Dark/Light Mode
BREAKINGNEWS
Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU
Pra-KTT Y20 Bahas Penyelamatan Bumi Dengan Ekonomi Sirkular
Senin, 23 Mei 2022 16:02 WIB
RM.id Rakyat Merdeka - Forum Pra-KTT Ketiga Y20 Indonesia mengenai isu planet berkelanjutan dan layak huni masih terus berlanjut pada Minggu (22/5). Pada kesempatan itu digelar diskusi mengenai ekonomi sirkular.
Dalam konsep ekonomi linier, kita mengambil sumber daya alam untuk memproduksi barang yang pada akhirnya akan dibuang. Pola buat-gunakan-buang ini hanya memicu konsumsi berlebih dan produksi limbah yang berlebihan. Sudah waktunya kita mengubah pola ini dengan menerapkan ekonomi sirkular berbasis produksi dan konsumsi berkelanjutan.
Pra-KTT Ketiga Y20 Indonesia kali ini menghadirkan talk show ekonomi sirkular. Harapannya, wawasan yang diberikan dapat membantu para delegasi muda dalam menyusun rekomendasi kebijakan khususnya yang berkaitan dengan lingkungan kepada pemimpin G20.
Baca juga : Bursa Pilpres 2024, Pengamat Nggak Yakin Ganjar Bakal Dongkrak Suara PDIP
Talkshow menghadirkan Alesya Krit (Center of Competence for Climate Change, Environment and Noise Protection di Aviation Hessen), Joi Danielson (Partner di Systemiq), Ke Wang (Program Lead di Platform for Accelerating Circular Economy), serta Mohammad Bijaksana Junerosano (CEO dan Founder Waste4Change), dengan ekonom lingkungan Andhyta F. Utami sebagai moderator.
Alesya menyarankan pentingnya berpikir secara lokal dalam upaya mendorong konsumsi berkelanjutan. “Kita harus berpikir lokal dan menyesuaikan (solusi tersebut) dengan wilayah tujuan, serta cocok dengan dimensi sosial dan budaya setempat. Kemudian, bentuklah perspektif normatif dan ajaklah pekerja, teman, warga untuk mengenal mindset baru. Misalnya, lewat TikTok challenge,” ungkap Alesya pada talk show Pra-KTT Ketiga Y20 Indonesia.
Joi Danielson mengatakan, sebelum masuk ke pembahasan ekonomi sirkular, perlu memerhatikan pola konsumsi. Menurutnya, manusia cenderung takut akan kelangkaan, sehingga cenderung mengonsumsi lebih dari apa yang dibutuhkan. Di sebuah ekonomi yang berbasis konsumsi, semakin banyak yang dikonsumsi, semakin tinggi produk domestik bruto (PDB).
Baca juga : Erick: BUMN Nggak Boleh Berhenti Dukung Ekonomi Rakyat
“Jadi sistem kita mengandalkan konsumsi berlebihan. Jika kita bisa membantu orang merasa bahwa apa yang mereka miliki sudah cukup, kita bisa meyakinkan mereka untuk hanya mengonsumsi yang dibutuhkan. Dengan ini, kita bisa mulai memutus siklus konsumsi tersebut," jelas Joi Danielson.
Hal senada juga diungkapkan oleh Ke Wang. Menurutnya, meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap ekonomi sirkular tidak hanya bisa mengakibatkan perubahan kebiasaan, tetapi juga perubahan kebijakan.
“Karena para politisi mendengarkan aspirasi masyarakat. Namun, kesadaran masyarakat terhadap ekonomi sirkular masih sangat rendah. Di sinilah, anak muda memainkan perannya. Generasi muda telah menunjukkan bahwa mereka memegang peran penting dalam meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap perubahan iklim,” jelas Ke Wang.
Baca juga : Bursa Bakal Capres 2024, Pengamat: Puan Maharani Pemimpin Berkualitas
Junerosano menjelaskan, populasi dunia saat ini telah mencapai 7,9 miliar jiwa. Jika kita ingin adanya perubahan tanpa adanya peperangan, kita harus meyakinkan 4 persen dari sebuah populasi. Berarti di Indonesia, ada 10 juta orang yang harus diyakinkan tentang ekonomi sirkular.
“Memang terkadang terasa sulit. Solusi datang lebih lambat daripada terjadinya kerusakan lingkungan. Kita harus memikirkan bagaimana kita bisa mempercepat solusi tersebut. Tapi yang terpenting, kita harus optimistis bahwa kita bisa melakukan perubahan dengan berkolaborasi,” jelas Junerosano. ■
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tags :
Berita Lainnya