Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Impian Hattrick Terbuka Lebar

PDIP Meroket Kalau Pilih Capresnya Tepat

Selasa, 10 Januari 2023 09:21 WIB
Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia, Burhanuddin Muhtadi (Foto: Istimewa)
Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia, Burhanuddin Muhtadi (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Hari ini, PDI Perjuangan sedang merayakan ulang tahun emas. Dalam 50 tahun perjalanannya, banyak kiprah dan kerja-kerja yang dilakukan PDI Perjuangan untuk bangsa. Salah satu yang menonjol adalah dalam menjaga kebhinekaan.

“PDI Perjuangan selama ini telah berhasil menjadi garda paling depan yang menjaga kebhinekaan Indonesia. Mereka berhasil mempertahankan pilar kemajemukan bangsa di tengah ancaman polarisasi dan politik identitas,” ujar Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia, Burhanuddin Muhtadi, kepada Rakyat Merdeka, kemarin.

Akademisi UIN Syarif Hidayatullah ini juga memberikan acungan jempol ke PDI Perjuangan dalam kaderisasi yang dilakukan. “PDI Perjuangan mampu melakukan kaderisasi yang sistematik sehingga tidak pernah kehabisan stok kader berkualitas yang bisa ditawarkan kepada publik dalam setiap kontestasi elektoral di tingkat nasional dan lokal,” imbuhnya.

Burhan lalu mengupas basis massa pemilih PDI Perjuangan. Dia menerangkan, basis wong cilik masih kuat untuk Banteng. Terutama masyarakat yang berpendapatan kecil dan yang tinggal di desa sebagai petani.

Namun, kalangan menengah juga mulai punya peran dalam meningkatkan elektabilitas PDI Perjuangan. “Elektoral PDIP kurang lebih stabil di 21-25 persen, menurut data kami bukan semata mata dari kelas bawah, tapi menengah juga sudah ada," jelas dia.

Baca juga : Pemerintah Terbitkan Perppu Pemilu, Ini Lho Gunanya

Di samping itu, tingkat kepuasan publik alias approval rating terhadap Presiden Jokowi juga memberikan peran tersendiri ke elektabilitas PDI Perjuangan. Sebab, Jokowi merupakan perwujudan kerja PDI Perjuangan di pemerintahan.

"Saat approval rating Pak Jokowi turun, November turun dari 70 ke 66 persen, PDIP juga turun dari 25 ke 23. Sekarang naik 25,7 karena rating Pak Jokowi juga naik. Menurut saya, PDIP punya kepentingan Pak Jokowi sukses. Karena suksesnya pemerintahan ini juga menentukan naik turunnya suara partai," terang Burhan.

Untuk Pemilu 2024, Burhan melihat, potensi PDI Perjuangan untuk mewujudkan impian hattrick alias menang tiga kali berturut-turut, sangat terbuka. Kuncinya, selain mengandalkan elektoral partai, yang saat ini berada di puncak, juga dengan memilih kandidat capres yang diinginkan akar rumput.

Dalam konteks Pemilu 2024 yang digelar serentak, sambung Burhan, ada hubungan simbiosis mutualisme antara partai dan calon presiden yang dijagokan. Keduanya saling melengkapi untuk meningkatkan persentase suara.

Elektabilitas PDI Perjuangan akan semakin meroket apabila mencalonkan capres yang diinginkan pemilihnya. Tapi jika tidak, elektabilitas PDI Perjuangan berpotensi turun.

Baca juga : Erick Thohir Dinilai Sebagai Sosok Kompeten Sebagai Cawapres

"Efeknya lumayan juga. PDIP bisa drop jika tidak mendukung calon yang disukai sebagian basisnya. Sebagian basis ideologis PDIP juga akan lari jika capres yang mereka idamkan ternyata tidak diusung partainya sendiri," terang dosen Prodi Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Pemerintahan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini.

Demikian juga untuk kandidat capresnya. Saat didukung PDI Perjuangan, elektabilitasnya akan naik. Tapi, jika maju dari partai lain, elektabilitasnya akan merosot. “Artinya, simbiosis mutualisme antara partai dan capresnya bakal terjadi karena Pileg dan Pilpres digelar secara bersamaan,” imbuh Burhan.

Karena itu, lanjut Burhan, PDI Perjuangan harus memperjuangkan matang-matang siapa capres yang akan diusung. “Kalau pertimbangannya untuk cetak hattrick, Ibu Mega harus mempertimbangkan capres yang potensial mewujudkan upaya PDIP menang sebanyak tiga kali berturut-turut," ucapnya.

Pada poin ini, dijelaskan Burhan, Ganjar Pranowo bisa menjadi pilihan utama. Sekalipun Gubernur Jawa Tengah itu masih bisa kalah di Pilpres, tapi peluang PDIP menang hattrick Pileg lebih terbuka.

Lalu, bagaimana dengan peluang Puan Maharani? Burhan menyatakan, peluang Ketua DPR itu untuk dicapreskan dan menang masih terbuka lebar. Asalkan saingannya nanti bukan Anies Baswedan. "Katakanlah lawannya Airlangga atau Cak Imin, Mbak Puan punya kans untuk mengalahkan mereka. Kalau lawannya bukan Anies, Mbak Puan masih bisa berharap untuk mengalahkan yang lain," terangnya.

Baca juga : Australia Terbuka: Adnan/Nita Melaju, Amri/Winny Terhenti

Namun, ditegaskan Burhan, peta politik pencapresan belum final. Kondisinya masih sangat cair. Masing-masing parpol terlihat masih tarik ulur. Dia pun melihat, PDI Perjuangan tidak akan mengumumkan capresnya di peringatan HUT ke-50 ini.

"Kemungkinan tidak. Kecuali Bu Mega sudah percaya betul tanpa menunggu langkah dan manuver pihak lawan," ucapnya.

Berdasarkan pengalaman, sambung Burhan, Mega biasanya mengumumkan capres berdekatan dengan waktu pendaftaran di KPU. "Kalau kita mengacu pada Pilpres-pilpres sebelumnya, Bu Mega di 2009 maju bersama Prabowo itu hanya beberapa menit sebelum pendaftaran dibuka," tutur dia.

Begitupun ketika memandatkan Jokowi di Pilpres 2014. Jokowi baru diumumkan sebagai capres PDIP pada Maret 2014.■

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.