Dark/Light Mode

PMI Manufaktur Indonesia Lampaui China, Menperin Happy Banget

Senin, 3 Januari 2022 15:25 WIB
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita (Foto: Instagram/agusgumiwangk)
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita (Foto: Instagram/agusgumiwangk)

RM.id  Rakyat Merdeka - Indonesia mampu mencetak Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur pada Desember 2021 sebesar 53,5. Angka ini melampaui PMI Manufaktur negara-negara ASEAN, di antaranya Thailand (50,6), Filipina (51,8), Vietnam (52,2), dan Malaysia (52,8). Bahkan, angka yang dilansir IHS Markit tersebut menunjukkan bahwa PMI Manufaktur Indonesia unggul dari PMI Manufaktur Korea Selatan (51,9), Rusia (51,6), dan China (49,9).

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita gembira dengan hal ini. “Kami mengapresiasi kepercayaan para pelaku industri manufaktur yang masih tinggi. Bahkan, mereka tetap optimistis pada tahun ini seiring dengan tekad Pemerintah dalam menjalankan berbagai kebijakan strategis untuk menciptakan iklim usaha yang kondusif,” kata Agus, Senin (3/1), seperti dikutip Antara.

Dengan angka ini, kata Agus, terlihat bahwa sektor industri manufaktur di Tanah Air masih cukup menggeliat hingga tutup tahun 2021. Hal ini sejalan dengan meningkatnya produksi dan permintaan pasar ekspor.

Baca juga : IDeA Indonesia Akademi Lebarkan Sayap Ke Jatim

Politisi senior Partai Golkar itu menyampaikan, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) tetap fokus memacu hilirisasi industri untuk meningkatkan nilai tambah sumber daya alam di dalam negeri. Upaya ini dinilai telah memberikan kontribusi besar bagi perekonomian nasional, di antaranya pembukaan lapangan kerja dan penerimaan devisa dari ekspor, yang berujung pada kesejahteraan masyarakat.

“Sesuai yang disampaikan Bapak Presiden Joko Widodo, ekonomi nasional mulai pulih dan kuat kembali. Hal ini ditandai dengan neraca dagang kita yang surplus 34,4 miliar dolar AS (setara Rp 490 triliun), dan kondisi surplus tersebut dapat dipertahankan selama 19 bulan. Ekspor kita juga naik secara year on year hingga 49,7 persen,” terangnya.

Agus menyebutkan, selama ini sektor industri manufaktur konsisten memberikan kontribusi paling besar terhadap capaian nilai ekspor nasional. Pada Januari-November 2021, nilai ekspor dari industri manufaktur mencapai 160 miliar dolar AS (setara Rp 2.282 triliun) atau berkontribusi sebesar 76,51 persen dari total ekspor nasional. Angka itu telah melampaui capaian ekspor manufaktur sepanjang 2020 sebesar 131 miliar dolar (Rp 1.868 triliun), dan bahkan lebih tinggi dari capaian ekspor 2019.

Baca juga : Hari Ini, Persib Bandung Awali Latihan Di Bali

Jika dibandingkan dengan Januari-November 2020, kinerja ekspor industri manufaktur pada Januari-November 2021 meningkat sebesar 35,36 persen. Kinerja ekspor sektor manufaktur ini sekaligus mempertahankan surplus neraca perdagangan yang dicetak sejak Mei 2020.

“Kenapa ekspor kita bisa naik setinggi itu? Salah satunya karena kita berani untuk menghentikan ekspor raw material, seperti bahan mentah dari minerba, yaitu nikel. Dari awalnya, ekspor sekitar 1-2 miliar dolar AS (Rp setara Rp 14-28 triliun), kini sudah hampir mencapai 21 miliar dolar AS (setara Rp 299 triliun). Oleh sebab itu, Bapak Presiden telah memberikan arahan untuk melanjutkan setop ekspor bauksit, tembaga, timah, dan lainnya, karena hilirisasi menjadi kunci dalam kenaikan ekspor kita,” paparnya.

Sementara itu, impor untuk bahan baku dan bahan penolong juga naik sebesar 52,6 persen. Bahan baku dan bahan penolong ini sebagai kebutuhan untuk diolah oleh industri di dalam negeri sehingga dapat menghasilkan produk yang memiliki nilai jual lebih tinggi.

Baca juga : Bruno Cantanhede, Bintang Anyar Persib Sudah Tiba Di Bandung

Indikator pulihnya perekonomian nasional juga ditunjukkan dari peringkat daya saing Indonesia yang terus meningkat, baik itu dari aspek bisnis maupun digital. “Dalam posisi yang sangat berat pada 2021 karena dampak pandemi, kita masih mampu naik ranking. Di aspek bisnis dan digital, naik tiga peringkat semuanya,” ucap Agus.

Seiring dengan membaiknya kondisi perekonomian nasional, Agus menargetkan pertumbuhan industri manufaktur sebesar 4,5-5 persen pada tahun 2022. “Kami fokus untuk terus membangun sektor industri manufaktur yang berdaulat, mandiri, berdaya saing, dan inklusif,” tegasnya. [USU]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.