PDIP, Anies dengan NasDem, AHY dengan Demokrat. Hal ini menjadikan Golkar tak lagi jadi pusat perhatian publik, sehingga mempengaruhi popularitas partai," jelas Puput.

Selain itu, Puput menilai, ada faktor konteks yang lebih luas yakni usai Pemilu 2019. 

Pertama, Golkar cenderung tidak menunjukkan sikap membersamai kebijakan-kebijakan pro-publik. Posisinya sebagai bagian dari koalisi pemerintah membuat Golkar menjadi lebih terkontrol dalam merespons persoalan publik, dan tidak kritis terhadap kebijakan pemerintah. Bahkan, termasuk yang kontroversial di kalangan publik.

"Misalnya, pada isu omnibus law, Golkar menjadi salah satu yang paling vokal mendukung meski menjadi kontroversi di ruang publik," jelas Puput.

Kedua, menurut Puput, sosok elite Golkar yang berada di pemerintah dan parlemen tampak belum berhasil menonjolkan program unggulan yang pro-publik.

Baca juga : Ratusan Pemuda Gresik Deklarasikan LaNyalla Presiden 2024

Kebanyakan pemberitaan terkait dengan elite-elite Golkar ada pada respons mereka terhadap kebijakan pemerintah atau terkait koalisi menuju pilpres. 

“Tetapi bukan prestasi dalam posisi jabatan publik masing-masing elite. Kalaupun mungkin ada, nampak tidak menonjol dan tenggelam dalam diskusi publik," ujarnya.

Kerja Nyata

Politisi Partai Golkar Melkiades Laka Lena mengatakan, mesin Golkar bekerja nyata di masyarakat, di bawah kepemimpinan Airlangga Hartarto. 

Menurutnya, mesin Golkar terus bergerak dinamis sejak 2019. Penanganan Covid menjadi ajang kerja dan bakti Golkar, juga media konsolidasi mesin dan figur partai untuk berkarya melayani masyarakat dalam berbagai bidang dan peran.

“Yang diemban baik eksekutif, legislatif maupun peran fungsionaris dalam berbagai karya kemasyarakatan di pusat dan daerah,” jelas Melki, Selasa (1/11). 

Baca juga : DPW PPP Papua Pilih Ganjar Jadi Capres 2024

Melki yang juga Wakil Ketua Komisi IX DPR ini menambahkan, Golkar menyadari betul pentingnya konsolidasi dan figur yang handal seperti Ketua Umum Airlangga, diharapkan dapat terus membantu masyarakat. 

Menurutnya, Golkar sebagai perpaduan partai berbasis sistem kuat dan figur yang handal terus melakukan konsolidasi organisasi untuk menjawab tantangan masyarakat. 

“Pak Airlangga dan jajaran DPP juga pengurus partai di daerah sampai tingkat desa kelurahan, terus bergerak mendayagunakan semua potensi Golkar membantu masyarakat,” ungkap Melki. 

Adapun riuh rendah hasil survei yang dibicarakan adalah elektabilitas, tidak membuat Golkar lupa akan tugas mereka, yaitu hadir di tengah kehidupan masyarakat.■

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.