Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Mafia Migor Di Medan, Surabaya & Jakarta Gila-gilaan, Bisa Untung Rp 8-9 M, Tapi Mendag Tidak Berdaya

Kamis, 17 Maret 2022 19:20 WIB
Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi dalam Rapat Kerja dengan Komisi VI DPR, Kamis (17/3). (Foto: YouTube)
Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi dalam Rapat Kerja dengan Komisi VI DPR, Kamis (17/3). (Foto: YouTube)

RM.id  Rakyat Merdeka - Menteri Perdagangan (Mendag) Muhammad Lutfi memaparkan peta terakhir dari 720.612 ton minyak sawit yang dikumpulkan melalui kebijakan Domestic Market Obligation (DMO) dari 3,5 juta ton total ekspor produk minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) dalam periode 14 Februari - 16 Maret 2022.

Dari jumlah tersebut, sebanyak 551.069 ton atau setara 570 liter telah didistribusikan ke masyarakat. Dengan kata lain, distribusinya telah mencakup 76,4 persen masyarakat. 

Mengacu data Badan Pusat Statistik (BPS), setiap orang Indonesia normalnya mengkonsumsi 1 liter minyak goreng tiap bulan. Sehingga, dengan 551.069 ton minyak goreng, setiap orang mestinya bisa mendapatkan 2 liter minyak goreng. Atau melebihi konsumsi per bulan.

Tapi faktanya, minyak goreng susah dicari. Langka.

Baca juga : PPKM Mikro Di Jakarta Mulai Hari Ini, Headway MRT Jadi 10 Menit

Mendag mengungkap, salah satu provinsi yang paling banyak mencuatkan kasus kelangkaan minyak goreng adalah Sumatera Utara (Sumut). 

“Kita pergi ke Sumut. Antara tanggal 14 Februari-16 Maret, Sumut mendapat pasokan minyak goreng sebanyak 60.423.417 liter. Rakyat Sumut, menurut BPS 2021 berjumlah 15,18 juta orang. Jadi, kalau dibagi, kira-kira setiap orang bisa mendapat 4 liter dalam satu bulan,” beber Mendag dalam Rapat Kerja dengan Komisi VI DPR, Kamis (17/3).

Lebih spesifik lagi, Mendag menyoroti Kota Medan.

“Kota Medan mendapatkan 25 juta liter. Sementara rakyat Medan, berjumlah 2,5 juta orang. Jadi, 1 orang sebetulnya bisa mendapat 10 liter. Tapi, begitu saya pergi ke Medan. Saya pergi ke supermarket, tidak ada minyak goreng,” ucap Mendag.

Baca juga : Kemendikbud Beri Penghargaan Untuk Orang Tua, Siswa, Sampai Pendidik Cerdas

Kondisi mirip-mirip, juga dialami Kota Surabaya, Jawa Timur dengan distribusi 91 juta liter dan 41 juta penduduk. Serta DKI Jakarta, dengan distribusi 85 juta liter dan 11 juta penduduk.

Sehingga, Kemendag memunculkan spekulasi, ada orang-orang yang mengambil kesempatan dalam kesempitan. Bila dicermati, ketiga kota tersebut sama-sama punya industri dan pelabuhan.

Mendag bilang, kalau pelabuhannya keluar dari pelabuhan rakyat, 1 tongkang bisa 1.000 ton atau 1 juta liter dikali Rp 7.000 atau 8.000 rupiah, ini uangnya bisa Rp 8-9 miliar.

"Kementerian Perdagangan (Kemendag) tidak bisa melawan penyimpangan-penyimpangan tersebut. Kemendag memang punya Undang-Undang No.7 dan 8, tetapi cangkokannya kurang untuk menjerat mafia dan spekulan,” paparnya.

Baca juga : Yang Sebut Pemilu Perang Tidak Mengerti Pancasila

“Ketika kebanyakan minyak ini tidak bisa dipertanggungjawabkan, maka terjadilah kemiringan-kemiringan tersebut. Ketika harga berbeda melawan pasar segitu tinggi, dengan mohon maaf Kemendag tidak dapat mengontrol, karena ini menyangkut sifat manusia yang rakus dan jahat,” imbuh Mendag, yang mengaku telah memiliki data terkait hal tersebut. 

Saat ini, data tersebut telah diperiksa oleh Satgas Pangan. [HES]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.