Dark/Light Mode

Dibutuhkan Banyak Industri, Garam Komoditas Strategis

Jumat, 26 Juli 2019 21:29 WIB
Direktur Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil (IKFT) Kemenperin, Achmad Sigit Dwiwahjono. (Foto: Ist)
Direktur Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil (IKFT) Kemenperin, Achmad Sigit Dwiwahjono. (Foto: Ist)

RM.id  Rakyat Merdeka - Direktur Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil (IKFT) Kemenperin, Achmad Sigit Dwiwahjono, mengatakan, garam merupakan salah satu bahan baku pokok yang dibutuhkan bagi sebagian sektor industri di dalam negeri untuk menunjang keberlanjutan produksinya.

Garam adalah komoditas strategis yang dapat mendukung rantai pasok dan meningkatkan nilai tambah sejumlah industri di dalam negeri. Jadi, sama pentingnya dengan bahan baku lainnya seperti baja dan produk petrokimia,” paparnya.

Baca juga : Dispar Banten Ajak Pengusaha Pelatihan Ekonomi Kreatif

Sigit mengemukakan, sektor manufaktur yang mengkonsumsi garam industri ini dinilai berperan penting dalam menopang pertumbuhan ekonomi nasional dan menyerap banyak tenaga kerja sehingga perlu dijaga ketersediaan bahan bakunya. Contohnya, industri Chlor Alkali Plant (CAP) yang meliputi produsen kertas dan petrokimia. Potensi bagi Indonesia, sektor ini mencapai 13 perusahaan dengan penyerapan tenaga kerja sebanyak 17 ribu orang, total nilai ekspor menembus hingga 6,7 miliar dolar AS, dan kontribusi terhadap PDB sebesar Rp104 triliun.

Selain itu, industri aneka pangan yang berjumlah 410 perusahaan telah menyerap tenaga kerja lebih dari 877 ribu orang dengan sumbangsih terhadap nilai ekspor 27,4 miliar dolad AS dan ke PDB sebesar Rp 936 triliun. Berikutnya, industri tekstil mencapai 1.798 perusahaan dengan menyerap tenaga kerja sebanyak 2,5 juta orang, serta berkontribusi terhadap ekspor 4,3 miliar dolar AS dan ke PDB sebesar Rp 166 triliun.

Baca juga : Ekonomi Digital Terus Digenjot

Di industri farmasi, terdapat 206 perusahaan dengan tenaga kerja yang terserap sebanyak 50 ribu orang serta capaian ekspornya menembus 0,55 miliar dolar AS dan ke PDB hingga Rp 238 triliun. “Sektor-sektor tersebut juga mengalami pertumbuhan yang positif,” ungkapnya.

Pada triwulan I-2019, sektor manufaktur yang mengalami pertumbuhan tertinggi adalah industri tekstil dan pakaian jadi yang menyentuh di angka 18,98 persen. Kemudian, industri CAP tumbuh sebesar 13,42 persen, industri farmasi 8,11 persen, dan industri aneka pangan 6,77 persen. Kinerja positif ini mampu melampaui pertumbuhan ekonomi nasional di periode yang sama sekitar 5,07 persen. 

Baca juga : Dua Perusahaan Indonesia Hadiri Pameran Otomotif di Meksiko

Menurut data BPS dan Kemenko Perekonomian, kebutuhan garam nasional tahun 2019 diperkirakan sebanyak 4,19 juta ton yang terdiri atas kebutuhan industri sebesar 3,51 juta ton. Kebutuhan garam industri tersebut naik dibanding tahun sebelumnya yang mencapai 3,28 juta ton. Peningkatan ini seiring penambahan investasi yang mendorong pertumbuhan sektor pengguna garam industri tersebut. 

Pada 2018, Kemenperin memfasilitasi kerja sama antara industri pengolah garam nasional dengan petani garam lokal sebagai salah satu upaya mengoptimalkan penyerapan garam hasil produksi dalam negeri. Sebanyak 15 industri pengolah garam telah merealisasikan 90 persen penyerapan garam lokal atau berkisar 1,01 juta ton. [DIT]
 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Live KPU