Sebelumnya
Pidato Di PBB
Setelah bertemu Presiden Putin, misi perdamaian ini perlu dilanjutkan dalam kunjungan ke negara-negara besar di dalam G-20 sendiri. Utamanya China, yang sekarang tetap menahan diri.
Jokowi juga perlu hadir berpidato di forum PBB, untuk menyuarakan perdamaian dunia.
Para menterinya perlu mempersiapkan panggung, jika momentum kunjungan ini mendapat sambutan yang baik dari kedua belah pihak.
Diplomasi ke Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO), juga perlu dilanjutkan lebih mendalam oleh para menteri Jokowi. Mengingat aliansi militer itu merupakan akar dan sumber masalah konflik, di masa sekarang dan yang akan datang.
Memang aneh di masa damai, di saat ekonomi menjadi prioritas utama seluruh dunia, NATO justru unjuk kekuatan dan mengerek misi mendominasi dunia.
Baca juga : WTND 2022, Indonesia Perlu Lebih Berperan Dalam Tanggulangi Masalah Rokok
Yang begitu naif, konflik mengerikan ini terjadi di dalam negara anggota G-20, yang keseluruhan anggotanya sering bertemu.
Ada keseimbangan yang tidak dijaga. Organisasi lain seperti NATO terus melebarkan sayap di masa damai, yang justru dianggap ancaman bagi Putin.
Ini adalah akar masalah. Sehingga, untuk mendamaikan, tidak berada dalam posisi menyalahkan satu pihak. Dengan argumen apa pun, tetapi kemudian memberi pembenaran pada yang lain.
Kesalahan mengambil posisi di dalam PBB, bisa dihapus dengan peran strategis yang sedang dilakukan Jokowi sekarang.
Posisi Presidensi Indonesia di dalamnya, sangat strategis dan menguntungkan bagi Jokowi dan Indonesia untuk berperan.
Kelembagaan G-20 sangat penting. Mungkin lebih penting dari PBB yang isinya negara gangster dengan watak menguasai, mendominasi. Bahkan, jika bisa meniadakan eksistensi negara tertentu.
Baca juga : Merawat Momentum Pertumbuhan Di Tengah Lonjakan Pertumbuhan Harga Energi
PBB sulit diharapkan berperan untuk mendamaikan perang Rusia-Ukraina, karena posisinya sudah berpihak.
Misi perdamaian ini tidak mesti dijalankan sendiri. Perlu mengajak negara besar bersikap seperti Indonesia, menjalankan politik bebas aktif, yang oleh banyak kalangan dinilai tak harus bersikap netral.
Tetapi untuk kasus perang Rusia Ukraina (NATO), Indonesia harus memposisikan diri netral, dan mengajak sebanyak mungkin negara lain untuk anti perang. Karena perang adalah ketololan, dan jalan setan menuju kehancuran bumi dan umat manusianya.
Indonesia layak tampil sebagai negara yang berpengaruh di dunia untuk menjalankan misi perdamaian ini. Sejarah peranan Indonesia di dalam diplomasi dan perdamaian sudah dikenal dunia.
Bung Karno adalah tokoh dunia yang sangat dikenal, karena berdiri di tengah konflik ideologi dunia Barat dan Timur yang mengerikan.
Di zaman Soeharto juga banyak tampil diplomat-diplomat hebat yang mampu berperan mendamaikan. Konflik ideologi di Asia Tenggara dan Timur Tengah.
Baca juga : Minta Putin Segera Akhiri Perang Ukraina, Jokowi Tawarkan Bantuan Untuk Solusi Damai
Peranan Jokowi dalam hal ini sangat dihargai, karena merupakan lompatan untuk Indonesia tampil kembali di gelanggang internasional, yang riskan konflik.
Selamat berjuang Mr President! ■
*Penulis adalah Rektor Universitas Paramadina, Jakarta
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.