BREAKING NEWS
 

Gus Jazil: Nasionalisme Tergerus, Radikalisme Tumbuh Subur

Reporter : AHMAD LATHIF ROSYIDI
Editor : FAQIH MUBAROK
Senin, 22 November 2021 22:11 WIB
Wakil Ketua MPR Jazilul Fawaid saat Diskusi Empat Pilar MPR kerja sama Biro Humas dan Sistem Informasi Setjen MPR dengan Koordinatoriat Wartawan Parlemen (KWP), di Media Center, Lobi Gedung Nusantara III, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (22/11). (Foto: Ist)

RM.id  Rakyat Merdeka - Wakil Ketua MPR Jazilul Fawaid mengungkapkan keprihatinannya terhadap kabar yang beredar tentang tertangkapnya terduga kasus terorisme oleh Densus 88.  Makin membuat miris, ternyata yang ditangkap itu adalah pengurus pusat sebuah lembaga terhormat yang mewadahi para ulama.

"Artinya, pemahaman radikalisme itu masih ada dan terus bergerak ke berbagai arah. Ini berbahaya sekali buat bangsa kita. Pertanyaan besarnya adalah, mengapa radikalisme dan ekstremisme ini muncul. Saya rasa, karena rasa nasionalisme yang mulai turun," kata Jazilul Fawaid.

Hal itu disampaikan Pimpinan MPR dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) yang biasa disapa Gus Jazil ini, dalam acara Diskusi Empat Pilar MPR RI dengan tema ‘Pancasila Sebagai Tameng Ideologi Radikalisme dan Ekstremisme kerja sama Biro Humas dan Sistem Informasi Setjen MPR dengan Koordinatoriat Wartawan Parlemen (KWP), di Media Center, Lobi Gedung Nusantara III, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (22/11).

Hadir sebagai narasumber anggota MPR Fraksi Nassem Syarief Abdullah Alkadrie, dan Dosen Tetap Ilmu Politik FISIPOL UKI/Pengajar Kebijakan Penanggulangan Intoleransi, Radikalisme dan Terorisme PTIK Sidratahta Mukhtar, serta para wartawan media cetak, elektronik juga online sebagai peserta.

Baca juga : Kasus Harian Naik 2 Kali Lipat, Yang Sembuh Turun Separo

Mulai tergerusnya nasionalisme terutama di kalangan generasi muda, dilihat Gus Jazil, karena sangat massifnya kemajuan teknologi. Sehingga banyak sekali informasi dan tontonan dari seluruh dunia, dengan mudahnya masuk dan dikonsumsi masyarakat. 

"Kita sedang berada di pusaran era nasionalisme dan global. Sayangnya, anak-anak milenial saat ini lebih tertarik kepada hal-hal global daripada yang berhubungan dengan budaya Indonesia. Contoh, banyak anak kecil yang lupa bahkan tidak tahu sama sekali nama pahlawan bangsa. Tapi, sangat hafal tokoh-tokoh idolanya dari luar negeri," tuturnya memberi contoh.

Gus Jazil menekankan, sudah saatnya bangsa Indonesia berupaya keras untuk menumbuh suburkan kembali nasionalisme dalam jiwa. Untuk kemudian menjadi karakter dan terimplementasi dalam kehidupan sehari-hari.

Adsense

Untuk itu, rakyat Indonesia mesti lebih menjiwai ideologi bangsa yakni Pancasila sebagai philosofische grondslag, dan kalimatun sawa' (common platform) yang menyatukan keragaman etnis, ras, budaya dan agama Untuk mencapai itu semua, bangsa Indonesia saya rasa perlu memiliki satu ikon sebagai penyemangat dan pemersatu.

Baca juga : NasDem Targetkan Provinsi Kalbar Jadi Lumbung Suara

"Saya mengusulkan sebuah lagu luar biasa yang lahir dari buah pikir para ulama kita, untuk dijadikan lagu nasional agar dihafal dan dinyanyikan oleh seluruh rakyat Indonesia. Lagunya berjudul ‘Syubbanul Wathon (Yaa Lal Wathon)’ dengan liriknya yang terkenal ‘Hubbul Wathon Minal Iman’. Mengapa saya mengusulkan lagu ini, karena maknanya sangat dalam dan bisa diterima seluruh kalangan yaitu, ‘cinta tanah air sebagian dari iman’," usulnya.

Diungkapkan Gus Jazil, jika makna judul dan syair lagu tersebut meresap ke dalam hati rakyat Indonesia, maka akan tumbuh suburlah dan kokoh rasa cinta kepada tanah air.  Kalau sudah begini, radikalisme dan ekstrimisme tidak akan ada tempat di sanubari anak bangsa.

Sementara itu, pada kesempatan yang sama, anggota MPR Fraksi NasDem Syarief Abdullah Alkadrie mengingatkan, masuknya pemahaman radikalisme yang mengakibatkan seseorang terpapar, diduga berpotensi akan melakukan aksi terorisme yang merugikan semua. Aksi ini bisa terjadi kepada siapapun di lembaga manapun.

Yang harus diperhatikan secara serius adalah, bagaimana paham itu bisa masuk dan meracuni seseorang, hingga merugikan dirinya sendiri dan orang lain.

Baca juga : Gus Jazil Gagas Serikat Rakyat Gotong Royong

"Saya rasa sangat mustahil di era kekinian kita bisa membendung segala informasi yang masuk. Yang bisa dilakukan adalah, kita mesti membuat benteng dan tameng untuk melindungi diri dari serbuan pemahaman negatif itu. Benteng dan tameng itu adalah Pancasila," tegasnya.

Untuk mencintai Pancasila, rakyat terutama pemuda pemudi bangsa harus mengenal Pancasila secara utuh. Misalnya dengan mengajarkan kepada generasi muda, begitu beratnya proses lahirnya Pancasila.

Di dalam proses itu, betapa para pendiri bangsa kita mampu menyingkirkan semua perbedaan dan hanya fokus memikirkan bentuk ideologi bangsa yang mampu menyatukan semua. Ketika sejarah luar biasa itu diberikan dengan metode penyampaian yang menarik dan mudah dipahami anak-anak milenial, maka akan muncul rasa cinta serta bangga memiliki Pancasila. 

"Mereka, kemudian akan tumbuh menjadi generasi dengan karakter kebangsaan yang sangat kuat dan tidak akan mudah dipengaruhi berbagai paham radikal," yakinnya. [TIF]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Tags :

Berita Lainnya
 

TERPOPULER

Adsense