RM.id Rakyat Merdeka - Ketika Ummu Sulaim melahirkan bayinya, Abu Thalhah membawa isteri dan bayinya kepada Rasulullah. Kemudian Rasulullah bertanya: “Apakah ada sesuatu disertakan bersama bayi itu?” Dijawab “Ya, beberapa biji korma.”
Lalu Nabi mengambil kurma-kurma itu, kemudian dikunyahnya dan mengambilnya dari mulut beliau dan memasukkannya ke mulut sang bayi tersebut. Setelah itu, beliau men-tahnik-nya (mendidik dan mengolesi sesuatu di bibir bayi sebelum disusui) dan memberinya nama Abdullah.
Baca juga : Fungsi Masjid Nabi (17): Rumah Perdamaian (1)
Hadis ini shahih (Muttafaq Alaih) dan dikutip di dalam kitab Riyadl al-Shalihin, hadis no. 44 (Bab al-Shabr). Kitab ini merupakan kitab wajib dan sangat popular di pondok-pondok pesantren di Indonesia.
Hadis ini dipahami secara tekstual oleh sebagian masyarakat, termasuk di kalangan masyarakat NTB. Di daerah ini, pernah mencapai rekor sebagai salah satu daerah paling tinggi angka kematian bayinya di dunia menurut data PBB.
Baca juga : Fungsi Masjid Nabi (16): Tempat Memutuskan Perkara (2)
Setelah dilakukan penelitian, ternyata salah satu faktornya adalah pemahaman dalil agama secara keliru di masyarakat. Di masyarakat itu sudah menjadi kebiasaan jika ada bayi dilahirkan, maka tokoh-tokoh masyarakat membesuk dan mengunyahkan makanan, kebanyakan berupa pisang, kepada bayi yang baru lahir itu.
Selanjutnya
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.