Dark/Light Mode

Prospek Ekonomi RI Cerah Sampai 2028

Minggu, 9 Oktober 2022 07:30 WIB
Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Purbaya Yudhi Sadewa. (Foto: Istimewa).
Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Purbaya Yudhi Sadewa. (Foto: Istimewa).

RM.id  Rakyat Merdeka - Prospek ekonomi nasional masih bagus, setidaknya hingga 2028. Untuk itu, pelaku industri keuangan diharapkan tidak perlu takut melakukan ekspansi bisnis meski perekonomian tengah dihantui krisis ekonomi global.

Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Purbaya Yudhi Sadewa mengungkapkan, jika melihat histrorikal siklus bisnis di Indonesia, diperkirakan dunia usaha nasional masih bisa terus berekspansi setidaknya sampai tahun 2028 bahkan sampai 2031, jika strategi yang diambil sangat tepat.

“Yang saya lihat, siklus bisnis kita itu 7 tahunan lah paling pendek. Kita baru resesi tahun kemarin (2020), dan baru selesai 2021, harusnya kita bisa ekspansi terus paling tidak sampai 2028. Bahkan, kalau kita pintar sedikit bisa 10 tahun,” kata Purbaya dalam webinar bertajuk ‘Kiprah LPS dalam Stabilisasi dan Penguatan Sektor Keuangan’ yang digelar Infobank bersama LPS, Kamis (6/10).

Baca juga : Krisis Ekonomi Global, Pemerintah Kudu Jaga Daya Beli Masyarakat

Dalam menghadapi tantangan perekonomian ke depan, sambung Purbaya, diperlukan optimalisasi pemanfaatan siklus bisnis. Hal ini akan menjadi bantalan untuk menggapai prospek bisnis ke depan lebih baik hingga terus bertahan.

Purbaya menyebut saat ini setidaknya ada empat tantangan yang menjadi hantu perekonomian Indonesia.

Pertama, adanya tekanan inflasi, kenaikan harga energi, pelambatan ekonomi utama dunia, hingga kenaikan bunga yang menjadi penyebab tingginya ketidakpastian secara global.

Baca juga : Industri Nikel Berpotensi Topang Ekonomi Di Tengah Ancaman Resesi

Bahkan diakuinya, berbagai lembaga internasional sudah merevisi atau menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi global pada 2022.

“Lembaga internasional banyak yang sudah memperkirakan ekonomi global tumbuh dalam kisaran 2,9 persen sampai 3,2 persen hingga akhir tahun ini,” sebutnya.

Tantangan kedua, sambung Purbaya, literasi keuangan yang masih rendah.

Baca juga : SKI Luncurkan Saksi Demokrasi 

Berdasarkan survei OJK (Otoritas Jasa Keuangan) tahun 2019, indeks inklusi keuangan nasional berada pada level 76,19 persen. Sementara indeks literasi keuangan berada pada level 38,03 persen.

Sekitar 7 dari 10 masyarakat Indonesia telah memiliki akses kepada produk dan jasa keuangan. Namun hanya 4 dari 10 orang yang memahami apa itu produk dan jasa keuangan. Artinya, imbuh Purbaya, terdapat gap yang signifikan antara inklusi dengan literasi keuangan nasional.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.