BREAKING NEWS
 

Membaca Trend Globalisasi (22), Karakter Khusus Nilai Universal Islam:

Memperkenalkan Perpustakaan Modern

Jumat, 28 Desember 2018 09:01 WIB
Nasaruddin Umar
Tausiah Politik

RM.id  Rakyat Merdeka - Tidakberlebihan jika dikatakan bahwa Dunia Islam abad pertengahan merintis perpustakaan terlengkap dan modern. Sulit dibayangkan 1000 tahun lalu sudah ada perpustakaan Baitul Hikmah yang mengoleksi buku lebih dari 4 juta buah, kemudian buku-buku itu dibuang ke sungai Tigris oleh Pasukan Mongol yang menguasai Bagdad ketika itu, sehingga airnya menjadi hitam karena tinta selama berbulan-bulan. Meskipun turunan pasukan Mongol pada akhirnya memeluk agama Islam dan ikut menyesali perbuatan kakeknya yang bertindak kejam dan membakar Baitul Hikmah itu.

Adsense

Baca juga : Menegakkan Kejujuran Akademik

Bukan hanya di Baitul Hikmah, kerajaan-kerajaan lain dunia Islam berlomba mengoleksi buku-buku dari berbagai bahasa. Perpustakaan dunia Islam masa silam yang pernah jaya dengan mengoleksi berbagai karya-karya langka antara lain: Baitul Hikmah di Bagdad, Al- Haidariyah di An-Najaf, Ibnu Sawwar di Basrah, Sabur, Darul Hikamah di Kairo, dan sejumlah perpustakaan di sekolah/madrasah atau pusat-pusat kajian. Selain perpustakaan terbesar tadi, masih ada sejumlah perpustakaan khusus dengan masing-masing koleksinya yang secara khusus, seperti perpustakaan semi umum yang didirikan oleh para khalifah. Di antara perpustakaan tersebut ialah: Perpustakaan An-Nashir li Dinillah, Perpustakaan Al-Muzta’sim Billah, dan Perpustakaan Khalifah–Khalifah Fathimiyah.
 
Masih ada juga perpustakaan yang merupakan perpustakaan pribadi yang memiliki sejumlah koleksi, seperti yang dilakukan oleh keluarga para raja. Perpustakaan jenis ini antara lain: Perpustakaan Al-Fathu Ibnu Haqam, Perpustakaan hunain Ibnu Ishaq, Perpustakaan Ibnul Harsyab, Perpustakaan Al-Muwaffaq Ibnul Mathran, Perpustakaan Al-Mubasysir Ibnu Fatik, dan Perpustakaan Jamaluddin Al-Qifthi. 

Baca juga : Penemuan Astronomi, Dan Astrologi

Di abad petengahan, perpustakaan-perpustakan dunia Islam ramai dikunjungi dari berbagai kalangan, karena di Eropa ketika itu masih gelap-gulita. Mungkin sudah ada koleksi di gereja-gereia atau di lingkungan istana, tetapi samasekali tidak bisa dibandingkan dengan perpustakaan di dalam dunia Islam. Lagi pula, perpustakaan di dalam dunia Islam ketika itu bukan hanya berdiri sendiri sebagai perpustakaan (ruang baca) tetapi betul-betul digunakan sebagai pusat pemberdayaan masyarakat. Para ahli bahasa diberikan biaya yang cukup untuk menerjemahkan buku-buku yang berbahasa asing ke dalam bahasa Arab atau bahasa Persia. 

Baca juga : Karakter Khusus Nilai Universal Islam:

Gairah keilmuan orang-orang di abad pertengahan memang luar biasa. Bayangkan misalnya Ibn Hazm, yang dikenal sebagai ulama yang hebat, mampu menulis kitab 400 jilid dengan perkiraan sekitar 80.000 halaman. Nama lain ialah Ibn Hajar al-’Asqallani yang menulis Syarah Hadis Imam Bukhari yang berjilid-jilid. Pernah ada orang yang menghitung, jika dihitung halaman buku yang pernah ditulis oleh Al- Thabari dikalikan dengan umurnya maka rata-rata sehari menulis sekitar 5 halaman. Nama lain yang tidak asing di Indonesia ialah Imam Syafi’, Imam Al-Gazali, dan Ibn ‘Arabi, yang menulis kitab berjilid-jilid dari berbagai disiplin ilmu. Gairah ilmiah di abad pertengahan belum bisa ditandingi oleh para ilmuan pada abad sesudahnya. Sifat perpustakaan dunia Islam ketika itu antara lain: 1) Untuk mengoleksi buku-buku dari mana pun asalnya untuk memberikan wawasan kepada ilmuan muslim. 2) Untuk disalin atau di¬gandakan ke daerah-daerah lain, maklum ketika itu belum ada foto copy atau mesin cetak canggih seperti sekarang.
 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Tags :

Berita Lainnya
 

TERPOPULER

Adsense