Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Peneliti: Indonesia Perlu Tingkatkan Ekspor Produk Olahan

Minggu, 27 Maret 2022 19:50 WIB
Ilustrasi. Poduk pangan olahan. (IST)
Ilustrasi. Poduk pangan olahan. (IST)

RM.id  Rakyat Merdeka - Indonesia perlu meningkatkan ekspor produk olahan dan tidak menggantungkan ekspornya pada komoditas. Bergantung pada komoditas menyebabkan kinerja perdagangan dipengaruhi oleh fluktuasi harga dunia.

"Dibutuhkan upaya terstruktur untuk pelan-pelan menggeser komoditas sebagai andalan ekspor," jelas Senior Fellow Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Deasy Pane.

Deasy mengatakan, sekitar 45 persen ekspor Indonesia berbasis komoditas yang harganya fluktuatif dan sangat bergantung dengan dinamika yang terjadi di seluruh dunia.

Rilis ekspor impor BPS terbaru kembali menunjukkan capaian tertinggi kumulatif Januari-Februari 2022 di bandingkan tahun-tahun sebelumnya, melanjutkan prestasi capaian ekspor di tahun 2021.

Baca juga : Asosiasi Perusahaan Alsintan Dukung Kementan Prioritaskan Produk Anak Bangsa

Namun demikian, sebagaimana diketahui, ekspor Indonesia masih didominasi oleh produk berbasis komoditas yang memang harganya meningkat tajam.

"Sementara itu, jika dilihat secara volume ekspor, sebenarnya tidak sebombastis itu," imbuhnya.

Menurutnya, konflik Rusia-Ukraina, walaupun tidak berpengaruh langsung terhadap volume perdagangan Indonesia, berpengaruh signifikan pada pergerakan harga komoditas yang akan mempengaruhi nilai perdagangan Indonesia.

Tingginya harga komoditas akan berpengaruh pada capaian ekspor Indonesia. Namun tidak mencerminkan kualitas dan daya saing produk Indonesia, serta hanya bersifat sementara.

Baca juga : Bertemu Menteri Kehakiman Filipina, Yasonna Tegaskan Perlindungan Warga Keturunan

Disebutkan, dalam dua dekade terakhir kontribusi ekspor Indonesia ke dunia stagnan di angka 0,9 persen. Sementara itu, pelaku usaha industri yang terlibat dalam kegiatan ekspor juga hanya sekitar 18 persen, yang menunjukkan sebagian besar pelaku usaha Indonesia berorientasi domestik.

"Hal ini perlu menjadi perhatian Pemerintah," tegasnya.

Pemerintah perlu mendorong pelaku usaha agar berani bersaing di dalam negeri dan pasar ekspor, didukung oleh upaya peningkatan produktivitas dan kualitas yang memenuhi standar internasional.

Hal ini dapat dilakukan melalui komitmen Pemerintah untuk menciptakan iklim investasi yang mendukung, iklim persaingan usaha yang sehat, peningkatan kapasitas tenaga kerja dan infrastruktur yang mendukung.

Baca juga : Ketua Infokom MUI: Anak Jalanan Perlu Sentuhan & Pembinaan

Selain itu, dukungan terhadap inovasi, research and development dan penyerapan teknologi perlu ditingkatkan.

Kurangnya ekosistem research and development bisa berdampak pada lemahnya motivasi pelaku usaha untuk berinovasi. Dan hanya memanfaatkan pasar domestik yang besar untuk mendapatkan keuntungan.

Padahal kata dia, research and development dibutuhkan untuk mengoptimalkan nilai produk atau menambah efisiensi proses, yang memang diperlukan untuk bersaing di pasar global.

“Dari sisi demand, Pemerintah perlu memastikan akses pasar ekspor dapat mudah dan berbiaya rendah, dengan penurunan hambatan tarif dan non tarif di pasar ekspor. Dan penyediaan informasi pasar yang lengkap dan mudah diakses,” tandasnya. [FAZ]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.