BREAKING NEWS
 

KSP: Bisa Jadi Titik Terang, Ekonomi Indonesia Nggak Gelap Di 2023

Reporter & Editor :
FIRSTY HESTYARINI
Sabtu, 15 Oktober 2022 16:26 WIB
Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden (KSP) Edy Priyono (Foto: KSP)

RM.id  Rakyat Merdeka - Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden (KSP) Edy Priyono menegaskan, perekonomian Indonesia masih berada di level yang relatif baik. Merujuk laporan Dana Moneter Internasional (IMF) terkait World Economic Outlook untuk 2022 dan 2023.

Dalam laporan tersebut, IMF menyebut pertumbuhan ekonomi Indonesia diproyeksikan mencapai 5,3 persen pada 2022, dan turun menjadi 5,0 persen pada 2023.

Lebih baik dibanding pertumbuhan ekonomi negara-negara ASEAN secara keseluruhan, yang diproyeksikan berada di angka 4,9 persen pada 2023.

IMF juga mencatat, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2022 diproyeksikan lebih baik dibandingkan beberapa negara G20. Amerika Serikat diprediksi hanya mampu tumbuh 1,6 persen, Jerman 1,5 persen, Jepang 1,7 persen, UK 3,6 persen, Brazil 2,8 persen, dan Meksiko 2,1 persen.

"Mencermati laporan IMF, perekonomian Indonesia masih berada di level yang relatif baik. Bahkan, IMF menyebut Indonesia akan menjadi titik terang saat perekonomian global gelap," kata Edy, di Jakarta, Sabtu (15/10).

Baca juga : Jangan Terlena, Waspada Krisis

Meski Indonesia meraih pertumbuhan ekonomi tinggi dengan kondisi stabilitas politik dan fundamental ekonomi yang kuat, Edy menegaskan, pemerintah dan otoritas terkait tidak terlena. Bahkan, terus bersinergi menerapkan berbagai kebijakan yang dapat menjaga perekonomian dari dampak risiko global.

Dari sisi kebijakan fiskal, pemerintah telah menyalurkan bantuan berupa Bantuan Subsidi Upah (BSU), Bantuan Langsung Tunai (BLT) BBM, dan pemanfaatan 2 persen Dana Transfer Umum.

Selain itu, pemerintah juga meneruskan dukungan bantuan sosial yang sudah ada. Seperti program keluarga harapan, bantuan pangan non tunai yang didukung konvergensi program bantuan sosial, serta pembenahan data penerima bantuan sosial.

"Kebijakan ini untuk menanggulangi dampak inflasi di Indonesia," terang Edy.

Adsense

Dari sisi moneter, Bank Indonesia melakukan peningkatan suku bunga acuan dan beragam instrumen pengendalian nilai tukar rupiah.

Baca juga : Moeldoko Tokoh Tepat Hadapi Tantangan Indonesia Ke Depan

"Saat ini  juga disiapkan berbagai kebijakan di lembaga jasa keuangan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK)," tutur Edy.

Seperti diketahui, dalam laporan World Economic Outlook untuk 2022 dan 2023, IMF mengingatkan bahwa perekonomian global akan mengalami tantangan berat.

Inflasi yang diramal lebih tinggi dalam beberapa dekade terakhir, akan menyebabkan pengetatan keuangan di banyak negara.

Selain itu, IMF juga mengingatkan konflik Rusia-Ukraina dan pandemi Covid-19 yang tidak dapat diprediksi kapan berakhirnya, telah berkontribusi negatif terhadap outlook ekonomi global.

Permintaan agregat akan turun, dan berimplikasi pada penurunan pertumbuhan ekonomi.

Baca juga : Prospek Ekonomi RI Cerah Sampai 2028

IMF memperkirakan, pertumbuhan ekonomi global turun dari 6,0 persen pada 2021 menjadi 3,2 persen pada 2022, dan 2,7 persen pada 2023.

Pertumbuhan ekonomi tersebut menjadi yang terendah sejak 2001. Kecuali, saat krisis keuangan global dan puncak pandemi Covid-19.

Terkait inflasi global, IMF memprediksi akan terjadi kenaikan dari 4,7 persen pada 2021, menjadi 8,8 persen pada 2022.

Namun pada 2023, inflasi global diramal turun menjadi 6,5 persen. ■

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Tags :

Berita Lainnya
 

TERPOPULER

Adsense