Dark/Light Mode

Minyak Sawit Melimpah

Menteri ESDM: Indonesia, Pioneer Pemanfaatan Biodiesel

Kamis, 24 Maret 2022 11:14 WIB
Menteri ESDM Arifin Tasrif (kedua kiri), Direktur Utama PT PLN (Persero) Darmawan Prasodjo, Co- Chairman ETWG-1 Prahoro Yulianto Nurtjahyo, dan Dirjen EBTKE Dadan Kusdiana (kanan).
Menteri ESDM Arifin Tasrif (kedua kiri), Direktur Utama PT PLN (Persero) Darmawan Prasodjo, Co- Chairman ETWG-1 Prahoro Yulianto Nurtjahyo, dan Dirjen EBTKE Dadan Kusdiana (kanan).

RM.id  Rakyat Merdeka - Kebijakan Energi Nasional Indonesia menetapkan ambisi untuk mengubah bauran energi dengan memprioritaskan sumber daya Energi Baru dan Terbarukan (EBT).

Kebijakan tersebut menargetkan sumber energi baru dan terbarukan berkontribusi sekitar 23 persen dari total bauran energi primer pada tahun 2025.

Demikian disampaikan Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif dalam sambutan Konferensi Biodiesel Sawit ke -3 di Yogyakarta, Kamis (24/3/2022).

Konferensi Biodiesel Sawit ke-3 ini berjalan secara paralel dengan Pertemuan Pertama Kelompok Kerja Transisi Energi G20 sebagai bagian dari kegiatan Road to G20.

Baca juga : Masyarakat Kaltim Antusias Terlibat Pembangunan IKN Nusantara

Menteri ESDM mengungkapkan, pada tahun 2021, pangsa energi terbarukan telah mencapai 11,7 persen dari total bauran energi.

"Dan biofuel berkontribusi sekitar 35 persen," imbuhnya.

Dikatakan, program pengembangan biofuel di Indonesia mencapai tonggak penting pada tahun 2006 dengan menerapkan 2,5 persen blending ke solar.

Hal ini dilatarbelakangi oleh melonjaknya harga minyak akibat menipisnya pasokan minyak dunia.

Baca juga : Sediakan Sepeda Listrik, Polygon Mendapat Apresiasi Pemerintah Bali

"Indonesia memiliki cadangan minyak sawit yang melimpah. Sejak saat itu, tingkat pencampuran secara bertahap meningkat," katanya.

Arifin menegaskan, implementasi biodiesel telah berjalan dengan sukses dan menjadikan Indonesia sebagai pionir dalam pemanfaatan biodiesel, dengan implementasi B30 (bahan bakar yang berasal dari campuran minyak sawit dan minyak solar) pada tahun 2020.

Nilai ekonomi dari implementasi B30 pada tahun 2021 mencapai lebih dari Rp 4 miliar dolar AS. Dan berhasil menurunkan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) hingga 25 juta CO2e.

Arifin Tasrif mengakui, penerapan mandatori biofuel yang melibatkan multi stakeholder bukan tanpa tantangan.

Baca juga : Perkuat Talenta Digital Indonesia, Kominfo Siapkan 200 Beasiswa S2

"Jadi, sebelum dilaksanakan, penting untuk memastikan bahwa program tersebut memenuhi 3 kriteria utama, layak secara teknis, dapat diandalkan secara ekonomi, dan dapat diterima secara politik serta komitmen dari semua pihak," imbuhnya.

Arifin memastikan, Kementerian ESDM tidak akan berhenti di B30, karena pihaknya berencana untuk meningkatkan tingkat pencampuran lebih tinggi lagi dengan menerapkan bahan bakar hijau.

"Kajian komprehensif sedang dilakukan, antara lain menyiapkan kajian tekno ekonomi, kerangka regulasi, fasilitas insentif, infrastruktur, penetapan standar kualitas produk, serta pengembangan industri pendukung," katanya. [FAZ]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.